TAFSIR SURAT AL BAQARAH AYAT 214 (UJIAN KEIMANAN)

Oleh : Ustadz Abu Shahwah As Sundawiy (Pengasuh Pondok Pesantren Nidaa Al Haar Pondok Melati Kota Bekasi)

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang padamu (cobaan) seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul Dan orang-orang beriman bersamanya berkata : Kapankah pertolongan Allah datang ? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat”


ASBABUN NUZUL AYAT

Menurut Imam Qatadah dan Imam As Sudy, ayat ini diturunkan pada waktu perang Khandaq, ketika kaum muslimin ditimpa berbagai mushibah berupa kepayahan, ketakutan yang luar biasa, cuaca dingin, kesempitan hidup dan berbagai kesulitan sebagaimana Allah SWT katakan :
 وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَناجِرَ
 [الْأَحْزَابِ: 10]  
dan hatimu menyesak sampai ketenggorokan. Dan ada pula yang berpendapat bahwa ayat ini diturunkan pada waktu perang Uhud. Sebagian ulama lagi berpendapat,  bahwa ayat ini diturunkan sebagai penghibur kepada orang-orang Muhajirin yang telah rela meninggalkan kampung halaman dan harta-harta mereka dikuasai orang-orang musyrik, dan mereka memilih mengutamakan Allah dan Rasul-Nya, sementara orang-orang Yahudi menampakaan permusuhan pada Rasulullah SAW dan sekelompok orang-orang kaya menyembunyikan kemunafikannya. Lalu Allah SWT menurunkan ayat ini untuk menjadikan hati-hati mereka bersih.


TAFSIR MAKNAWI

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الجنة  
Menurut Imam Al Alusy, ayat ini perpindahan (iltifat) dari yang ghaib pada mukhathab, atau karena awal pembicaraan sebagai sindiran pada orang-orang yang beriman karena tidak memiliki keteguhan dan kesabaran menghadapi gangguan dari orang-orang musyrik, seolah-olah menempatkan diantara haq (sikap seharusnya yang dimiliki) orang beriman adalah termotivasi dan bersabar mengikuti jejak orang-orang sebelum mereka, sebagaimana ini ditunjukkan pada mereka dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, Abu Dawud, An Nasai dan Imam Ahmad dari Khabab Bin Arat dimana beliau menuturkan : “kami pernah mengadu pada Rasulullah SAW, tidaklah kami (bersabar) mendapatkan (gangguan) dari orang-orang musyrik. Tidakkah engkau mencari pertolongan buat kami atau berdo’a kepada Allah buat kami ? lalu  Belia menjawab : sungguh orang sebelum kalian, ada diantara mereka yang dilettakan gergaji diatas kepalanya dan dibelah sampai ke kedua kakinya tetapi hal itu tidak menjadikan mereka berpaling dari agamanya.  Dan antara daging dan tulanngya disisir dengan sisir dari besi tetapi itu tidak menjadikan mereka meninggalkan agamanya. Kemudian Beliau SAW berkata : Sungguh Allah akan menyempurkan Urusan (agama) ini,  sampai-sampai ada seseorang yang berkendaraan berjalan dari sana’a ke hadramaut tanpa ada sedikitpun rasa takut (kecuali) pada Allah, begitu pula serigala terhadap kambing. Tetapi kalian sangat tergesa-gesa”. 

Sedangkan Imam Ibnu Katsir menafisrkan frase ayat ini dengan mengatakan, Apakah kalian mengira akan masuk surga ? padahal kalian belum ditimpa bala, diberikan ujian dan cobaan seperti halnya umat-umat terdahulu sebelum kalian. Imam Ali Ash Shabuny dalam menafsirkan frase ayat ini tidak jauh berbeda dengan penafsiran Imam Ibnu katsir. Imam Ibnu Abi Hatim mengutip apa yang disampaikan Mifdhal bin Fadhalah Al Mishry, dimana beliau berkata : aku pernah bertanya pada  Abu Shahr tentang ayat ini, lalu beliau menjawab : sesungguhnya Allah SWT berkata pada manusia, apakah kalian mengira bahwa setiap orang yang mengatakan saya orang beriman akan  masuk surga , padahal belum datang pada mereka seperti halnya yang datang pada orang-orang sebelum kalian. Beliau mengatakan lagi : apakah kalian  mengira akan masuk surga sehingga menimpa kepada kalian seperti halnya yang ditimpakan pada orang-orang sebelum kalian berupa bala, sehingga Aku (Allah) menguji kalian dalam urusan kalian itu dan Aku (Allah) akan melihat kebenaran dan ketaatan kalian dalam ujian ini.

وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ
Dan “wawu lilhal” dan kalimat setelahnya nashab menjadi “hal” (istilah dalam nahwu yang menunjukkan makna menjelaskan keadaan) sehingga maknanya “sedangkan belum datang pada kalian”. Dan lafadz “lamma” yang men”jazm”kan.....Dan “matsalulladzina khalau minqablikum” maknanya “seperti mereka dan kondisi mereka yang mengagumkan”. Dan didalam kalam ini ada mudhaf yang dibuang, dan “alladzina” adalah sifat untuk kata yang dibuang yaitu “almu’minina”. Dan “min qablikum” berkaitan dengan “khalau” dan ia sebagai “ta’kid” (penguat sebagaimana dapat dipahami dari kalimat tersebut. Demikianlah penjelasan Imam Al Alusi secara tata bahasanya. Imam Ali Ash Shabuny menjelaskan frase ayat ini dengan mengatakan, “dan keadaannya belum menimpa pada kalian seperti yang menimpa pada orang-orang mukmin sebelum kalian berupa ujian yang sangat berat, dan kalian belum diuji seperti halnya mereka telah diuji dengan berbagai malapetaka. Sementara Imam Al Qurthuby menjelaskan, “ dan lafadz “lamma” maknanya adalah “lam” (belum) dan “matsalu” maknanya adalah “asysyabahu” (serupa). Sehingga makna dari frase ini adalah “dan kalian belum diuji seperti halnya orang-orang sebelum kalian diuji, maka bersabarlah kalian seperti halnya mereka telah bersabar. Nadhr bin Syumayl berkata : bahwa “matsalu” maknanya menjadi “sifat”. Dan boleh makna frase ini, “ dan belum menimpa pada kalian seperti yang menimpa pada orang-orang sebelum kalian yaitu berupa bala”. Wahab mengatakan : Antara Mekah dan Thaif itu ada sekitar tujuh puluh Nabi yang meninggal. Penyebab kematian mereka dikarenakan kelaparan dan kutu. Dan sebagai pembanding ayat ini, Firman Allah SWT
 الم. أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ 
maka Allah SWT menyerukan pada mereka supaya bersabar, dan menjanjikan pula pada mereka akan datangnya pertolongan, 
أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ


مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا
Menurut Imam Ibnu Katsir, bahwa mereka ditimpa berbagai penyakit, penderitaan, mushibah dan bencana. Beliau melanjutkan bahwa, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Abu ‘Aliyah, Mujahid, Sa’id bin Jubayr, Murrah Al Hamdany, al Hasan, Qatadah, Adh Dhahak, Ar Raby’, As Sudy, dan Muqatil bin Hayyan mereka mengatakan “al ba’sa” maknanya adalah “al faqru” (kefakiran), “adh dhara’u”, “al asqam” (berbagai penyakit), dan “Zulziluu” yaitu mereka ditimpa ketakutan yang sangat dari musuh dan merekapun diuji dengan ujian yang berat. Imam An Naysabury menafsirkan, “massathumul ba’sa” merupakan ungkapan tentang menjadi sempitnya semua jalan kebaikan dan kemaslahatan. “adh dhara’u” menunjuk pada terbukanya pintu-pintu keburukan dan malapetaka terhadapnya. “wazulziluu” dan mereka digoncang dan diancam dengan berbagai bala dan intimidasi yang sangat keras (seolah-olah) menyerupai gempa. Dan “zalzal” diambil dari kalimat “zallasy sya’u an makanihi” (sesuatu itu bergeser dari tempatnya). Dan adanya penggandaan pada lafadz menunjukkan adanya makna yang berlipat pula. Dan ada pula ulama yang berpendapat, maknanya adalah “khuwfifuu” (mereka ditimpa ketakutan). “Al zalzalah” menurut Imam Al Qurthuby maknanya “syiddatut tahriik” (guncangan yang keras, bisa terjadi pada seseorang ataupun terjadi pada keadaan), sebagaimana dikatakan :”zalzalallahul ardha zalzalatan wa zilzalan, fa tazalzalat idza taharakat wadhtharabat” (Allah telah mengguncangkan bumi dengan keras, maka berguncanglah apabila bergerak dan berguncang), maka makna “zulziluu” adalah “khuwwifu wa hurrikuu” (mereka ditimpa ketakutan dan diguncangkan). Imam Ar Raghib mengomentari frase ini dengan mengatakan, Allah Swt menjelaskan bahwa tidak ada jalan bagi manusia semuanya untuk masuk ke surga kecuali dengan menanggung kesulitan, oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: surga itu dikelilingi dengan perkara-perkara yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi dengan perkara yang disukai syahwat”. 

Maka Allah SWT menyeru umat ini, bahwa mustahil kalian berharap mendapatkan surga kecuali berlaku hukum Allah seperti terhadap umat terdahulu. Yakni, menimpa kalian “ al ba’sa” yaitu “al faqru” kefakiran, “wadh dhara’u” yaitu “al mashaib” berbagai mushibah, “wal zalzalah” yaitu “al makhawif”  beraneka macam ketakutan. Oleh karena itu Allah memuji orang-orang beriman dalam firmannya, 
 وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itu orang-orang yang benar, dan mereka ituorang-orang yang bertaqwa” (QS Al Baqarah 177) 

Dan hal itu bukan saja pada perkara-perkara ilahiyah saja, tetapi pada semua kelezatan, tidak ada jalan untuk mendapatkan hadiah kecual dengan adanya ujian, dan tidak akan mendapatkan kelezatan kecuali dengan kesusahan. 


حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Menurut Imam Raghib, maknanya. “sampai Rasul dan orang-orang beriman berkata : kapan (datanngya) pertolongan Allah itu ? karena (dianggap) terlambat, kemudian datang dan mereka pun mendapatkannya. Lalu mereka kembali pada ilmu mereka. Maka mereka mengatakan : 
 أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ 
dikatakan, ini bukan berarti sebuah ungkapan kebosanan, tetapi sebagai do’a dan permohonan yang dikabarkan Allah SWT dalam ayat ini pada mereka yang didasarkan pada ketentuan-Nya. Dan lanjut beliau (Ar Raghib), dan dikatakan pula bahwa “wazulziluu” “takdirnya”  (diperkirakan maknanya), sampai para pengikut (Nabi) mengatakan : Kapan pertolongan Allah itu (datang) ? dan Rasulullah SAW menjawab : Ingatlah ! sesungguhnya petolongan Allah itu dekat. Maka perkataan mereka dikumpulkan jadi satu, seperti dalam sebuah kalimat, 
كقولك: قال زيد وعمر وكذا وكذا الشيئين 
(Zaid dan Amr telah berkata mengenai dua perkara, begini dan begini, artinya Zaid berkata satu perkara dan Amr berkata perkara yang lain). Adapun menurut Imam Ibnu katsir mengenai frase ini yaitu, bahwa orang-orang yang beriman, mereka memohon kemenangan untuk (mengalahkan) musuh-musuh mereka, dan merekapun memohon kelapangan dan jalan keluar ditengah keadaan yang sulit dan susah. Allah SWT berfirman  
{أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ}
ingatlah ! bahwa pertolongan Allah itu dekat. Sebagaimana Allah pun berfirman : 
{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا}
maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (QS. Asy Syarh 5-6). 
Sebagaimana kesusahan akan menurunkan yang semisalnya yaitu berupa kemenangan. Oleh karena itu Allah berfirman : 
{أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ} 
ingatlah ! bahwa pertolongan Allah itu dekat. 

Didalam sebuah hadits dari Abi Razin, Rasul SAW berkata : Rabmu heran terhadap sikap putus asa hambanya padahal hujan telah dekat, maka Allah melihat pada mereka dalam keadaan putus asa. Lalu Dia menjadi tertawa, karena tahu bahwa kemengan itu sudah dekat. Al Hadits. Imam Ali Ash Shabuny menjelaskan, bahwa kondisi tersebut sampai Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya mengatakan, kapan pertolongan Allah ? yaitu kapan pertolongan Allah itu datang dikarenakan keterlambatan pertolongan pada mereka disebabkan tidak tertahannya kesulitan yang menimpa pada mereka. Ini adalah puncak dari gambaran kerasmnya ujian. Maka apabila para Rasul -padahal memiliki kesabaran dan keteguhan yang tinggi- sungguh kesabaran mereka telah lemah dan telah sampai pada puncak kejenuhan dan kesempitan yang menunjukkan bahwa kesulitannya itu telah sampai pada puncaknya. Oleh karena itu Allah memberiklan jawaban pada mereka:
{ ألا إِنَّ نَصْرَ الله قَرِيبٌ }
yaitu perhatikanlah ! maka bergembiralah sesungguhnya telah tiba waktunya (kemenagan). 

Imam Ar Razy menjelaskan, hal itu dikarenakan para Rasul berada pada puncak keteguhan, kesabaran, dan kekuatan jiwa ketika turunnya bala. Maka apabila tidak lagi tersisa kesabaran pada diri mereka sampai mereka gaduh. Ini adalah puncak yang tinggi dalam kesulitan, maka ketika kesulitan itu sampai pada tingkat yang besar menimpa pada mereka, dikatakanlah pada mereka : 
{أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ}
ingatlah ! bahwa pertolongan Allah itu dekat. 
Sebagai bentuk pengabulan permintaan mereka. Lanjut Beliau, maka makna ayat ini : keadaan mereka sampai datang pertolongan Allah, lamanya bala yang menimpa mereka tidak mengubah sikap mereka terhadap agama. Dan kalian, wahai kaum muslimin jadilah kalian seperti (mereka) itu, pikullah (hadapilah) gangguan dan kesulitan itu dalam mencari al haq, maka sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat, sungguh ia akan datang dan segala sesuatu yang akan datang itu adalah dekat. 

Dan sebagai penjelasan secara global mengenai ayat ini seperti yang diungkapkan Imam Ath Thabary, dimana Beliau menjelaskan : Apakah kalian mengira akan masuk surga wahai orang yang beriman pada Allah dan Rasul-Rasul ?  padahal belum menimpa pada kalian seperti yang menimpa pada umat sebelum kalian dari kalangan para pengikut para Nabi dan Rasul yaitu berupa kesulitan, ujian dan cobaan. Maka kalian akan diberi ujian seperti halnya mereka diberi ujian dan cobaan yaitu berupa “ba’sa” yaitu kefakiran yang sangat, “adh dhara” yaitu berbagai penyakit. Dan kalian belum diberi guncangan seperti halnya mereka, dan belum menimpa pada mereka ketakutan, kekhawatiran yang sangat dan kesulitan. Sampai-sampai kaum tersebut menganggap telambat datangnya pertolongan pada mereka, lalu mereka mengatakan : kapan Allah akan menolong kami ? maka Allah mengabarkan pada mereka, bahwa pertolongan-Nya itu dekat bagi mereka, Allah pun akan memenangkan perlawanan pada musuh mereka dan menampakan kemenangannya. Maka Allah merealisasikan janjinya, meninggikan kalimat mereka dan Allah pun memadamkan api peperangan orang-orang kafir.  Demkianlah penjelasan Imam Ath Thabary. 

Surga yang luasnya seluas langit dan bumi dengan beraneka ragam kemewahan yang ada didalamnya mulai dari rumahnya berikut ruangan yang ada didalamnya yang terbuat dari bahan-bahan yang sangat luar biasa mahalnya dalam ukuran hitungan manusia, perkakasnya dan bidadari-bidadari yang cantik jelita yang disediakan Allah SWT sebagai pelayannya, serta anak-anak kecil yang menjadi penyejuk mata yang diibaratkan seperti mutiara yang berkilauan. Macam-macam buah-buahan yang sangat lezat dan beraneka ragam minuman yang menyegarkan, itu semua Allah sediakan bagi mereka orang yang dapat melalui jalan keimanan dan perjuangan yang penuh dengan ujian, rintangan, tantangan dan ancaman. Oleh karena itu, didalam ayat ini Allah menggambarkan bagaimana keadaan para Nabi dan orang-orang yang beriman dalam menghadapi ujian tersebut.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang diberikan kesabaran, keistiqamahan dan keteguhan berada dijalan keimanan ini.  Aamiin 
Wallahu ‘alam bishshawab


Daftar pustaka 

Tafsirul Qur’anil ‘adzim, Imam Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir Al Qursyiyi Addimasqy
Shafwatut tafasir,  Syaik Muhammad Ali Ashshabuny
Jami’ul bayan Fi ta’wilil Qur’an, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Ghalib Al Amily, Abu Ja’farAth Thabary
Al Jami’ Liahkamil Qur’an, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farah Al Anshary al khajrazy Syamsuddin Al Qurthuby
Tafsir Fakhrurazy al mustahiru bittafsirilkabir wa mafatihil ghayb, Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Hasan bin Husen At Taymy Ar Razy  
Tafsir Ar Raghib Al Ashfahay, syaik Abul Qasim Husen bin Muhammad yang dikenal dengan nama Ar Raghib Al Ash fahany
Ruhul Ma’any fit Tafsiril qur’amil ‘Adzim wa tsab’ul Matsany, Imam Syihabuddin Mahmud Bin Abdullah Al Husayny Al Alusy 
Gharaibul Qur’an Wa Raghaibul Furqan, Nidzamudin Hasan Bin Muhammad Husen Al Qumy An Naysabury 
Tafsirul qur’anil ‘adzim libni Abi Hatim, Abu Myhammad Abdurrahman bin Muhammad bin Idris bin Mundzir At Tamimy, AL handzaly, Ar Razy Ibnu Abi Hatim

Posting Komentar

0 Komentar