Fatherless Makin Populer, Buah Sistem Kapitalis Sekuler


Oleh: Sarinah

Seorang ibu memiliki peran penting dalam mendidik anak anak-anaknya, begitu pula peran seorang ayah tak kalah pentingnya dengan peran seorang ibu, keduanya memiliki kontribusi untuk saling melengkapi dalam tumbuh kembang anak. Namun sayangnya, di Indonesia seperlima anak tumbuh dalam kondisi fatherless.

Dalam hasil penelitian, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan angka fatherless tertinggi di dunia.

Fatherless adalah sebuah fenomena ketidak hadiran peran ayah dalam pengasuhan, baik secara fisik maupun secara psikologs. Hal ini tidak bisa dianggap sepele.

Masalah fatherless dipicu oleh banyak hal, diantaranya karena tuntutan pekerjaan, seperti pekerjaan ayah yang jauh, sehingga peran pengasuhan anak menjadi terbatas, jam kerja yang panjang hingga menyebabkan ayah tidak punya waktu untuk mengurus anak. Ayah berangkat saat subuh dan pulang pada malam hari sehingga tak terkoneksi waktu anak yang saat itu sudah tidur .

Yang ketiga penyebab fatherless adalah ayah merantau. Sebagai gambaran data Badan Pusat statistik (BPS) tahun 2024 menyebutkan, jumlah pencari kerja laki-laki di Nusa Tenggara Barat ( NTB) sebanyak 28.855 orang. Namun jumlah tenaga kerja laki-laki yang terserap hanya 1.280 orang. Itu artinya 28.647 pencari kerja laki-laki di NTB tidak terserap di Provinsi tersebut sehingga ini menyebabkan seorang ayah harus merantau untuk mendapatkan pekerjaan.

Di Indonesia patriarki yang masih kental turun mendorong tingginya angkat fatherless. Banyaknya yang menganggap kewajiban seorang ayah selesai saat memberikan uang, padahal anak tidak hanya memerlukan layanan ekonomi (Voi.id11 Oktober 2025)

Anak membutuhkan sesok ayah sebagai pemimpin, seorang yang mempunyai karakter yang bisa mempengaruhi karakter building anak.

Kemunculan fenomena Fatherless ini dilatarbelakangi secara dominan oleh sebab kesibukan seorang ayah dalam mencari nafkah dan ketidak hadiran sesok ayah sebagai pendidik.

Kondisi ini lahir dari sistem hidup kapitistik, para ayah sudah tersita waktunya untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya, sehingga waktu untuk membersamai tumbuh kambang anak sangat minim. 

Peran ayah dalam kehidupan rumah tangga adalah sebagai qowwam ( pemimpin) saat ini dalam diri seorang ayah telah hilang fungsi qowwam itu, baik sebagai pemberi nafkah dan sebagai pemberi rasa aman bagi anak dan keluarga. 

Jika diringkas, persolan fatherless ini disebabkan oleh faktor ekonomi dan minimnya ilmu serta pengetahuan seorang ayah. Padahal ayah memiliki peran penting bagi keluarganya dan tumbuh kembang bagi anak-anaknya. Seorang anak tidak cukup hanya dipenuhi kebutuhan ekonominya saja, namun mereka juga berhak mendapatkan asuhan dari sorang ayah yang akan menjadikan anak-anak menjadi berkarakter yang lebih kuat dan unggul. Anak berhak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang utuh dari kedua orangtuanya.

Dalam pandangan Islam, ayah dan ibu sama-sama memiliki fungsi dan peran penting dalam keluarga. Peran sang ayah sebagai pemberi nafkah dan sebagai teladan dalam pendidikan anak. Sedangkan seorang Ibu juga memiliki peran penting dalam hal mengasuh, menyusui, mendidik dan mengatur rumah tangga.

Dalam Islam negara akan mensupport peran ayah dengan membuka lapangan kerja dengan upah yang layak, memberikan jaminan kehidupan sehingga seorang ayah memiliki waktu yang cukup bersama anak dan keluarga. Sistem perwalian dalam Islam akan menjamin setiap anak akan tetap memiliki figur seorang ayah sehingga kasih sayang dalam keluarga utuh dan terjalin hubungan yang erat.

Allahu a'lam bishawwab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar