Fatherless, Angka Fantastik dilahirkan Secara Sistemik


Oleh : Ummu Faruq

Fatherless, masalah serius yang patut diperhatikan. Berdasarkan data BPS, dikemukakan 20% anak atau 15 juta lebih anak di Indonesia berpotensi mengalami fatherless.

Fatherless disebabkan oleh banyak faktor. Dari jumlah angka diatas, 3,7 juta anak tinggal bersama ibunya, 650ribu anak tinggal bersama kakek dan nenek, dan 11,5 juta tinggal bersama ayah bekerja lebih dari 60 jam per minggu.

Dari beberapa faktor diatas, faktor ketiga merupakan yang dominan, yaitu sebanyak 11,5 juta anak tinggal bersama ayah yang bekerja lebih dari 60 jam per minggu. Artinya seorang Ayah bekerja selama lebih dari 10 jam perhari, berangkat pagi pulang petang. Kondisi yang demikian membuat fisik seorang Ayah lelah dan minim interaksi dengan anggota keluarga terutama anak.

Angka yang fantastis tidak terlahir secara kebetulan, melainkan dilahirkan dengan sistemik. Fatherless dilatarbelakangi secara dominan oleh kesibukan mencari nafkah dan ketiadaan sosok ayah sebagai pendidik. Kondisi ini lahir dari sistem hidup kapitalistik, para ayah tersita waktunya untuk memenuhi kebutuhan nafkah. Sehingga waktu untuk membersamai anak sangatlah minim. Sistem kapitalis yang memandang para pekerjanya sebagai input industri membuatnya memperlakukan pekerjanya dengan kurang manusiawi, ditambah dengan gaji yang kurang layak dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup. 

Hal ini ditambah dengan adanya budaya patriarki, yang membuat para ayah merasa kewajibannya hanyalah sebatas mencari nafkah belaka. Pengasuhan dan pendidikan anak bukanlah tugasnya, sehingga dia merasa tak perlu turut andil dalam mengasuh dan mendidik anaknya.

Padahal, dalam Islam Ayah dan Ibu sama-sama memiliki fungsi parenting. Ayah sebagai pemberi nafkah dan teladan dalam pendidikan anak. Hal ini terbukti dalam Al-Quran bahwa terdapat 14 dialog antara ayah dan anak dalam mengajarkan ilmu, adab, dan iman. Sedangkan dialog seorang anak dan Ibu hanya terdapat sebanyak tiga kali dalam Al-Quran. Hal ini membuktikan bahwa peran ayah sangat penting dan urgent dalam mendidik dan memberikan teladan terbaik bagi anaknya.

Begitu pula Ibu, Ibu juga punya peran penting dalam hal mengasuh, menyusui, mendidik, dan mengatur rumah tangga. Keduanya saling melengkapi dan tak dapat dipisahkan.

Pentingnya peran Orang tua bagi anaknya, tidak dapat berjalan sendiri. Negara akan mensupport peran Ayah ini dengan membuka lapangan pekerjaan dengan upah yang layak sehingga Ayah bisa memiliki waktu yang cukup bersama anak. Hari ini terlampau banyak seorang ayah yang bekerja di banyak tempat, karena gaji yang didapatkan tidaklah cukup untuk memenuhi kehidupan.

Jika kondisi anak dihadapkan pada tidak adanya figur seorang ayah. Maka Islam pun memiliki solusi yaitu dengan adanya sistem perwalian. Sistem perwalian ini yang akan menjamin setiap anak akan tetap memiliki figur seorang ayah. Jika seorang anak tidak memiliki ayah, maka wali dari anak tersebut yang memiliki tanggung jawab untuk menjadi figur ayah bagi anak tersebut, seperti dari Kakek ataupun paman. Sehingga tidak akan ditemui kondisi anak fatherless dalam Islam. Karena Islam memiliki pengaturan yang sempurna dalam mengatur seluruh aspek kehidupan bagi hambaNya. Wallahu a'lam bis-shawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar