Ancaman Bonus Demografi di Indonesia


Oleh : Desi Nurjanah 

Indonesia masih berada ditengah periode penerima bonus demografi. Diperkirakan sudah hampir sampai pada puncaknya, hingga nanti berakhir di tahun 2045.

Bonus demografi adalah fase dimana penduduk usia produktif; berkisar usia 15 - 64 tahun, lebih banyak daripada usia non produktif. Kondisi seperti ini, seharusnya memberikan potensi besar bagi pertumbuhan ekonomi negara. Namun, apakah benar yang terjadi di Indonesia justru bonus demografi itu merupakan ancaman?

Bertepatan dengan fase bonus demografi yang diterima Indonesia, Di dapati pula permasalahan yang sejak dulu belum bisa diatasi, yaitu; tingginya angka pengangguran dikalangan generasi muda. Hal inilah yang bisa menjadi ancaman bagi perekonomian Negara. 

Dikutip dalam sebuah media nasional https://nasional.kontan.co.id/news/pasar-tenaga-kerja-kian-sesak-10-juta-orang-antre-kerja bahwa; Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Bob Azam, menyoroti data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) yang menunjukkan jumlah pencari kerja di Indonesia mencapai 10 juta orang.


Potensi Bonus Demografi

Sebetulnya disamping tingginya angka pengangguran tersebut, Indonesia memiliki potensi besar bagi bonus demografi yang dialaminya. Hanya saja perlu digali lebih jauh potensi dari Sumber Daya Manusia (SDM), Pendidikan, Kesehatan dan peluang menjalankan usaha diusia produktif tersebut.

Usia produktif memungkinkan seseorang tidak hanya menerima manfaat, namun menjadi mesin penggerak. Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan selaku Senior Official Meeting on Youth (SOMY) Leader Indonesia menekankan bahwa pendidikan dan kesehatan menjadi capaian utama, sementara tantangan terbesar terletak pada lapangan kerja yang layak serta partisipasi pemuda dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan. 

Pada Selasa, 16 September 2025 lalu, melalui SOMY Focal Point, pemerintah Indonesia mengikuti Focus Grup Discussion (FGD) End-Term Review ASEAN Work Plan on Youth (AWP) 2021-2025. Forum ini diselenggarakan secara virtual. (Wartaekonomi.co.id) 

Menanggapi diskusi tersebut pemerintah mendorong generasi muda untuk menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi negara bahkan ASEAN, di berbagai bidang. Selain itu pemerintah Indonesia juga mendorong ASEAN memperkuat transisi sekolah ke dunia kerja, pengembangan kewirausahaan, serta peningkatan partisipasi inklusif.

Fenomena bonus demografi semestinya menjadi peluang emas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, Namun, jika tidak dikelola dengan baik, maka hal ini dapat berubah menjadi ancaman serius bagi perekonomian negara. 


Faktor Ancaman Bonus Demografi bagi Indonesia;

1. Kualitas Sumber Daya Manusia Rendah
Indonesia memiliki banyak penduduk yang sebagian besarnya berpendidikan dibawah SMP, secara keterampilan kerja terkadang belum ada, sehingga kesulitan mendapatkan perkejaan yang diharapkan mampu membantu meningkatkan perekonomian. Disamping itu juga banyak lulusan sekolah tinggi yang tidak memiliki etos kerja yang tinggi ataupun kreativitas yang baik. Maka, banyak kendala jika ingin memulai usaha baru. Tidak dimungkiri ada juga yang tidak bersekolah tinggi, tetapi bisa merintis usaha sendiri dengan kedisiplinannya. Walaupun tidak banyak juga jumlahnya. 

Pendidikan di Indonesia juga kurang banyak mendorong karakter yang siap terjun di lapangan perkerjaan. Dari sisi kesehatan pun menjadi sorotan, sebab dengan sistem kapitalisme yang diterapkan di Indonesia, kesehatan usia produktif menjadi terbengkalai. Hal ini mempengaruhi kualitas diri untuk terjun ke dunia kerja. Sedangkan persaingan semakin ketat seiring dengan ketersediaan lapangan kerja yang semakin menipis. 

2. Ketimpangan Ekonomi dan Infrastruktur
Beberapa masyarakat dengan usia produktif dari kalangan ekonomi yang cukup berada, tetapi tidak mampu membantu perekonomian yang lemah dibawahnya. Sehingga yang kaya semakin kaya sedangkan si miskin semakin miskin. Inilah buah dari sistem kapitalisme yang dianut negara Indonesia. 

Infrastruktur terus berjalan dan ditingkatkan dari tahun ke tahun. Tetapi, fasilitas yang telah terbangun tidak bisa dinikmati oleh kebanyakan penduduk dari kalangan menengah kebawah. Pembangunannya pun banyak memanfaatkan tenaga asing sehingga mempersempit kesempatan kerja bagi warga lokal.

Padahal seharusnya seiring dengan berkembangnya infrastruktur negara yang lebih memadai, maka bisa lebih meningkatkan kemudahan seluruh lapisan masyarakat dalam mengakses berbagai hal untuk belajar, bekerja dan meningkatkan ekonomi negara. 

3. Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat
Menyoroti keadaan ekonomi Indonesia saat ini, dengan pengangguran di mana-mana dan sempitnya lapangan pekerjaan. Maka mau tidak mau seharusnya masyarakat mulai menyadari kebutuhan untuk membuka usaha mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan lebih banyak. Akan tetapi, hal ini tidak mudah. Mengingat sulitnya mengurus perizinan dalam merintis usaha dan banyaknya peraturan yang tidak berpihak pada rakyat kecil yang ingin mengembangkan kreativitasnya. Sehingga hal ini mempersulit masyarakat terutama generasi muda untuk menjadi motor penggerak sesuai harapan pemerintah. 

4. Kesalahan dalam menerapkan sistem
Banyaknya pengangguran di negara ini adalah karena kesalahan penggunaan sistem kapitalisme, yaitu sistem yang menitiberatkan pada produksi, bukan distribusi. 

Sistem kapitalisme akan menyebabkan monopoli yang merugikan pada konsumen dan menghambat persaingan, sebab yang berkuasa adalah para pemilik modal terbesar. Sistem ini bergantung pada hutang dan senantiasa mengeksploitasi sumber daya alam, bahkan rentan mengalami krisis ekonomi serta telah menyebabkan ketimpangan ekonomi. 

Kesalahan penggunaan sistem kapitalisme dalam mengatur negara, memustahilkan adanya distribusi kekayaan rakyat dan negara untuk tiap-tiap Individu Rakyat.

Kapitalisme tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah rakyat secara tuntas, bahkan kapitalisme menyebabkan munculnya masalah baru yang berkelindan dengan masalah lainnya yang tidak akan pernah bisa diputus dan diselesaikan.


Belajar pada Masyarakat Islam dari Zaman Kejayaannya

Dahulu pernah berlaku peraturan islam yang menjadi dasar atau sistem sebuah negara. Pada masa itu, banyak masyarakat yang merasa sejahtera dibawah naungan kekuasaannya, sebut saja contohnya pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz. Saat itu, bahkan pemerintah kesulitan mencari rakyat yang layak menerima zakat dari 8 asnaf yang sudah ditentukan syari'at. Hal tersebut menunjukan tingginya kualitas ekonomi suatu negara pada masa itu.

Stabilnya perekonomian suatu negara, tentu saja dipengaruhi oleh berbagai hal. Diantaranya adalah tingginya kualitas pemuda yang berakhlak, masyarakat yang beradab, bagusnya sistem ekonomi yang diadopsi, dan kontrol penguasa yang bertakwa serta bertanggungjawab. 

Banyaknya masyarakat yang berkualitas, baik dari segi akhlak maupun kreativitasnya justru merupakan modal besar dalam proses melejitkan ekonomi negara. Tidak hanya ekonomi, bahkan berbagai persoalan lain bisa diselesaikan dengan penerapan peraturan Islam pada sebuah negara. 


Solusi Islam Menghadapi Ancaman Bonus Demografi

Berbagai faktor yang menjadi ancaman penerima bonus demografi bisa diatasi dengan diterapkannya sistem Islam dan menghapuskan sistem Kapitalisme yang sudah terbukti menyesatkan selama ini. 

Harapannya bukan hanya masalah pengangguran yang teratasi, tetapi juga bisa meningkatkan kualitas SDM yang rendah, memperluas lapangan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat, menjamin keselamatan rakyat dari berbagai ancaman dan diskriminasi, serta meningkatkan kestabilan ekonomi. Lebih luas lagi manfaatnya jika sistemnya dijalankan secara menyeluruh.

Kedepan bonus demografi bukan lagi menjadi ancaman, tetapi justru menjadi berkah bagi suatu negara. Sebab banyaknya usia produktif atau dalam Islam bisa dikatakan dengan pemuda (Syabab), merupakan peluang besar terbentuknya suatu peradaban yang gemilang. 

Rasulullah SAW pernah berdo'a; "Ya Allah, limpahkanlah hartanya dan limpahkanlah (jumlah) anaknya. Dan berkahilah apa yang Engkau telah berikan kepadanya". (HR Bukhari dan Muslim)

Sejalan dengan do'a beliau, maka seharusnya bonus demografi ini merupakan kesempatan emas untuk mewujudkannya. 


Khatimah

Penerapan Sistem Kapitalisme sampai kapanpun tidak akan pernah bisa menyelesaikan berbagai persoalan dalam negara, maka seharusnya sistem yang diterapkan adalah sistem Islam yang sudah terbukti kualitasnya berabad-abad lamanya.

Sistem Islam yang dimaksud adalah ditegakkan kembali aturan Islam yang menyeluruh, yang berasal dari Sang Pencipta dan satu-satunya aturan yang wajib diikuti seluruh manusia. Maka, hasilnya adalah kesejahteraan bagi seluruh alam semesta. 

Wallahu'alam bisshowab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar