Oleh: Imas Royani, S.Pd.
"Aku Mah Apa Atuh?!"
Sering kali kita ucapkan kata itu ketika terpojok tak ada pilihan kata lain, hanya sekedar membela diri, memposisikan diri sebagai korban. Kita menyadari, bahwa kita itu lemah. Kita ingin semua memaklumi kelemahan kita dan mengampuni apa-apa yang tidak bisa kita lakukan, semata hanya sekedar terbebas dari tanggung jawab.
Hanya saja sadar saja ternyata tidak cukup. Lihat saja, betapa mudahnya kita beralasan agar tidak mengerjakan amal solih, sementara dalam perkara maksiatdan sia-sia kita sulit mencari alasan untuk meninggalkannya. Mendadak banyak cara, banyak tenaga. Tempat kajian terdekat saja masih beralasan hujan atau panas atau cape baru pulang kerja, gak keburu karena pekerjaan rumah belum kelar. Tapi begitu ada kesenangan, tontonan dan hiburan seketika lelah hilang, seketika jalanan semulus jalan tol.
Baru saja bulan kemarin kita merayakan kelahiran Nabi Agung Panutan kita Muhammad Saw., sekarang sudah pudar lagi. Tentu kita tidak ingin disamakan dengan Abu Lahab yang menyambut gembira kelahirannya tetapi menolak risalahnya. "Aku mah apa atuh?!" sudah siap gitu nemenin Abu Lahab di neraka? Nauzubillah!!
Padahal Allah SWT. menegaskan bahwa kita adalah umat terbaik sebagaimana dalam firman-Nya:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّا سِ تَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَا نَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَ كْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran: 110).
Kita adalah umat Nabi Muhammad Saw. Kita bukan umat biasa. Kita adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Kita memikul risalah rahmat bagi seluruh alam. Keutamaan kita terletak pada misi kita, yaitu menyambung tali silaturahmi, menyebarkan kedamaian, dan mengingatkan dalam kebaikan. Dan keistimewaan ini datang dengan tanggung jawab. Tanggung jawab untuk bersatu, untuk mengingat tujuan kita yang satu, yaitu meraih ridha Allah SWT.
Sebab Nabi Muhammad Saw. tidak sekedar diutus dalam urusan ibadah kepada Allah SWT. saja, bahkan sejatinya risalah islam yang dibawanya ini, telah memberikan aturan dari urusan pribadi hingga bernegara. Itulah kenapa Islam itu sempurna.
Masih punya alasan untuk mempertahankan jargon "Aku mah apa atuh?!"? Bohong dong bulan kemarin bilang cinta Nabi! Sebab cinta tidak cukup diucapkan tapi harus dibuktikan. Caranya dengan kita mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh Nabi Saw. (mumatsalah). Dalam melakukannya kita kudu memiliki arah dan bentuk yang sama dengan beliau Saw. (’ala wajhihi). Dan so pasti dalam menuju target dan tujuan yang sama pula dengan panutan kita Rasulullah Saw. (min ajlihi).
Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita bagaimana syariat itu bisa diterapkan oleh manusia biasa (bukan malaikat). Rasulullah Saw. ketika menjadi kepala negara adalah manusia biasa yang diberi wahyu dan maksum. Rasulullah Saw. mengajarkan bagaimana sistemnya menjadi kepala negara yang baik agar bisa dicontoh oleh manusia biasa. Rasulullah Saw. mewariskan kepemimpinan bernegara yang disebut Khilafah. Rasulullah Saw. memberi gambaran utuh terkait sistem ini kemudian memerintahkan umatnya untuk memegang teguh Sunahnya ini.
Rasulullah Saw. bersabda, “Wajib atasmu berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin yang diberi petunjuk sesudahku. Maka peganglah kuat-kuat dengan gerahammu.” Maksud peganglah kuat-kuat dengan gerahammu adalah perintah untuk tidak melepaskan sunnah itu. Maka ketika umat melepas (Khilafah) pada 1924 yang ada adalah umat hancur dan lemah. Yang hanya bisa mengeluh, "Aku mah apa atuh?!".
Kita mungkin tidak bisa setangguh dan setabah Nusaibah Binti Ka’ab radhiyallahu anha, yang namanya tercatat dalam tinta emas penuh kemuliaan. Bahkan kematiannya mengundang ribuan malaikat untuk menyambutnya tersebab begitu besarnya kecintaan dan ketaatan beliau kepada Allah SWT. dan Rasulullah Saw. hingga rela mempersembahkan jiwa dan raga, bukan hanya dirinya melainkan juga anak dan suaminya demi menegakkan agama Allah SWT dengan berjihad di medan perang.
Allah SWT. berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّا سِ تَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَا نَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَ كْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali-Imran: 110).
Banyak hal yang bisa dan mampu kita lakukan saat ini yang in syaa Allah amalannya akan menjadi bekal kita di akhirat, yaitu dengan menjadi umat terbaik sebagaimana yang terkandung dalam ayat Al-Quran di atas. Dan untuk menjadi umat terbaik diantaranya adalah dengan giat mengkaji Islam kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis dan mendakwahkannya dengan perkataan dan perbuatan di tengah-tengah masyarakat agar lebih banyak yang tercerahkan sehingga Islam kembali berjaya dengan diterapkannya sistem Islam di bumi ini.
Wallahu'alam bishshawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar