Fenomena Bunuh Diri pada Remaja: Cermin Rapuhnya Mental Generasi Saat Ini


Oleh: Wulan Safariyah (Aktivis Dakwah)

Fenomena Bunuh diri dikalangan remaja saat ini semakin mengkhawatirkan. Kasus ini seakan tak kunjung reda dari pemberitaan media. Sebagaimana dikutip dari IG.Aladokter_id Menurut data dari WHO dari seluruh dunia, terdapat sekitar 722 ribu anak muda (remaja) meninggal akibat bunuh diri pertahunnya. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah kesehatan mental dikalangan generasi muda.

Di Indonesia sendiri, survei I-NAMHS 2022 mencatat ada sekitar 15.5 juta remaja (34,9%) yang mengalami masalah kesehatan mental. Faktor kesehatan mental pemicu utamanya bisa berbagai macam seperti tekanan akademik, tuntutan keluarga, perundungan, kesulitan ekonomi, sampai stigma gangguan mental atau depresi.

Psikiater Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur dokter Sri Purwatiningsih membagikan cara mengatasi ide bunuh diri yang kerap muncul pada kalangan remaja sebagai dampak dari berbagai tekanan mental yang dialami. Ia pun mendorong para orang tua untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku anak yang menjadi gejala depresi, seperti wajah yang selalu tampak sedih, kehilangan minat pada hobi, serta mudah lelah. 

Menurut Sri, penanganan sejak dini dengan berkonsultasi kepada ahli dapat mencegah kondisi mental remaja memburuk hingga ke tahap yang mengancam nyawa. Penyebabnya pun beragam, mulai dari gangguan jiwa seperti depresi dan cemas, faktor lingkungan seperti perundungan di sekolah, hingga riwayat genetik dalam keluarga. "Kurangnya validasi emosi saat kecil membuat anak tidak bisa mengungkapkan perasaannya, sehingga mekanismenya malah melukai diri," jelasnya.

Fenomena ini, imbuh dia, sangat rentan terjadi pada remaja dengan rentang usia 12 hingga 19 tahun, di mana perempuan memiliki risiko 1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Dilansir dari (kaltim.antaranesw.com)

Dari data yang ada, ditemukan fakta bahwa bunuh diri merupakan penyebab kematian remaja atau generasi muda terbanyak no.3 ada pada pria dan no.2 terbanyak ada pada wanita. (Aladokter_id). Ini bukan hanya sekedar angka tetapi sudah menjadi alarm besar yang menunjukkan rapuhnya kesehatan mental generasi secara global. Jika demikian, apakah cukup penangan kasus ini hanya dengan penanganan teknis saja?


Rapuhnya Mental Generasi  

Fenomena remaja bunuh diri menunjukkan kerapuhan mental remaja saat ini. Pertama persoalan ini tidak bisa lepas dari peran pengasuhan orang tua. Sebab, orang tua adalah pihak pertama sebagai pengasuh dan pendidik dalam kehidupan anak remaja. Faktanya, justru orang tua abai dalam tugas mulia tersebut sehingga anak binasa.

Anak kehilangan sosok orang tua, anak tidak mendapat pengasuhan yang benar yang dibutuhkan dalam tumbuh kembangnya, bahkan orang tua menjadi pemicu rusaknya mental anak remaja, suasana rumah yang tidak kondusif, terjadi keributan bahkan kekerasan orang tua dihadapan remaja, hingga tekanan ekonomi yang membuat anak remaja semakin depresi.
  
Gagalnya sistem pendidikan saat ini juga menjadi pemicu rapuhnya mental generasi. Sebab, sistem pendidikan yang ada tidak mampu mencetak individu yang bermental kuat, yang selalu bersyukur dan bersabar dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, remaja justru rentan dengan kasus bunuh diri akibat depresi merasa tertekan dengan tuntutan nilai akademik yang dicapai. Selain itu, sebagian remaja juga depresi akibat perundungan yang terjadi didunia pendidikan.

Remaja yang rapuh atau tidak kuat mentalnya akan sulit untuk beradaptasi dan hidup tenang di tengah kondisi rusaknya pergaulan remaja saat ini. Remaja saat ini juga tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan benar. Hasilnya akan banyak ditemukan remaja yang bermental rapuh atau sakit mentalnya dan mudah depresi.

Hal ini menunjukkan gagalnya negara dalam mengurus rakyat dan menjaga kesehatan mental rakyat khususnya para remaja. Sehingga para remaja tidak memahami makna hidup sebenarnya.

