Filisida dan Derita Ibu di Sistem yang Salah


Oleh : Ni’mah Fadeli

"Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa." Begitu melekat lagu tersebut di benak. Lagu yang menggambarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Ibu cenderung tidak memikirkan diri sendiri dan hanya fokus bagaimana membuat anak-anaknya bahagia selalu. Besarnya kasih sayang seorang ibu bahkan terkadang membuat ia rela berkorban demi anak meski dengan cara yang salah.

Seorang ibu di kota Bandung tega membunuh kedua anaknya justru karena kasih sayang yang begitu besar kepada mereka. EN (34 tahun) melakukan pembunuhan terhadap anak atau filisida karena merasa telah lelah lahir dan batin akibat tekanan ekonomi. 

Hal ini terungkap dalam surat wasiatnya. EN yang akhirnya mengakhiri hidup dengan menggantung diri menyatakan rela masuk neraka asal anak-anaknya masuk surga daripada hidup susah. Dalam surat wasiatnya, EN tak lupa untuk meminta maaf kepada seluruh keluarga dan kedua anaknya karena harus memilih jalan ini. (bbc.com, 10-09-2025)

Kisah EN yang membuat patah hati ini tidak hanya sekali terjadi. Beberapa kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya. Menurut psikolog, filisida lebih sering terjadi pada ibu atau biasa disebut filisida maternal. Hal ini terjadi bukan karena naluri keibuan telah hilang, tetapi banyak faktor penyebab yang melatarbelakanginya. Tekanan ekonomi menjadi pencetus utama, selain faktor sosial, dan minimnya ilmu pengasuhan.


Sekularisme Biang Problematika

Hari ini kehidupan memang terasa amat berat bagi sebagian besar masyarakat. Pekerjaan sulit, PHK dimana-mana, pendidikan mahal, harga kebutuhan pokok melambung, biaya kesehatan tinggi, dan seterusnya. Hal tersebut rentan memicu gangguan kesehatan mental, apalagi bagi perempuan yang perasaannya lebih dominan.

Beban hidup sehari-hari memenuhi pikiran seorang ibu hingga tak jarang menghilangkan kewarasan. Setiap hari ibu harus berperang batin dalam mencukupkan materi yang tak seberapa untuk kebutuhan rumah. Utang di warung tetangga pun terpaksa dilakukan demi memenuhi kebutuhan. Suami yang disibukkan dengan pekerjaan tanpa ikut dalam pengasuhan anak makin menambah beban mental yang tak terasa sudah menggunung. Belum lagi ketika ibu juga harus bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga. 

Jalan pintas mengakhiri hidup dengan mengajak anaknya ikut serta menjadi pilihan karena istri merasa tak memiliki tempat berbagi beban. Masyarakat sekitar juga merasakan kerasnya kehidupan sehingga ibu pun merasa sendiri. Naudzubillah min dzalik. Tragedi ini terjadi bukan semata karena masalah pribadi, tetapi karena manusia kini memang hidup di sistem salah yang menjadi sumber problematika kehidupan. 

Sistem sekuler hari ini menjauhkan manusia dari Sang Pencipta sehingga melahirkan generasi liberal yang ingin bebas melakukan apa saja tanpa peduli larangan-Nya, asalkan dinilai tidak merugikan orang lain. Sekularisme pula yang menjadikan manusia kini hanya melihat keberhasilan seseorang dari harta benda. Makin kaya maka makin tinggi kedudukannya di masyarakat, dan sebaliknya. Maka ketika seseorang mengalami kesulitan ekonomi, rasa rendah diri dan tidak berharga pun meningkat pesat.


Islam Memuliakan Perempuan

"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya." (HR. At-Tirmidzi).

Demikian salah satu hadist Rasul yang menggambarkan betapa mulia posisi seorang istri. Menjadi istri artinya bersiap menjadi ibu yang akan melahirkan generasi penerus peradaban. Maka Islam memerintahkan seorang suami senantiasa bersikap baik sehingga istri merasa aman dan nyaman.

Suami berkewajiban menafkahi keluarga dengan layak dan mencukupi seluruh kebutuhannya, Islam sebagai sebuah sistem juga sudah memberi aturan agar negara mewujudkannya. Lapangan pekerjaan yang luas disediakan negara dengan penghasilan cukup, bukan standar minimum suatu kota. Pendidikan, kesehatan, transportasi mudah dan murah bahkan gratis karena semua dikelola negara tanpa campur tangan asing atau swasta. Segala kebutuhan sehari-hari didistribusikan dengan perencanaan matang sehingga tak mengalami naik turun harga dan kelangkaan.

Rakyat tak akan disibukkan dengan bagaimana bertahan hidup karena segalanya telah dimudahkan oleh negara. Masjid, majelis ilmu dimana-mana, dan media akan difungsikan secara optimal agar masyarakat senantiasa mudah menambah ilmu. Setiap individu akan menyadari apa sebenarnya tujuan hidup di dunia dan tak mudah menyerah ketika mendapati kesulitan hidup. Laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban yang sama dalam beribadah. Negara wajib memfasilitasi agar ibadah rakyatnya dapat terlaksana dengan sempurna, baik ibadah mahdhah yang langsung berhubungan dengan Allah maupun ibadah terkait menuntut ilmu, bermuamalah, dan seterusnya.

Khilafah sebagai sistem Islam berlandaskan Al-Qur'an dan sunnah sangat berbeda dengan sekuler yang justru menjauhkan agama dari kehidupan. Dalam Khilafah, akidah individu yang kuat akan terbentuk, semangat amar makruf nahi mungkar di antara masyarakat tinggi, dan negara benar-benar peduli juga mengerti apa yang dibutuhkan rakyatnya.


Khatimah

Peran istri dan ibu sebagai madrasah pertama bagi anak akan menjadi salah satu prioritas khalifah sebagai kepala negara. Dengan ibu yang sehat lahir batin maka anak akan terdidik dengan baik dan benar. Generasi Islam yang tangguh dan cemerlang pun akan kembali terwujud seperti ketika Islam memimpin sepertiga dunia.

Wallahu a’lam bishawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar