Oleh : Nayla Adzkiya Amin
Dua tahun bukanlah Waktu yang singkat untuk menerima setiap tindakan bengis yang dilakukan oleh Israel. Bukannya justru mereda, tindakan bengis itu kian menjadi-jadi hingga kemarahan dan perlawanan menyebar pada tiap lini kehidupan masyarakat dunia.
Sampai akhirnya, gerakan Sumud Flotilla dilakukan. Sumud Flotilla sendiri ialah gerakan kolektif yang menyatukan individu secara global untuk melakukan aksi kemanusiaan. Mereka berlayar mengarungi lautan dan samudera dari negara masing-masing hingga mereka melakukan pertemuan di laut internasional yang paling dekat wilayahnya dengan Gaza.
Menurut BBC News, kapal mereka sudah dikepung militer Israel bahkan ketika mereka belum masuk ke dalam wilayah perairan Israel atau Palestina, mereka dikepung tanpa hak di perairan Internasional yang sudah seharusnya menjadi hak sipil. Dalam kapal, mereka mengangkut barang-barang krusial yang dibutuhkan disana, seperti tepung, obat-obatan, dan susu untuk bayi. Namun sayang sekali, perbekalan yang ingin diberikan kepada masyarakat tidak berhasil sampai. (03/10/2025).
Meskipun begitu, semangat mereka untuk melawan penjajahan perlu diapresiasi dan dihargai dengan setinggi-tingginya. Berkat mereka, orang yang tadinya belum peka dan paham soal isu penjajahan ini menjadi lebih belajar dan mengerti persoalan ini. Pergerakan ini pun mencerminkan ketika semua masyarakat ada dalam satu suara untuk membela. Yang berada dalam kapal mungkin adalah garda terdepan dalam perjuangan, tapi melakukan aksi bela Palestina di tiap kota besar di dunia dan melakukan campaign di media sosial juga adalah bentuk perlawanan.
Keinginan besar seluruh masyarakat dunia adalah menjadikan Palestina negara yang merdeka dari penjajahan yang mereka terima. Tentu saja juga dengan mengecam dan menindak dengan tegas perlakuan tidak manusiawi yang diterima dari Israel.
Solusi memerdekakan dua negara (Palestina dan Israel) merupakan solusi yang semu. Bayangkan, bagaimana bisa dua negara yang terjerat dalam konflik dijadikan merdeka keduanya dan berakhir hidup bersisian, tentu itu tidak masuk akal, bukan?
Saat ini kondisi Palestina yang hancur adalah karena tidak adanya persatuan umat muslim dan minimnya pemahaman terhadap urgensi tanah Palestina itu sendiri.
Maka, teruslah lantang bersuara, menguatkan aksi, dan menggenggam sosusi hakiki tanpa sembarang kompromi. Sebab, Allah akan pertanyakan semua ini. Lantas akan jawab apa kita dihadapan-Nya nanti?
Wallahu a'lam bishshawab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar