Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd (Alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin)
Bupati Berau kembali menorehkan prestasi di tingkat nasional. Ia menerima Penghargaan Inovasi Membangun Negeri 2025 dari TvOne, sebagai bentuk apresiasi atas komitmen dan inovasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau dalam mendorong percepatan pembangunan daerah, khususnya di bidang pengembangan pariwisata dan pemberdayaan UMKM berbasis potensi lokal.
Percepatan pembangunan daerah lewat pariwisata dan UMKM hingga mendapat penghargaan sejalan dengan maunya penguasa agar daerah bisa mendapatkan pendapatan sendiri. Sebagaimana diungkapkan Wamen Dalam Negeri bahwa apa yang dilakukan para kepala daerah tersebut sejalan dengan harapan Presiden dan Menteri Dalam Negeri agar setiap daerah terus mencari ruang inovasi, memperkuat PAD, dan membangun kolaborasi lintas sektor. (Seputarfakta.co, 9/11/2025)
Pengembangan potensi pariwisata dan UMKM lokal jadi fokus Bupati Berau hingga meraih penghargaan patut diapresiasi. Namun apakah tidak sanksi dengan pengorbanan yang akan didapat? Apalagi jika melibatkan perempuan dan generasi. Bagaimana agar potensi pariwisata dan UMKM berbuah keberkahan bukan kemudaratan?
Pariwisata Mengundang Kemudaratan
Setiap kepala daerah berlomba-lomba dalam menggali potensinya, termasuk Berau. Pemkab Berau pun tengah berupaya mengawal transisi ekonomi daerah dari ketergantungan terhadap sumber daya alam yang tidak terbarukan menuju ekonomi yang berbasis keberlanjutan.
Hilirisasi terjadi namun tidak dipungkiri tetap saja SDAE dieksploitasi. Akibatnya kerusakan lingkungan terjadi, salah satunya banjir. Belum lagi jika pariwisata dan UMKM digalakkan melibatkan perempuan dan generasi akibatnya berdampak pada maraknya prostitusi, penyebaran miras dan narkoba akhirnya mereka pun jadi tumbal kerusakan.
Demikianlah optimalisasi pariwisata digalakkan dengan kaca mata Kapitalisme hanya mempertimbangkan prestasi dan keuntungan tidak peduli dampak negatif menimpa perempuan dan generasi. Pengelolaan pariwisata hanya mementingkan materi sehingga menihilkan aturan Ilahi. Sistem Kapitalis sekuler saat ini memang menjadikan pariwisata sebagai sumber perekonomian. Apapun akan dilakukan demi kepentingan ekonomi dan bisnis. Meski untuk itu, harus berdamai dengan praktik kemaksiatan.
Sederet dampak optimalisasi pariwisata seperti dampak lingkungan berupa polusi, air bersih, sampah, banyak lahan beralih fungsi sehingga mudah banjir dan longsor. Belum lagi, peningkatan jumlah tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, minuman keras serta praktek prostitusi. Tidak ketinggalan invasi budaya, gaya hidup, dan liberalisasi.
Pariwisata Berbuah Keberkahan
Pariwisata tanpa terikat dan diatur syariat Islam hanya akan mengundang bahaya. Tujuan pariwisata dalam Islam hanya sebagai syiar. Pariwisata bukan sebagai pemasukan negara. Kekayaan SDAE jika dikelola oleh negara sudah cukup untuk menyejahterakan rakyat tanpa harus berharap sektor pariwisata.
Dalam Islam pariwisata dikembangkan untuk meningkatkan ketakwaan umat Islam dan sarana dakwah bagi umat lain. Negara tidak akan mengeksploitasi pariwisata untuk kepentingan ekonomi dan bisnis. Termasuk mengomersialkan tempat ibadah, budaya, dan tempat yang mengandung hadharoh (peradaban) demi meraup keuntungan.
Perempuan dan generasi pun terjaga dalam Islam sehingga segala sesuatu yang mengundang keburukan akan diantisipasi. Negara akan fokus pada pendapatan (fa’i, ghanimah, kharaj, dll), termasuk swasembada pangan, kepemilikan SDAE akan kembali ke umat sehingga membawa kesejahteraan tanpa berharap sektor pariwisata. Sebaliknya negara akan mengembangkan sektor lain seperti pertanian, industri, teknologi, dll sehingga membuat masyarakat sejahtera.
Demikianlah pariwisata dalam Islam hanya untuk menambah keimanan. Berbeda sekali dengan saat ini pariwisata dijadikan ajang lomba prestasi inovasi, akhirnya kemudaratan tidak dapat dihindari. Mari melihat segala sesuatu, termasuk pariwisata dengan sudut pandang Islam sehingga keberkahan bisa diraih.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.


0 Komentar