Fenomena Job Hugging: Cermin Kegagalan Kapitalisme dan Solusi Islam


Oleh: Febrinda Setyo (Aktivis Mahasiswa)

Belakangan ini dunia kerja kembali mengenal istilah baru yaitu "job hugging". Istilah ini merujuk pada kecenderungan banyak orang untuk memilih tetap bertahan pada pekerjaan mereka saat ini meskipun merasa kurang puas dan kurang berkembang. Fenomena ini berbanding terbalik dengan fenomena yang pernah lebih dahulu populer yakni "job hopping", di mana seseorang lebih memilih untuk sering berpindah tempat kerja demi menemukan peluang baru yang paling cocok untuk mereka. 

Munculnya tren "Job hugging" ini berkaitan erat dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap ketidakpastian dunia kerja saat ini. Bukan rahasia lagi bahwa saat ini mencari kerja merupakan sesuatu yang sulit. Ditambah dengan naiknya jumlah pengangguran namun lapangan pekerjaan tetap sedikit. Maka dari itu demi memperoleh rasa aman banyak karyawan yang akhirnya memilih untuk 'memeluk' pekerjaannya saat ini daripada mengambil risiko dengan berpindah di tempat baru.

Hal ini selaras dengan penjelasan Tadjuddin Noer Effendi yang merupakan seorang pakar Ketenagakerjaan dari UGM menyebutkan bahwa fenomena ini muncul akibat ketidakpastian lapangan kerja dan maraknya PHK. Ia juga menambahkan bahwa job hugging bukanlah fenomena baru, tetapi sudah ada sejak dahulu akibat sulitnya situasi pasar. 

Penting untuk dipahami bahwa merebaknya fenomena job hugging ini tidak lepas dari kegagalan sistem kapitalisme yang dipakai oleh Global saat ini dalam menjamin ketersediaan pekerjaan yang layak bagi seluruh rakyat. Pasalnya, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat yang selama ini dianggap sebagai adidaya ekonomi. Sistem kapitalisme yang menempatkan materi di atas segalanya mendorong para pemilik modal untuk berupaya keras dalam terus menumpuk keuntungan. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perusahaan swasta yang beroperasi di negeri ini, yang tak jarang dimiliki oleh asing. Akibatnya, kewajiban menyediakan lapangan kerja yang semula merupakan peran negara kini beralih pada swasta.

Jika kondisi ini dipertahankan dan membiarkan sepenuhnya bergantung pada swasta, maka jumlah lapangan kerja yang ada tentu terbatas. Perusahaan cenderung akan menekan biaya dengan berbagai cara, salah satunya yaitu meminimalkan jumlah karyawan sehingga tetap bisa beroperasi dengan pengeluaran minimal mungkin. Tak hanya itu, tak sedikit perusahaan asing yang membawa tenaga kerja dari negara asal mereka sehingga peluang kerja bagi tenaga lokal semakin sempit. Di sisi lain, para karyawan terjebak dalam kondisi yang terjepit. Mereka mendapatkan gaji seadanya namun terpaksa untuk tetap bertahan karena merasa lebih aman dibandingkan mengambil resiko pindah kerja namun belum tentu ada peluang baru.

Dalam Islam sistem ekonomi telah diatur dengan jelas. Di mana negara memegang tanggung jawab penuh terhadap Kesejahteraan rakyat termasuk terjaminnya lapangan pekerjaan. Berbeda dengan sistem sekarang yang negara justru melegalkan penguasaan sumber daya oleh segelintir orang. Serta menerapkan sistem ekonomi non riil dan ribawi yang tidak efektif dalam menyejahterakan rakyat. Dalam pandangan Islam negara menjadi penanggung jawab utama dalam mengurus dan menjamin semua urusan rakyat. Negara wajib memastikan setiap kebutuhan rakyat dapat dipenuhi dengan layak, salah satunya dengan menerapkan sistem ekonomi Islam. 

Terkait dengan fenomena job hugging ini, dalam sistem ekonomi Islam negara akan menyiapkan lapangan kerja untuk rakyat. Sumber lapangan pekerjaan didapat antara lain dari pengelolaan Sumber Daya Alam, pembangunan sektor industri, program ihya' almawat (menghidupkan tanah mati), dan memberikan lahan yang produktif kepada rakyat. Negara juga akan membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan potensi masing-masing individu sehingga dapat berkontribusi dengan optimal. Yang paling membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem kapitalis saat ini yaitu nilai yang mendasarinya. Dalam Islam, pendidikan dan pekerjaan selalu dibingkai oleh keimanan. Sehingga niatnya adalah ibadah dan terikat dengan standar halal haram. Sangat kontras dengan kapitalisme yang tujuan utamanya hanyalah demi memperbanyak materi semata. Oleh karena itu fenomena job hugging maupun segala bentuk permasalahan ekonomi dapat terselesaikan hanya dengan diterapkannya sistem ekonomi Islam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar