Hegemoni Digital Mempengaruhi Mental Generasi


Oleh: Cita Ka Widuri

Generasi Z atau sering disebut gen z tumbuh di era digital, dimana media digital menjadi tempat untuk melakukan berbagai aktivitas. Perkembangan teknologi dan digitalisasi menuntut setiap orang bersentuhan dengan media digital agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Akses media digital tidak hanya untuk pelaku ekonomi semata namun juga terbuka untuk semua kalangan termasuk generasi muda. Platform media sosial seperti tiktok, instagram, X, dan lain sebagainya dipenuhi oleh generasi muda khususnya gen z dan gen Alfa. 

Hasil survei perusahaan riset dan analisis global, YouGov, memperlihatkan, 81 persen masyarakat Indonesia aktif di media sosial. Pengguna medsos tersebut didominasi oleh gen Z, kelahiran 1997-2012. Gen Z merupakan superkonsumen media di Tanah Air. Sebanyak 48 persen gen Z menggunakan media dengan berbagai platform 1-5 jam per hari (kompas.id 10/ 2025). Masih dari survei yang sama, 78 persen gen Z aktif menggunakan Youtube dalam sebulan terakhir sehingga menjadi platform medsos yang paling disukai. Sementara pengguna Instagram mencapai 75 persen. Medsos paling populer berikutnya di kalangan gen Z, yakni Tiktok (65 persen), Facebook (47 persen), dan X (44 persen) (kompas.id 10/ 2025).

Lantas bagaimana dampak penggunaan media digital terhadap generasi?


Pengaruh Media Digital terhadap Kondisi Mental Generasi

Dilansir dari kompas.id, Jajak pendapat Litbang Kompas pada 21-24 April 2025 terhadap 510 responden di 54 kota menunjukkan, 13,6 persen warga mengaku telah mengalami gangguan psikis akibat penggunaan gawai berlebihan, seperti sulit berkonsentrasi, gangguan tidur, kecemasan, dan stres. Sebanyak 5,17 persen bahkan mengaku menjadi enggan bersosialisasi. Selain itu, 39,6 persen responden juga melaporkan gangguan fisik, seperti gangguan pola makan, gangguan mata, dan kecenderungan hidup sedentari. 

Penggunaan gawai dan akses medsos bukan semata-mata hal yang alamiah terjadi dikalangan gen Z, namun disuasanakan untuk memiliki karakter yang konsumtif terhadap gadget dan media sosial. Perusahaan pemilik platform digital membuat algoritma berupa hal menarik dan menghibur yang menggiring genZ betah berlama-lama mengakses platform tersebut, bahkan sampai ketagihan. Mereka membuat daftar pencarian yang terkait dengan laman yang diakses oleh pengguna medsos dan menghadirkan lebih banyak konten yang menghibur. Secara tidak disadari hal ini menjadikan gen Z minim interaksi didunia nyata, akhirnya mereka tumbuh menjadi pribadi yang insecure, introvert dan sulit berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, bahkan mereka sulit menganalisa diri sendiri dan menentukan pilihan hidupnya. Hal ini karena mereka tidak terbiasa berfikir mendalam, akibat dari konten medsos yang serba cepat dan terbiasa memikirkan hal-hal ringan dan menyenangkan saja. Inilah yang memicu lemahnya mental generasi dalam menghadapi masalah.

Hegemoni digital tidak lepas dari pengaruh sistem kapitalisme sekuler yang berorientasi pada materi. Generasi digiring untuk menjadi konsumtif menggunakan berbagai platform digital yang menguntungkan bagi para pemilik platform tersebut. Semakin banyak diminati maka semakin banyak juga keuntungan yang mereka dapatkan. Generasi telah berbalik arah dari peran utamanya sebagai agent of change menjadi pribadi yang kehilangan tujuan hidupnya yang hakiki. Pembajakan media digital terhadap potensi generasi tidak bisa terus diabaikan begitu saja, namun harus segera diselamatkan. 


Islam Mencetak Generasi Sadar Visi

Islam memiliki aturan yang sempurna berasal dari Allah SWT dzat yang maha sempurna. Islam tidak menolak perkembangan sain dan teknologi, justru mengarahkan perkembangan teknologi untuk mempermudah kaum muslimin dalam mengatasi masalah kehidupannya. sistem pendidikan islam berasaskan pada akidah islam, generasi muda didorong untuk menjadi produktif tanpa kehilangan tujuan hidup yang hakiki yaitu mengejar ridha Allah. Pendidikan karakter dimulai dari keluarga sebagai benteng pertama, para ibu di dorong untuk menjadi pendidik pertama yang menanamkan akidah kuat pada generasi. Negara wajib menjamin segala kebutuhannya jika para ibu tidak memiliki wali lagi untuk mencukupi nafkah keluarganya. Sehingga negara tidak boleh membiarkan ibu lepas dari tanggungjawab mendidik karena sibuk bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga. Begitupun peran ayah sebagai sosok pemimpin yang akan dicontoh oleh anak-anak harus punya visi yang jelas dan mengambil peran dalam mendidik generasi. Sehingga generasi tidak kehilangan tempat untuk menempa mentalnya.

Sistem pendidikan Islam juga akan memperkuat akidah umat sehingga dapat menumbuhkan karakter pemuda muslim yang tangguh yang mampu menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya. Karena dalam islam pendidikan tidak dipisahkan dari agama. 

Pengaturan media menjadi tanggung jawab negara. Media yang ditayangkan tidak boleh merusak akidah umat,sehingga negara akan memfilter semua tayangan yang berbahaya bagi akidah umat. Generasi yang sadar akan visi untuk mengawal perubahan akan lahir dalam sistem islam apabila islam diterapkan secara kaffah dalam bingkai khilafah islamiyah. Wallahualam bishawab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar