Oleh: Mia
Belum lama ini, masyarakat Indonesia terkejut dengan penangkapan sejumlah pelajar dan pemuda yang diduga terlibat dalam kerusuhan demonstrasi. Data menunjukkan bahwa sekitar 295 anak muda ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan anarkisme. Komnas HAM bahkan telah memperingatkan adanya potensi pelanggaran hak asasi manusia selama proses penyelidikan, termasuk dugaan intimidasi terhadap anak di bawah umur, tempo. co/hukum/polri.
Peristiwa ini menyisakan keprihatinan yang teramat mendalam. Ketika generasi muda mulai menyuarakan kepedulian mereka terhadap isu-isu sosial dan politik, alih-alih mereka mendapatkan apresiasi, tetapi justru berhadapan dengan kriminalisasi dan stigma yang ada sekarang ini. Padahal, kesadaran politik merupakan indikasi bahwa semangat bangsa ini masih hidup. Hal ini seolah menegaskan bahwa generasi penerus enggan menjadi generasi yang apatis di tengah berbagai ketidakadilan yang merajalela.
Generasi Z, yang lahir dan tumbuh di era informasi yang begitu terbuka, akrab dengan media sosial. Media sosial inilah yang kerap menampilkan berbagai ketimpangan sosial, mulai dari kemiskinan, ketidakadilan hukum, hingga praktik korupsi yang laksana jamur tumbuh di musim hujan yang merusak kepercayaan publik. Mereka menyaksikan realitas ini setiap hari, dan dari sanalah muncul kesadaran moral untuk bersuara.
Namun, dalam sistem yang belum sepenuhnya berpihak pada kepentingan rakyat, suara keadilan seringkali dianggap sebagai ancaman. Kritik dianggap subversif, sementara aksi damai dicurigai sebagai tindakan anarkis. Padahal, menyampaikan kebenaran merupakan bagian dari iman seorang muslim.
Rasulullah pernah bersabda: “Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kalimat yang benar di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Hadis ini menggarisbawahi bahwa keberanian dalam menegakkan kebenaran adalah jihad moral yang sangat mulia. Oleh karena itu, ketika generasi muda menyuarakan penentangan terhadap ketidakadilan, pada hakikatnya mereka sedang menjalankan perintah Allah untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Islam menempatkan keadilan sebagai fondasi utama dalam kehidupan. Tanpa keadilan, masyarakat akan kehilangan arah.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan.” (QS. An-Nahl: 90)
Ayat ini menjadi bukti nyata bahwa Islam menolak segala bentuk kezaliman, baik dalam bentuk penindasan ekonomi, hukum yang tidak adil, maupun pembungkaman suara rakyat. Dalam pandangan Islam, keadilan bukanlah sebuah pemberian dari penguasa, melainkan hak asasi setiap individu sebagai hamba Allah.
Ketika generasi muda menyerukan keadilan, mereka sesungguhnya sedang membangkitkan kembali ruh Islam yang telah lama tertanam dalam sejarah bangsa : melawan penindasan, menolak kebohongan, dan menegakkan kebenaran dengan keberanian.
Sejarah Islam mencatat dengan jelas, kebangkitan selalu lahir dari pemuda yang beriman dan berwawasan luas. Nabi Ibrahim AS menghancurkan berhala pada usia muda untuk menegakkan tauhid. Ashabul Kahfi memilih untuk menolak tunduk pada kekuasaan zalim demi mempertahankan iman mereka. Nabi Muhammad sendiri membangun peradaban Islam bersama para sahabat muda seperti Ali bin Abi Thalib, Mus’ab bin Umair, dan Zaid bin Haritsah.
Mereka adalah pemuda yang tidak takut pada kekuasaan yang ada, namun juga tidak sombong. Dan hal terpentingnya adalah perjuangan mereka bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kebenaran. Dalam diri mereka, terdapat dua hal penting yang saling melengkapi yaitu ilmu dan iman. Tanpa keduanya, semangat muda dapat dengan mudah berubah menjadi amarah yang tidak terkendali. Namun, dengan iman dan ilmu, keberanian mereka menjadi pendorong perubahan yang positif.
Namun sungguh sangat disayangkan, saat ini banyak pemuda yang diarahkan untuk hanya mengejar kesuksesan duniawi,demi pekerjaan, karier, dan gaya hidup tanpa diberi arahan untuk peduli terhadap kondisi bangsa mereka. Mereka menjadi pemuda yang selfishness yang acuh terhadap keadaan sekitarnya. Padahal, Islam membimbing pemuda untuk menjadi penjaga nurani masyarakat. Karena Pemuda Muslim sejati bukan hanya mereka yang sukses secara materi, tetapi juga mereka yang mampu menegakkan kebenaran dan memberikan manfaat bagi umat.
Kesadaran politik generasi muda adalah anugerah yang besar. Namun, kesadaran ini harus diarahkan dengan nilai-nilai Islam agar tidak terjerumus ke dalam tindakan kekerasan atau kebencian.
Allah SWT berfirman: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Ayat ini menunjukkan bahwa tugas menegakkan amar ma’ruf nahi munkar harus terus dilakukan, apapun tantangan yang dihadapi. Namun, perjuangan tersebut harus dilakukan dengan ilmu, hikmah, dan kasih sayang. Islam mengajarkan perubahan yang beradab, bukan yang merusak.
Kesadaran politik yang Islami bukanlah tentang perebutan kekuasaan, melainkan tentang tanggung jawab moral untuk memastikan keadilan terwujud di dunia. Oleh karena itu, generasi muda Muslim harus memahami politik bukan sebagai arena untuk meraih kekuasaan, tetapi sebagai medan dakwah di mana nilai-nilai ilahi ditegakkan dalam kehidupan masyarakat.
Kriminalisasi terhadap generasi muda yang kritis adalah luka bagi demokrasi kita. Akan tetapi, luka tersebut tidak boleh membuat kita putus asa. Sebaliknya, ini adalah momentum untuk mendidik generasi muda agar lebih matang secara spiritual dan sosial.
Mereka harus memahami bahwa perjuangan tidak selalu harus dilakukan dengan teriakan, tetapi juga dengan teladan, tulisan, dan pengetahuan. Kita perlu membangun budaya berpikir kritis yang berlandaskan adab, bukan kebencian.
Islam memberikan panduan yang sempurna tentang bagaimana memperjuangkan keadilan tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Jika generasi muda menghidupkan nilai-nilai tersebut, mereka tidak akan mudah menyerah pada rasa takut atau intimidasi. Mereka akan menjadi cahaya di tengah kegelapan zaman generasi yang memadukan keberanian dan kebijaksanaan, iman dan ilmu, aksi dan etika.
Kesadaran politik generasi muda tidak boleh dikriminalisasi, ia wajib dibina. Karena di dalam kesadaran itulah tersimpan potensi perubahan yang besar.
Semoga generasi Muda Muslim terus menjadi pengingat bagi bangsa ini, bahwa keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan bukanlah sekadar kata-kata, melainkan amanah yang harus ditegakkan dengan iman, keberanian, dan kasih sayang. Bahwa hanya dengan tegaknya syariat Islam didalam kehidupan akan tercipta aman, damai sejahtera penuh barokah. Aamiin allohumma aamiin.
Wallohua'lam bissowab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar