Jika Alam Murka, Bagaimana Kabar Kita?


Oleh: Nayla Adzkiya Amin 

Berita duka dari Sumatra masih mengudara, entah sampai kapan berita usai dan luka tak lagi menganga. Siapa yang tidak ngeri jika melihat berita Sumatra beberapa hari lalu? tentu saja bencana beberapa waktu lalu kerap menyentil hati nurani dan memicu pertanyaan dalam benak kita, "yakinkah bencana kemarin hanya soalan curah hujan yang tinggi?"

Besarnya lahan pertanian tanpa mempertimbangkan jumlah hutan organik besar kemungkinan menjadi penyebab terbesar dari bencana hutan Sumatra kemarin. Terlihat dari bagaimana kayu gelondongan mengalir bersamaan dengan air banjir, banyaknya lahan sawit, dan warna gersang tanah sisa penebangan hutan. Sayangnya, itu tidak hanya terjadi di Sumatera, tetapi Karawang juga. 

Saat ini, gunung Sanggabuana yang berada di Karawang menjadi salah satu sorotan bagi masyarakat Jawa Barat. Penggundulan hutan kini terjadi demi terbukanya lahan-lahan perkebunan bagi masyarakat, akibat yang paling dekat adalah berkurangnya populasi Owa Jawa yang tinggal di hutan gunung tersebut.

"Tapi mendekati awal-awal musim hujan gini orang banyak ke hutan lagi kan, karena musim hujan mau menanam segala macam pohon begitu. Jadi masih banyak yang menebang juga, jadi (pembabatan) hutan di sini lebih cepat daripada rehabilitasi yang kita lakukan," Kata Bernard (10/12/25) dikutip dari kompas.com

Mayarakat banyak menebang lahan hutan dan mengubahnya menjadi ladang tanaman perkebunan untuk mereka. Akibatnya, Owa Jawa kehilangan tempat hidup dan terisolasi di satu tempat hutan yang masih layak. Sudah banyak hal yang diupayakan oleh pengelola untuk mengembalikan hutan, hanya saja belum sampai hutan teregenerasi, hutan sudah kembali ditebang dan dijadikan lahan pertanian. 

"Minggu ini kita bersama Perhutani dan Kostrad akan melakukan mitigasi khusus di Sanggabuana, termasuk mendata hutan-hutan yang rusak seperti apa. Saya berharap pemerintah kabupaten ya tidak hanya berwacana di media sosial atau di media saja, aksi nyatanya nggak ada ceremony-ceremony saja," kata Bernard. "Jadi kan ini bukan tanggung jawab masyarakat saja, pemerintah harus mendorong juga untuk membantu masyarakat sekarang gantian mereka mendorong masyarakat untuk memperbaiki hutannya. Jangan (pembabatan) hutan dibiarkan saja," dia menambahkan. Kompas.com (10/12/25)

Pembabatan hutan ini tidak bisa kita lihat sebagai kesalahan masyarakat saja, tetapi juga fakta bahwa masyarakat masih kekurangan hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga mereka mengupayakan pemenuhannya dengan cara mengusahakannya dengan memaksimalkan lingkungan sekitar. 

Tak hanya itu, hutan adalah milik bersama yang seharusnya dioptimalkan dalam penggunaan dan fungsi sebagaimana mestinya. 

Milik bersama dalam definisi Islam tidak hanya dikelola secara bersamaan oleh masyarakat, tetapi negara memiliki andil dalam menertibkan juga menegakkan aturan dalam penjagaannya. 

Islam mengatur seluruh kepemilikan umum agar terlaksananya kesejahteraan dalam bermasyarakat, selain itu masyarakat juga terpenuhi kebutuhan ekonomi dan organik seperti sayuran, sehingga dengan itu tidak ada lagi masyarakat yang dengan tidak bijak menggunakan hutan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. 

Wallahu alam bisshawab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar