Gen-Z Wajib Menolak Two State Solution


Oleh : Nur Khalifah (Aktivis Muslimah Ketapang Kal-Bar)

Palestina masih membara, dilansir dari Kementrian Kesehatan Gaza pada Selasa, 7 Oktober 2025, sampai saat ini jumlah syuhada dan korban akibat agresi penjajah Zionis sejak awal perang Thufanul Aqsha pada 7 Oktober 2023 lalu, sebanyak 67.173 orang syahid dan 169.780 korban luka, diantara korban syuhada sebanyak 20179 anak-anak, 1.427 wanita, 4.813 lansia dan 31.754 pria. Korban semakin hari semakin bertambah dan Zionis semakin membabi buta dalam membasmi warga Gaza. Zionis mengklaim, serangan yang dilakukan karena untuk memusnahkan Hamas, mereka tidak peduli serangan dilancarkan diberbagai tempat seperti di rumah sakit, sekolah, dan tempat-tempat umum lainnya. 

Gelombang dukungan untuk Palestina semakin besar, dari kalangan Gen-Z diberbagai negara ikut aksi demo untuk menyuarakan protes pencegatan dari rombongan kapal Global Sumud Flotilla oleh Zionis. Dilansir dari kompas.com, merangkum artikel-artikel fakta dan update dukungan terhadap warga Gaza. Pertama, Demo yang dilakukan Gen-Z Maroko pada Jum’at (3/10/25), berujung tuntut pemerintah bubar karena tidak memenuhi hak-hak sosial rakyat. Kedua, di Eropa di kota-kota besar warga turun ikut menyuarakan kemarahan yang dilakukan Zionis mencegat kapal-kapal kemanusiaan. Ketiga, mantan sandera Zionis bernama Eli Sharabi mendesak Trump untuk menyetujui rencana perdamaian dan menyelesaikan tugasnya untuk melepaskan 28 sandera. 

Gerakan Global Sumud Flotilla di Indonesia adalah bentuk protes dari komunitas SPJ Bandung. Kapal-kapal Global Sumud Flotila yang banyak membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza telah diculik oleh Zionis. Mereka membawa makanan, obat-obatan, dan bantuan lainnya. Namun, kapal itu dicegat oleh Zionis, sehingga dunia bereaksi cepat, Italia dan Spanyol kirim satu kapal militer untuk kawal kapal bantuan kemanusiaan Flotilla sampai ke Gaza. 

Sementara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dipertemuan KTT PBB pada (23/9/2025), mengeluarkan pendapat solusi dua negara sesegera mungkin. Tentunya hal ini menyakitkan hati kaum muslim. Solusi dua negara ini sudah digaungkan lama, solusi ini ialah membagi wilayah Sungai Yordan dan laut Tengah menjadi dua negara, yaitu Arab (Palestina) dan Yahudi dengan berdasarkan peta 1967. Dalam solusi dua negara Palestina mendapatkan tanah yang tandus di Gurun Negev, serta Jalur Gaza dan Tepi Barat. Sedangkan wilayah yang tumbuh subur dan tepi garis pantai diberikan kepada Zionis. Sungguh kesepakatan solusi dua negara ini tidak adil dan bukanlah solusi tapi dengan tujuan untuk melegalisasi perampasan tanah Palestina. 

Pada sejarahnya warga Gaza sudah lama mendiami tanah Syam sebelum Yahudi berabad-abad lamanya sejak Khalifah Umar bin Khattab menaklukkan Baitul Maqdis pada 637 M. Yahudi baru datang di abad ke-19 setelah Deklarasi Balfour 1917, pada saat itu jumlah Yahudi yang bermigrasi semakin bertambah pesat dan mereka banyak melakukan penindasan, kekerasan dan pembunuhan terhadap warga Gaza. PBB mengeluarkan Resolusi 181 (II) pada (29/11/1947) yang bertujuan untuk membagi Palestina menjadi dua, yakni sebesar 56% untuk Zionis, 44% untuk warga Palestina. Sesungguhnya konsep dua negara ini untuk mencaplok tanah Palestina dan diberikan kepada Zionis dengan cuma-cuma. 

Melihat gelombang perjuangan dan dukungan dari berbagai kalangan, apresiasi atas kepedulian generasi muda dengan penderitaan yang terjadi pada muslim Plaestina. Tidak dapat dipungkiri, semakin hari semakin banyak yang mendukung Palestina dan kemenangan akan diraih oleh kaum muslim. Pencegatan yang dilakukan oleh Zionis terhadap warga dari berbagai negara adalah bukti Zionis hanya bisa dengan bahasa perang, bukan bahasa perdamaian. Zionis semakin pongah dengan keberadaan eksistensinya. 

Paling prihatin adalah keberadaan dan sikap penguasa muslim yang tidak memberikan dukungan yang pasti yakni mengirimkan tentara untuk melenyapkan Zionis. Padahal gelombang dukungan dari kaum muslim sedang gencar-gencarnya, tapi penguasa muslim malah melakukan makar dengan AS yaitu melakukan solusi dua negara. Dukungan dari negeri-negeri muslim dengan solusi dua negara yang dibuat oleh Zionis dan AS sejatinya merupakan pengkhianatan besar kepada para syuhada yang telah berjuang untuk kemerdekaan Palestina.

Gen-Z wajib menolak two state solution dan umat muslim wajib menolong warga Gaza, karena tanah Palestina merupakan tanah milik kaum muslim, solusi dua negara justru melegalisasi eksistensi Zionis di tanah Palestina. Palestina tidak butuh solusi dua negara, tapi butuh jihad dan Khilafah yang akan mengenyahkan Zionis di Palestina. Two state solution adalah haram dalam Islam. 

Umat muslim harus meninggalkan sistem kufur dan mewujudkan kepemimpinan Islam. Hanya dengan Islam Khilafah Islamiyyah yang mampu membebaskan Palestina dari cengkraman Zionisme dan bisa mengusir Zionis dari Palestina. Kita tidak akan bisa berharap kepada sistem yang justru menjadikan Palestina terlepas dari genggaman kaum muslim. 

Setelah runtuhnya junnah kaum muslim yakni Khilafah, Palestina terlepas dari tangan kaum muslim dan Zionis dengan pongah terus-menerus membantai Palestina dengan semena-mena hingga saat ini. Sampai hari ini pemimpin muslim tidak ada yang berani mengirim pasukan ke tanah Palestina karena sudah terikat perjanjian dan kepentingan duniawinya dengan AS dan Zionis. Satu-satunya solusi hakiki adalah dengan tegaknya Khilafah sesuai manhaj kenabian yang akan menghapus batas imajiner nasionalisme dan mengenyahkan eksistensi Zionis. 

Wallahu alam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar