Oleh: Imas Royani, S.Pd.
Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) mengambil langkah inovatif untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayahnya. Inisiatif ini diwujudkan melalui pendirian Sekolah Lansia, sebuah program yang berfokus pada pendidikan kesehatan dan pemberdayaan kelompok usia lanjut. (AntaraNews, 23/11/2025).
Sekolah Lansia perdana ini menekankan pada aspek-aspek penting seperti pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit degeneratif, pola makan sehat, dan aktivitas fisik. Sekolah lansia ini menghadirkan berbagai program menarik, seperti kelas seni, olahraga hingga keterampilan bisnis serta finasial. Tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang sehat, mandiri, dan berkualitas, sejalan dengan misi Kukar Idaman Terbaik.
Peresmian Sekolah Lansia ini merupakan wujud nyata komitmen Pemkab Kukar dalam menghadirkan pendidikan dan pembinaan kesehatan bagi lansia. Program ini diharapkan dapat secara signifikan berkontribusi pada peningkatan IPM, khususnya pada dimensi umur panjang dan hidup sehat serta standar hidup layak.
Pemkab Kukar menunjukkan komitmen kuat dengan mencatat peningkatan IPM dari tahun ke tahun. Pada tahun 2023, IPM Kukar mencapai 75,95, kemudian naik menjadi 76,57 pada 2024, dan diproyeksikan mencapai 77,25 pada tahun 2025. Target ambisius dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) periode 2025-2029 adalah mencapai IPM sebesar 84.
Untuk mencapai target tersebut, Pemkab Kukar aktif menggandeng berbagai pihak, termasuk Kemendukbangga/BKKBN Kalimantan Timur. Kolaborasi ini penting dalam pendirian Sekolah Lansia sebagai salah satu upaya strategis.
Memang benar pendidikan merupakan salah satu faktor kunci majunya sebuah negara, karena dari proses pendidikan dipersiapkan SDM yang handal yang akan mengelola sebuah negara. Pendidikan bukan hanya sekadar hak, tetapi juga napas masa depan bangsa. Pemerintah dan masyarakat diharapkan bersinergi agar tidak ada lagi warga yang tertinggal dari haknya untuk belajar, termasuk lansia. Namun, bisa kah terealisasi jika sistem sekuler-kapitalisme masih digunakan di negeri ini?
Memang benar masyarakat yang sehat, mandiri, dan berkualitas adalah penopang tangguhnya sebuah negara. Sebab negara kuat jika masyarakatnya juga kuat. Negara sehat jika masyarakatnya juga sehat. Negara akan maju jika masyarakatnya mampu mandiri dan berkualitas. Hanya saja bagaimana bisa kuat, sehat, mandiri, dan berkualitas jika hanya mengandalkan sekolah lansia?
Tidak ada seorangpun yang bercita-cita dikala usia senja ingin menyusahkan yang muda. Semua ingin berjalan sama seperti halnya ketika masih gagah perkasa. Tapi apa daya sebab itu sudah menjadi kodratnya?
Lantas apakah sekolah lansia juga solusi hakiki atas permasalahan ini? Jawabannya tentu tidak. Diakui atau tidak, yang menyebabkan lansia terlantar hidupnya atau yang muda dengan sengaja atau tidak menelantarkan lansia adalah buah dari penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini menuhankan materi. Apa-apa pun ditakar dengan materi. Apalah artinya seonggok lansia yang tak berguna, tak produktif?
Hadirnya sekolah lansia adalah bentuk pengabaian negara terhadap nasib para lansia. Sebab jika mau jujur, jika sistem Islam yang diterapkan maka lansia akan begitu dimuliakan. Laksana bongkahan mutiara langka yang semakin tinggi usia semakin pula diberikan perlakuan ektra istimewa karena bernilai tinggi. Sebab tingginya sehingga tidak ada seorangpun yang mampu membelinya.
Sayang, sistem yang dipakai negeri ini dan hampir seluruh negara saat ini adalah sistem kapitalisme yang menuhankan materi, sehingga lansia dianggap barang usang tiada berharga yang sudah tidak berkualitas. Dalam sistem Kapitalisme, lansia dianggap hanya menjadi beban negara karena sudah tidak produktif lagi dan kurang berkontribusi terhadap negara.
