3 Maret 1924 : Di Indonesia Ada Apa ?



Pembicaraan tentang Khilafah, akhir-akhir ini sering sekali dibicarakan. Baik pro ataupun kontra, mengindikasikan betapa besarnya ketertarikan umat saat ini akan Khilafah, yang sebelumnya diasingkan bahkan ingin dihilangkan dari catatan sejarah. Pembicaraan ini pun tidak hanya dibahas di kalangan ulama, akademisi, atau tokoh saja, namun pembicaraan ini juga sudah menembus lapisan masyarakat di seluruh penjuru negeri hingga dunia

.

Di tengah hangatnya pembicaraan tentang Khilafah saat ini, ada hal penting yang sangat menarik untuk dikaji kembali. Salah satunya adalah respon dari kalangan masyarakat diatas terhadap pembubaran Khilafah Utsmani yang terjadi pada 3 Maret 1924. Khilafah Utsmani menjadi salah satu pihak yang gugur dalam Perang Dunia Pertama, dengan kondisi yang sangat menyedihkan : lemah, miskin, dan ekonomi  yang nyaris bangkrut memunculkan berbagai macam respon dari berbagai negeri Islam tidak terkecuali, INDONESIA.

.

Pada saat itu, Berita tentang pembubaran Khilafah tersebar di berbagai surat kabar berbahasa Belanda. Sebut aja salah satunya surat kabar "Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie" yang pertama kali menerbitkannya pada tanggal 4 Maret 1924. Meskipun terbit dalam bahasa Belanda, surat kabar ini tetap mudah diterima dan dibaca oleh kalangan masyarakat saat itu karena bahasanya yang menjadi bahasa formal Hindia-Belanda.

.

Dalam surat kabar yang terbit 1 hari setelah pembubaran tersebut, dimuat sebuah berita dengan judul “De afschaffing van het Khalifaat” (Penghapusan Khilafah), sebuah berita yang menggambarkan tentang keputusan Majelis Nasional Turki untuk menghapus sistem Khilafah selamanya. Yang berbunyi seperti dibawah ini : "De Turksche Nationale Vergadering bespreekt de afschaf ing en de deportatie van den Khalief, terwijl alle leden van de Sultans-famillie voor eeuwig van het recht om in Turkije te verblijven beroofd zouden worden. (Majelis Nasional Turki membahas penghapusan dan deportasi dari Khalifah, sementara itu hak semua anggota keluarga Sultan (Abdul Madjid II) untuk tinggal di Turki akan dicabut selamanya.)

.

Sebelumnya, surat kabar ini juga memuat sebuah berita tentang rencana penghapusan sistem Khilafah yang didorong Partai Rakyat Republik milik Mustafa Kemal Pasha. Yang berbunyi seperti dibawah ini : "De Turkesche volkspartij verklaarde zich met overweldigende meerderheid voor het wets

ontwerp inzake de afzetting van den khalief en afschaf ing van het Kalifaat. (Partai Turki (Partai Rakyat Republik) menyatakan dirinya sangat mendukung RUU tentang pemberhentian khalifah dan menghapuskan kekhalifahan)"

.

Kemunculan surat kabar ini menjadi perhatian serius umat muslim di Indonesia sejak berakhirnya Perang Dunia I. Kongres Al-Islam yang diinisiasi oleh tiga organisasi besar saat itu Syarikat Islam, Muhammadiyah, dan Al-Irsyad adalah salah satu bentuk responnya. Diadakan pertama kali di Cirebon pada tahun 1922, yang membahas situasi terakhir di Turki pasca perang dan kemenangan Mustafa Kemal Pasha dalam perang ini.

 .

Berkat dorongan Haji Agus Salim, pihak kongres mengirim sebuah telegram kepada Mustafa Kemal sebagai tanda ucapan selamat atas kemenangannya. Yang berbunyi seperti dibawah ini : "Setelah mendengar oearaian tentang peperangan balatentara jang dikepalai oleh pahlawan

Islam Moestafa Kemala Pasja ditanah Soeria (Azia Ketjil), dengan maksoed menoentoet kembali djadjahan dan daerah keradjaan Turky, jaitoe bagian Dar-al-Islam jang tadinja dengan nasib perperangan telah djatoeh kepada pihak lain, melahirkan sjoekoer dan soeka tjita atas rachmat dan nasr jang ditoendjoekkan oleh Toehan atas pasoekan Islam dengan pahlawannja itoe"

.

Pada kongres Al-Islam kedua yang diadakan di Garut tanggal 19-21 Mei 1924, umat Muslim di Indonesia semakin dihadapkan pada situasi sulit ketika mereka mengetahui bahwa Kekhilafahan Islam di Turki dibubarkan dan khalifahnya beserta keluarga diusir ke luar negeri atas keputusan Majelis Nasional Turki. Karena merasa harus terlibat serta mencari solusi atas permasalahan tersebut, maka kongres ini diselenggarakan.

.

Karena begitu pentingnya persoalan dunia Islam pada saat itu akibat pembubaran Kekhilafahan, maka Muslim di Indonesia mulai menyatakan ikut terlibat dalam pembahasan tersebut. Syarikat Islam misalnya, yang menunjukan antusiasnya terhadap persoalan ini. Dalam keputusan Kongres Nasional kesebelas Central Syarikat Islam pada Agustus 1924 di Surabaya mereka menyatakan: “…hendak membantoe dengan segala kekoeatan boedi dan tenaganja semoea ichtiar jang menoedjoe maksoed akan mengirimkan oetoesannja oemmat Islam di Hindia-Timoer, boeat menghadiri Congres Igama Islam, jang diadakan di Cairo goena membitjarakan dan

memoetoeskan perkara Chilafat Islam.”

.

Respon-respon ini menunjukkan betapa pentingnya penegakkan Khilafah dimata para tokoh bangsa Indonesia seperti H.O.S Tjokroaminoto, Haji Agus Salim, dan umat Islam lainnya pada saat itu. Karena bagi mereka khilafah bukanlah sistem pemerintahan semata tapi sebuah sistem yang akan menjaga kemuliaan umat dengan diterapkannya Islam dalam kehidupan. Wallahu'alam Bishowwab...

.

Sumber :

Surat Kabar "Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie"

Jurnal "Keruntuhan Khilafah dan Respon Ulama di Hindia Belanda" karya Septian A.W

dari instagram : https://www.instagram.com/p/CMHlqP4hWNy

#belajarsejarah #sejarahislam #makeislamgreatagain #tempatbelajar #tempatbelajarsejarah #sejarahindonesia #sejarahdunia #kelasonline #sobatPS #pondoksejarah #pemudasadarsejarah

Posting Komentar

0 Komentar