Oleh : Winnarti Amd.AFM
Seiring dengan kemajuan teknologi dan kecanggihan zaman, hidup terasa lebih mudah dan simpel. Namun ada dampak lain yg timbul dari hidup lebih praktis dan mudah, banyak anak muda menilai kestabilan ekonomi lebih penting daripada segera menikah.
Banyak yang menunda pernikahan dengan alasan belum mapan, mahalnya biaya hidup serta lonjakan harga kebutuhan, biaya hunian, dan ketatnya persaingan kerja menjadi alasan utama. Mengejar karir dan kesuksesan menjadi impian.
Di tambah lagi narasi “marriage is scary” memperkuat ketakutan akan pernikahan. Menikah dipandang ribet, mengekang kebebasan, dan banyak tanggung jawab dan peran yang dituntut.
Ketakutan miskin dari sistem Kapitalisme yang membuat biaya hidup tinggi, pekerjaan sulit, dan upah rendah menghantui generasi muda, sehingga pilihan untuk menikah kerap di anggap tidak penting, mereka mengulur- ngulurnya dengan status pacaran yang jelas jelas bertentangan dengan hukum Allah.
Peran negara sebagai periayah umat tidak lagi berfungsi. Negara hanya sebagai regulator cenderung lepas tangan dalam menjamin kesejahteraan rakyat sehingga beban hidup dipikul individu. Harusnya negara hadir menjadi pengurus urusan rakyatnya menjamin kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, karna sumberdaya alam kita melimpah ruah, jika dikelola dengan benar dan amanah pastilah mampu menyejahterakan rakyat.
Tidak dapat dipungkiri gaya hidup generasi muda saat ini materialis dan hedonisme, sebab tumbuh dari pendidikan sekuler dan pengaruh media liberal dan memandang kebahagiaan adalah materi.
Semakin banyak materi yang ia peroleh maka akan semakin bahagia. akhirnya lahirlah budaya fomo, selalu ingin ikut ikutan yang sedang viral, tanpa memahami hakikat kebahagiaan itu sendiri.
Generasi muda memandang Pernikahan sebagai beban, bukan sebagai ladang ibadah dan jalan melanjutkan keturunan. Karna setelah menikah mereka berpikir akan terikat pada satu tanggung jawab yang berat, mengekang kebebasan mereka, membatasi pergaulan, dan terkungkung pada dunia rumah tangga yang begitu pelik.
Belum lagi jika mereka memiliki keturunan (anak) mereka memiliki ketakutan tersendiri, takut ribet, pusing, banyak menghabiskan waktu dan itu akan mengancam kebebasan pribadi mereka.
Seandainya peran negara benar benar berfungsi negara menjamin kebutuhan dasar rakyat dan membuka lapangan kerja yang luas melalui penerapan sistem ekonomi Islam, mempermudah proses rekrutmen karyawan, mengatur kebijakan kebijakan yang memudahkan masyarakat dalam bekerja, insyaallah para generasi muda akan terbebas dari ketakutan ketakutan finansial.
Ditambah lagi dengan Pengelolaan sumber daya alam yang benar oleh negara, bukan swasta atau asing, sehingga hasilnya kembali untuk kesejahteraan masyarakat dan mampu menekan biaya hidup tentulah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat bisa diwujudkan.
Selain sumber daya alam tidak kalah penting nya sumber daya manusia nya juga terus dikawal Pendidikan berbasis aqidah membentuk generasi berkarakter, berbudi luhur, berakhlakul karimah, tidak terjebak hedonisme dan materialisme. Mereka justru menjadi penyelamat umat. Membangun peradaban yang gemilang.
Di dalam Islam Sejatinya menikah adalah Penguatan institusi keluarga, dengan mendorong pernikahan sebagai ibadah dan penjagaan keturunan (nasab). Karena nasab sangat penting dijaga kesuciannya, karna Sangat berkaitan dengan ibadah ibadah lainnya.
Dengan menikah hati akan menjadi tentram, terhindar dari dosa zina. Sebagai mana firman Allah dalam Surah Ar-Rum ayat 21: "...Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
Allahu a'lam bisahawwab....
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.


0 Komentar