Maka tidak heran, sistem Kapitalisme banyak melahirkan kebijakan-kebijakan nyeleneh, kebijakan-kebijakan yang seolah-olah bijak padahal bejad karena terselubung di dalamnya niatan jahat nan licik. Bentuk cuci tangan negara juga wajar dalam sistem Kapitalisme, sebab dari awal memang sistem ini penuh tipu muslihat dan kepalsuan, sehingga tidak heran banyak pemujanya tidak sadar bahwa pahlawan "demokrasi kapitalisme" sejatinya adalah penjajah yang menjajah jiwa-jiwa mereka.
Berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam, pendidikan adalah kewajiban negara yang harus diberikan kepada seluruh warganya. Hal ini sebagai bentuk pengamalan dan ketaatan terhadap Allah SWT. dan Rasul-Nya.
Wahyu pertama yang diterima Rasulullah Saw. adalah perintah untuk membaca, "Iqra!" "Bacalah!". Allah SWT. berfirman dalam QS. Al-'Alaq ayat 1 - 5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1)
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan."
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2)
"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3)
"Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah."
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4)
"Yang mengajar (manusia) dengan pena."
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
"Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Juga sabda Rasulullah Saw.:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ مِنْ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, sejak dari buaian hingga ke liang lahat." (HR. Ibnu Majah). Itu menunjukkan betapa pentingnya pendidikan sehingga negara wajib untuk memfasilitasinya.
Islam menjamin pendidikan dapat diakses dengan mudah dan gratis oleh seluruh warga negara, kaya atau miskin. Maka, negara akan memastikan setiap anak sekolah dan tidak membiarkan ada anak tidak sekolah atau putus sekolah. Negara sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar selain kesehatan dan keamanan untuk semua kalangan yang wajib dipenuhi negara. Rasulullah Saw. sudah mencontohkan dahulu, ketika membebaskan sebagian tawanan perang Badar dengan syarat mengajarkan baca tulis kepada sepuluh anak muslim.
Dengan pengelolaan SDA oleh negara sesuai dengan yang telah dicontohkan Rasulullah Saw., maka menggratiskan biaya pendidikan di semua jenjang adalah mudah bagi negara yang menerapkan sistem Islam. Maka dapat dipastikan semua warga negara dapat mengecap pendidikan sejak ia lahir bahkan saat masih dalam kandungan ibu, melalui keterampilan dan pendidikan yang didapat sebelumnya oleh kedua orang tuanya terutama ibunya.
Dengan keamanan dan kesejahteraan yang tercipta sebab penerapan sistem Islam, menjadikan para ayah bersungguh-sungguh dalam menafkahi keluarganya karena negara menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak. Menjadikan pula para ibu yang bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya, menjadikan dirinya sebagai sekolah pertama bagi mereka.
Itulah sebabnya sejarah telah mencatat begitu banyak ilmuwan Islam yang menguasai berbagai bidang ilmu meski usianya masih belia. Kecintaannya terhadap ilmu dan ketaatannya kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya menjadikan mereka belajar sepanjang hayat hingga usia lanjut. Seluruh keterampilan tentang menjaga diri, kesehatan, dan kemandirian telah diperolehnya sejak muda sehingga ketika tua, hal itu sudah terlatih dan tidak perlu mendadak didapatkan dari sekolah lansia seperti pada sistem Kapitalisme saat ini.
Jikapun mereka sudah tidak bisa mengurus dirinya sendiri, maka bukan lagi menjadi kewajiban mereka untuk terus berkonsentrasi materi seperti dalam sistem kapitalisme. Mereka mendapat perlakuan istimewa dari keluarganya. Nafkahnya ditanggung oleh para pencari nafkah dari anak-anaknya atau dari saudara laki-lakinya. Jika keluarga tidak mampu menanggungnya, maka kewajiban pemenuhannya berpindah ke negara.
Ketika Umar bin Khattab menjadi Khalifah, suatu ketika beliau melihat Yahudi pengemis tua di pasar, ia kemudian memerintahkan untuk menjamin seluruh kebutuhan para lansia artinya negara bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka baik mereka muslim ataupun non muslim sebab sama-sama sebagai warga negara Daulah Islam.
Dan kondisi seperti itu hanya bisa terlaksana apabila negara menerapkan sistem Islam. Maka untuk meraihnya, langkah yang harus dilakukan negara bukan adalah dengan mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam, bukan dengan mendirikan sekolah lansia atau yang sejenisnya. Dan sebagai warga negara yang baik, maka langkah pertama yang harus kita lakukan sebagai berkontribusi penting yang dibutuhkan negara adalah dengan mengkaji Islam kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis dan mendakwahkannya di tengah-tengah masyarakat, tanpa nanti tanpa tapi.
Wallahu'alam bishshawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.


0 Komentar