Lemahnya mental generasi dipengaruhi banyak hal, yaitu bisa tekanan akademik disekolah, masalah keluarga, broken home, perundungan atau bullying, kesulitan ekonomi, masalah percintaan dan sampai stikma gangguan mental, semua hal ini dapat memicu depresi atau stres pada generasi terutama para remaja.

Namun, yang perlu disadari adalah faktor utama dari hal-hal yang dapat menjadi pemicu yaitu masyarakat termasuk generasi hidup berdasarkan pandangan hidup sekulerisme. Dimana pandangan hidup ini menjauhkan manusia dari aturan penciptanya, sehingga keimanan berada pada titik terlemahnya. Pada saat remaja dihadapan pada masalah kehidupan mereka tidak akan mampu menghadapinya, maka bunuh diri menjadi pilihan yang paling mudah dilakukan karena dianggap bisa menyelesaikan masalah.

Melihat kasus depresi yang berujung bunuh diri pada remaja bukanlah masalah individu, tapi merupakan akumulasi masalah yang tersistem. Sehingga, tidak cukup penanganan kasus ini hanya secara teknis saja yaitu datang ke ahli psikiater yang sudah pasti biyayanya tidak murah. Apalagi dikondisi masyarakat yang ekonominya pas-pasan. 

Dalam kasus bunuh diri ini, negara memiliki peran penting dalam menjaga jiwa dan memberikan solusi terbaik. Agar masalah ini benar-benar dapat teratasi, maka negara butuh menyoroti akar masalah sebenarnya, sehingga dapat memberikan pencegahan yang tersistem bukan hanya pencegahan secara teknis. Selain itu, negara juga memiliki peran penting dalam menyuasanakan keimanan pada remaja, mulai dari sistem pendidikan Islam, dan penegakan hukum berbasis syariah Islam.


Islam Menjaga Jiwa Generasi 

Islam diturunkan Allah SWT. sebagai agama yang sempurna, Islam juga sebagai aturan yang sempurna. Islam menetapkan bahwa pendidikan utama dan pertama ada pada orang tua. Pendidikan orang tua pada anak atau remaja haruslah berbasis akidah Islam. Dengan demikian, anak atau remaja akan menyandarkan hidupnya pada Allah Ta'ala. Setiap remaja akan punya kesadaran bahwa dirinya berasal dari Allah Swt. dan akan kembali pada-Nya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya selama di dunia.

Pendidikan Islam pada anak atau remaja bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam pada mereka. Oleh sebab itu, keimanan dan ketakwaan yang kokoh menjadi hal utama yang mendapatkan perhatian serius. Mereka akan selalu merasakan pengawasan Allah Swt. di mana pun ia berada sehingga tidak akan berbuat hal yang buruk dan merugikan apalagi membahayakan diri sendiri.

Terkait hal ini, Islam juga menjadikan negara sebagai rain yang akan mengurus dan menyediakan pendidikan berbasis akidah Islam bagi seluruh warga negara. Pendidikan ini bertujuan untuk membentuk sosok berkepribadian Islam. Agar antara pendidikan di sekolah dan di rumah bisa sejalan dan saling mendukung. Selain itu, negara juga memberikan kehidupan terbaik bagi rakyat melalui terwujudnya sistem kesehatan masyarakat yang terbaik. 

Penerapan syariat Islam kaffah oleh negara Islam (Khilafah) akan menjamin terwujudnya kesejahteraan dan ketentraman, juga terpenuhinya jaminan untuk menjaga setiap rakyat agar memiliki mental yang sehat, jiwa dan raga yang kuat. Sehingga remaja menjadi generasi yang kokoh yang tidak mudah menyerah dan bermental baja.

Ini semua dapat terwujud karena penguasa dalam Islam yaitu Khalifah memosisikan dirinya sebagai junnah (perisai) yang melindungi dan menjaga jiwa rakyat dari hal-hal yang buruk yang dapat menghilangkan jiwa. Sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, mengaji Islam dan memperjuangkan Islam perlu dilakoni oleh para remaja agar remaja menjadi generasi yang tangguh sehingga bermental kuat. Sebagai contoh, lihatlah bagaimana remaja Palestina mereka tidak pernah menyerah dan pasrah dalam menghadapi permasalahan hidup yang begitu berat yang setiap saatnya mereka bisa kehilangan nyawanya, keluarga nya , tidak memiliki tempat tinggal bahkan kesulitan mendapatkan makan dan minum malah itu semua membuat mereka semakin kuat. Begitu pula teladan remaja di masa kegemilangan Islam, mereka menjadi remaja yang tangguh diusia belia.

Wallahu'alam bissawab 




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar