Gen Z Melek Politik, Why Not?


Oleh : Fitra Asril (Muslimah Tamansari, Bogor)

Agustus bisa dikatakan bulan yang cukup mencekam bagi rakyat Indonesia. Betapa tidak, laman pemberitaan dipenuhi oleh penetapan 295 anak sebagai tersangka kerusuhan demo di berbagai wilayah di Indonesia. Komisioner KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), Aris Adi Leksono menyebut bahwa penetapan ratusan anak tersebut tidak memenuhi standar perlakuan terhadap anak sesuai UU Peradilan Anak, "Masih banyak yang kemudian tidak memenuhi standar perlakuan terhadap anak, ada anak yang diperlakukan tidak manusiawi, bahkan ada yang kemudian diancam, dikeluarkan dari sekolahnya," ucap Aris saat ditemui di Kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Jumat, 12/9/2025. Kata Aris, Dinas Pendidikan tidak melakukan tindakan apapun untuk mencegah anak yang terlihat demonstrasi dikeluarkan dari sekolahnya. (Kompas.com)

Enam Lembaga Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) membentuk tim independen pencari fakta untuk menyelidiki peristiwa unjuk rasa yang berlangsung pada akhir Agustus hingga September 2025. Enam lembaga tersebut adalah Komnas HAM, Komnas Perempuan, KPAI, Ombusman RI, Komisi Nasional Disabilitas, dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Wakil Ketua Komnas HAM, Abdul Haris Semandawai mengatakan pembentukan tim independen lembaga HAM sebagai respons peristiwa unjuk rasa dan kerusuhan yang terjadi pada Agustus-September 2025 di Jakarta dan berbagai kota di Indonesia. Lebih jauh lagi, Komnas HAM mengingatkan adanya potensi pelanggaran HAM dalam penetapan anak-anak sebagai tersangka anarkisme, karena proses penyelidikan sarat ancaman. (Tempo.co, 12/9/2025)

Sebenernya, dari peristiwa unjuk rasa ini kita bisa melihat potensi yang sangat besar dimiliki oleh Gen Z. Mereka sudah mulai melek politik dan menuntut perubahan stas ketidakadilan yang menimpa negerinya. Justru potensi ini harus didukung dan diwadahi oleh Pemerintah, bukan akhirnya dikriminalisasi dengan label anarkisme. Ini jelas-jelas bentuk pembungkaman agar generasi tidak lagi kritis ketika penguasa bertindak semena-mena. Gen Z berpandangan bahwa politik adalah alat kotor untuk meraih tujuan tertentu. Politik adalah batu loncatan untuk korupsi, penuh dengan drama dan gimik. Tak heran mereka anti bicara politik, karena menganggap itu terlalu rumit. Sistem demokrasi kapitalisme yang diterapkan hari ini hanya memberi ruang pada suara yang sejalan, sementara yang mengancam akan dengan mudah dikriminalisasi. 

Kini, sudah selayaknya kerangka berpikir Gen Z diarahkan kepada kerangka berpikir Islam. Dimana pemuda merupakan tonggak perubahan. Pemuda adalah penentu nasib bangsa kedepannya. Gen Z harus diajak menganalisis penyebab mendasar terjadinya berbagai persoalan yang mendera negeri ini, seperti, kemiskinan, pengangguran, korupsi, kasus bunuh diri, perampasan aset, utang luar negeri yang terus menggunung, hingga penguasaan sumber daya alam oleh asing. 

Sudah terlalu lama tipuan demokrasi membius rakyat ini. Kapitalisme-sekuler mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan segelintir orang yang sedang berkuasa. Ini disebabkan makna politik dalam kerangka demokrasi hanya untuk mengukuhkan oligarki. 

Sejatinya, makna politik yang sesungguhnya dalam Islam adalah mengurusi urusan umat. Menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar, mengoreksi penguasa ketika berbuat dzalim termasuk didalamnya. Lebih dari itu, Islam Kaffah harus dipelajari dan dipahami untuk diterapkan, bukan sekedar pengetahuan semata. Karenanya, setiap muslim dituntut untuk menjadi pelaku perubahan sistem dari demokrasi menjadi Islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'du : 11) 

Oleh sebab itu, melek politik, mempelajari dan mengamalkannya adalah pilihan terbaik bagi seorang muslim. Sudah saatnya Gen Z memperjuangkan agama dan ridho Allah, sehingga potensi mereka benar-benar teroptimalkan dengan baik. Gen Z jangan mau dibajak oleh demokrasi yang hanya menghargai mereka pada saat momen pemilu saja. Yuk berkontribusi untuk Islam. Siap menghempaskan kebathilan, menyongsong kebangkitan dan masa depan umat. Allahuakbar. Wallahu a'lam bi showab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar