KHUTBAH JUM'AT : PALESTINA BELUM MERDEKA!


KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اللهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى:
وَلَا تَرْكَنُوْٓا اِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُۙ وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاۤءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ ۝١١٣ (هُوْدٌ) 
Alhamdulillâhi Rabbil Âlamin, Segala puji bagi Allah Subhânahu Wa Taâlâ yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallâhu alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Bertakwalah kepada Allah Subhânahu Wa Taâlâ dengan sebenar-benarnya takwa sebagaimana firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS. Âli Imrân [3]: 102).
Sungguh takwa adalah benteng terakhir kita di tengah kehidupan akhir zaman saat ini. Dan sungguh, hanya dengan takwa kita akan selamat di dunia dan akhirat.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Setelah dua tahun mengalami serangan keji Israel, harapan baru muncul di Jalur Gaza. Pada Jumat (10/10), Israel dan Hamas kembali menyepakati gencatan senjata setelah negosiasi tiga hari yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, Mesir, dan Turki. Pimpinan Hamas, Khalil al-Hayya, menyatakan bahwa pihaknya menerima jaminan dari para mediator bahwa perang benar-benar akan berakhir. Israel pun mengonfirmasi bahwa gencatan senjata mulai berlaku dalam 24 jam setelah disetujui, dan pembebasan sandera di Gaza akan dilakukan dalam waktu 72 jam berikutnya.
Pasca gencatan senjata, bantuan kemanusiaan mulai mengalir ke Gaza melalui perbatasan Kerem Shalom. Bulan Sabit Merah Mesir menyiapkan 400 truk bantuan, sementara PBB melaporkan 170.000 ton makanan, obat-obatan, dan perlengkapan darurat siap didistribusikancukup untuk dua juta warga Gaza selama tiga bulan. Sebelumnya, 2,1 juta penduduk mengalami kelaparan akut akibat blokade panjang, menewaskan lebih dari 100 orang. Kini, ribuan warga kembali ke wilayah mereka yang hancur90 persen bangunan musnah, termasuk rumah sakit, pasar, sekolah, masjid, dan gereja. Setelah lebih dari 67 ribu jiwa terbunuh dan hampir seluruh infrastruktur lumpuh akibat 200 ribu ton bom Israel, Gaza seakan berubah dari penjara terbesar menjadi ladang pembantaian terbesar dalam sejarah kemanusiaan.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Meski gencatan senjata memberi sedikit harapan bagi warga Gaza, kenyataannya Palestina belum benar-benar merdeka. Berbagai ancaman masih membayangi kaum Muslim di sana. Pertama, tidak ada jaminan Israel akan menghentikan agresinya secara total. Hanya beberapa jam setelah gencatan senjata diumumkan, Zionis kembali menyerang Gaza Utara dan menewaskan 30 warga sipil. Israel memang dikenal kerap mengkhianati perjanjian gencatan senjata, namun tak pernah mendapat sanksi internasional yang tegas. Ironisnya, banyak pemimpin Arab justru berlomba membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Kedua, para pemimpin Arab dan Eropa telah menyiapkan skenario pemerintahan transisi bagi Palestina. Berdasarkan Deklarasi New York di Markas PBB (12/9), jika gencatan senjata tercapai, Gaza akan diatur oleh komite administratif transisi di bawah Otoritas Palestina. Mantan PM Inggris Tony Blair disebut akan memimpin otoritas tersebut dengan dukungan Gedung Putih. Kaum Muslim perlu waspada, sebab Blair memiliki catatan kelam sebagai salah satu arsitek invasi Irak tahun 2003 yang menewaskan lebih dari satu juta penduduk dengan dalih palsu tentang senjata pemusnah massal. Kondisi ini membuat Palestina seperti lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.
Ketiga, rencana perdamaian juga mengandung ancaman pelucutan senjata dan pelarangan kelompok pejuang Islam di Gaza. Amerika Serikat melalui Comprehensive Plan to End the Gaza Conflict ingin menjadikan Gaza sebagai kawasan bebas terorisme dan deradikalisasiyang secara implisit menargetkan kelompok perlawanan seperti Hamas. Usulan ini disetujui Trump, Netanyahu, negara-negara Arab, dan Otoritas Palestina yang bahkan menuding Hamas sebagai penyebab genosida. 
Keempat, negara-negara Barat dan Arab juga menyiapkan International Stabilization Force (ISF) untuk melatih dan mengendalikan polisi Gaza. Dengan demikian, keamanan Gaza akan berada di tangan kekuatan asing yang mustahil berpihak pada umat Islam.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Pengakuan internasional terhadap solusi dua negara bukan jalan keadilan bagi Palestina, melainkan legalisasi perampasanoleh karena itu umat Muslim wajib menilai kembali sikap politiknya terhadap penjajahan.
Solusi dua negara mengakui eksistensi dan penguasaan tanah yang dirampas Zionis, padahal seluruh wilayah Palestina dalam sejarahnya merupakan tanah kharaj yang masuk di bawah kekuasaan Islam sejak penaklukan di era Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu. Dukungan para pemimpin Arab dan dunia Islam terhadap solusi itu justru menunjukkan sikap tunduk dan mengabaikan kewajiban menolong sesama Muslim; Nabi ﷺ bersabda:
مَا مِنِ ٱمْرِئٍ يَخْذُلُ ٱمْرَأً مُسْلِمًا فِيْ مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيْهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ، إِلَّا خَذَلَهُ ٱللَّهُ فِيْ مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيْهِ نَصْرَتَهُ
”Tidaklah seseorang (Muslim) menelantarkan seorang Muslim lainnya di tempat di mana kehormatannya dilanggar dan direndahkan, melainkan Allah akan menelantarkan dia di tempat di mana dia sangat ingin mendapatkan pertolongan. (HR Abu Dawud, Ahmad, dan yang lainnya).
Pandangan Islam terhadap penjajahan di atas negeri Palestina telah jelas. Para ulama telah menyepakati kewajiban berjihad fi sabilillah untuk mengusir para penjajah. Ibnu Qudamah (w.620 H) menyatakan bahwa bila kaum kafir menduduki negeri kaum Muslim maka penduduknya wajib memerangi mereka, dan jika tidak mampu kewajiban itu meluas kepada kaum Muslim di sekitarnya (Ibnu Qudamah, Al-Mughni, 9/228). An-Nawawi (w.676 H) juga menegaskan bahwa seluruh kaum Muslim wajib berkorban jiwa demi membebaskan negeri yang dikuasai kafir (An-Nawawi, Ar-Rawdhah, 10/216). Alasan syarʿi ini diperkuat oleh firman Allah:
وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ
”Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian” (QS. al-Baqarah [2]: 190). 
Oleh karena itu, kasih sayang nyata terhadap penderitaan Gaza harus diwujudkan dalam bentuk jihad fi sabilillah untuk mengusir penjajah, bukan dengan mengakui eksistensi negara zionis.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Ketika para penguasa Muslim mengabaikan tanggung jawab mereka dan tunduk pada keputusan Barat, umat membutuhkan kepemimpinan yang benar-benar melindungi yaitu Khilafah Islam.
Hari ini banyak penguasa Muslim menyerahkan loyalitas kepada pihak yang terlibat dalam penderitaan Palestina, mereka memilih tunduk pada keputusan Barat, termasuk PBB. sehingga kewajiban menolong saudara kita diabaikan. Maka dari itu, wahai kaum Muslim! Kita membutuhkan kepemimpinan global yang benar-benar melindungi kita. Itulah Khilafah Islam yang telah diwajibkan oleh syariah Islam. Khilafah inilah yang bakal menjadi perisai umat Islam sedunia. 
Hanya dengan Khilafah, kehormatan, harta dan jiwa umat Islam sedunia terpelihara. Khilafahlah yang akan menyatukan seluruh negeri Muslim, memimpin mereka, lalu mengibarkan jihad fi sabilillah untuk mengusir para penjajah dari negeri-negeri kaum Muslim, khususnya Palestina.
Janganlah condong kepada para pemimpin zalim yang membiarkan kezaliman berlangsung, karena Allah berfirman:
وَلَا تَرْكَنُوْٓا اِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ
“Janganlah kalian condong kepada orang-orang yang zalim sehingga kalian nanti akan disentuh oleh api neraka” (QS. Hûd [11]: 113). WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ




KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. 
اَللّٰهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ. اَللّٰهُمَّ نَجِّ إِخْوَانَنَا الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي فَلَسْطِيْنَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ عَلَى أَعْدَائِهِمْ.
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْنَا مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ





Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar