Oleh: Winda Raya, S.Pd., Gr (Aktivis Muslimah)
Pergi ke ladang membawa benih,
Hujan turun membasahi bumi.
Menolong sesama adalah amal yang bersih,
Tanda iman dan cinta Ilahi.
Camat Medan Marelan, Zulkifli S. Pulungan, S.STP., M.AP., kembali menggelar kegiatan Sapa Warga sebagai wujud kepedulian dan kedekatan pemerintah dengan masyarakat. Kali ini, beliau mengunjungi Bapak Sudirman (59 tahun), warga Jala Baru Lingkungan 15, Kelurahan Terjun, yang tengah berjuang melawan penyakit tumor di kepala.
Dalam kunjungan tersebut, Camat menyampaikan doa serta dukungan agar Bapak Sudirman diberikan kekuatan dan kesembuhan. Beliau juga menyalurkan bantuan sembako guna meringankan kebutuhan keluarga, sekaligus menegaskan komitmen pemerintah untuk selalu hadir bagi warganya. Keluarga penerima bantuan menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian dan kehadiran langsung Camat beserta jajaran. Kunjungan ini memberi semangat baru bagi mereka untuk tetap tegar menghadapi cobaan.
Camat Medan Marelan menuturkan, kegiatan Sapa Warga tidak sekadar agenda rutin, tetapi juga sarana mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Ia berharap kegiatan semacam ini dapat menumbuhkan kepedulian sosial, kebersamaan, dan semangat gotong royong di lingkungan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan Camat Medan Marelan dengan menyapa warga yang sedang sakit sekaligus menyalurkan bantuan sembako mencerminkan bentuk nyata kehadiran pemerintah di tengah masyarakat. Langkah seperti ini menjadi simbol kepedulian sosial serta upaya membangun hubungan emosional antara aparat pemerintahan dan warga. Kehadiran langsung pejabat daerah dalam situasi sulit mampu memberikan dukungan moral dan menumbuhkan rasa kebersamaan, terutama bagi masyarakat yang tengah menghadapi tekanan akibat kondisi kesehatan maupun ekonomi.
Meski demikian, bentuk perhatian semacam ini pada dasarnya bersifat temporer dan belum tentu memberikan dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan warga. Bantuan sembako dan kunjungan sosial lebih berperan sebagai stimulus moral dibandingkan solusi struktural terhadap persoalan kemiskinan dan keterbatasan akses layanan kesehatan. Dalam konteks ini, terlihat bahwa sistem pemerintahan sekuler cenderung menitikberatkan pada program bantuan sesaat tanpa menciptakan sistem kesejahteraan yang menyentuh akar permasalahan.
Untuk membangun kesejahteraan yang berkelanjutan, diperlukan kebijakan yang lebih komprehensif dan berorientasi jangka panjang, seperti peningkatan akses layanan kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta sistem perlindungan sosial yang adil dan merata. Dengan demikian, kegiatan sosial pemerintah seperti Sapa Warga tidak hanya menjadi simbol empati, tetapi juga bagian dari strategi nyata dalam menciptakan keadilan sosial dan kesejahteraan yang berkesinambungan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dalam Islam, negara memiliki tanggung jawab besar untuk menjamin kesejahteraan seluruh rakyatnya, baik dalam bidang kesehatan, pangan, maupun bantuan sosial. Prinsip ini berakar dari ajaran Rasulullah SAW yang menekankan pentingnya tolong-menolong dan kepedulian terhadap sesama. Islam tidak memandang tindakan sosial sebagai hal yang bersifat sukarela semata, tetapi sebagai kewajiban moral dan sistemik dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan melapangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat.”
(HR. Muslim No. 2699)
Hadis ini menegaskan bahwa membantu orang yang sedang menghadapi kesulitan bukan hanya bernilai sosial, tetapi juga merupakan amal yang tinggi kedudukannya di sisi Allah SWT. Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, dan Ad-Daruquthni)
Kedua hadis ini menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan pentingnya peran individu dan pemerintah dalam menumbuhkan solidaritas sosial. Menolong sesama bukan sekadar tindakan empati sesaat, melainkan bagian dari implementasi nilai amar makruf nahi munkar yang mengajarkan kebaikan dan mencegah kemudaratan di tengah masyarakat.
Dalam pemerintahan Islam, konsep kesejahteraan tidak berhenti pada bantuan sementara seperti pembagian sembako, tetapi diwujudkan dalam sistem yang berkelanjutan melalui lembaga Baitul Mal. Lembaga ini mengelola harta umat, seperti zakat, infak, sedekah, dan sumber kekayaan negara lainnya, untuk memastikan seluruh warga terpenuhi kebutuhan dasarnya secara adil. Dengan sistem ini, masyarakat tidak hanya memperoleh bantuan pada saat kesulitan, tetapi juga memiliki jaminan kesejahteraan yang berkelanjutan dan terdistribusi secara merata.
Kegiatan sosial seperti penyaluran bantuan kepada warga sakit memang mencerminkan niat baik dan kepedulian pemerintah terhadap rakyatnya. Namun, dalam Islam, kepedulian yang ideal harus dijalankan secara terstruktur, menyeluruh, dan berkesinambungan, bukan hanya bersifat sementara. Negara memiliki peran penting dalam memastikan seluruh rakyat mendapatkan akses terhadap kehidupan yang layak, pelayanan kesehatan yang memadai, serta sistem ekonomi yang adil.
Nilai kepedulian sosial dalam Islam bukan sekadar tindakan spontan, melainkan bagian dari kewajiban moral dan tanggung jawab negara untuk memastikan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Sistem sosial Islam menempatkan kepedulian dan keadilan sebagai fondasi utama dalam membangun masyarakat yang sejahtera.
Dengan demikian, nilai tolong-menolong dalam Islam bukan hanya sebatas bentuk empati, tetapi juga menjadi landasan moral dan sistem sosial yang menegaskan bahwa kesejahteraan umat merupakan tanggung jawab bersama. Melalui penerapan nilai-nilai Islam dalam tata kelola pemerintahan, kesejahteraan tidak lagi menjadi janji atau bantuan sesaat, melainkan terwujud sebagai hak nyata bagi setiap warga negara.
Wallahualam bissawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar