Bijak Digitalisasi Selamatkan Generasi


Oleh : Ummu Ra_isy

Generasi muda yang dikenal dengan sebutan Gen-Z adalah kelompok individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dikenal sebagai ‘digital native’ sejati. Sejak usia dini, mereka telah terbiasa dengan internet, smartphone, dan tentu saja, media sosial. Bagi mereka, platform seperti Instagram, TikTok, Twitter (sekarang X), dan YouTube bukan sekadar alat komunikasi, melainkan arena utama di mana identitas dibentuk, diekspresikan, dan divalidasi.

Media sosial menyediakan platform bagi Generasi Z untuk mencari validasi di luar lingkaran teman dan keluarga terdekat mereka. Jumlah pengikut atau interaksi di postingan seringkali diinterpretasikan sebagai ukuran popularitas atau penerimaan sosial. Fenomena ini, yang sering disebut sebagai “FOMO” (Fear of Missing Out), juga mendorong mereka untuk terus-menerus terlibat dengan apa yang terjadi di platform, takut kehilangan momen penting atau tren terbaru.

Lebih dari sekadar validasi pribadi, media sosial juga menjadi sarana utama bagi Gen Z untuk membangun komunitas. Mereka dapat terhubung dengan individu-individu yang memiliki minat, nilai, atau pengalaman serupa, menciptakan ruang aman untuk berekspresi dan merasa dimengerti. Ini sangat penting, terutama bagi mereka yang mungkin merasa terisolasi di kehidupan nyata. Selain itu, platform-platform ini juga menjadi medan pergerakan sosial dan aktivisme. Generasi Z menggunakan media sosial untuk menyuarakan pendapat mereka tentang isu-isu penting, mengorganisir kampanye, dan meningkatkan kesadaran tentang masalah sosial dan politik, yang pada akhirnya turut membentuk identitas mereka sebagai warga dunia yang peduli.

Perkembangan teknologi digital bagaikan pisau bermata dua yang memberikan dampak positif dan negatif terhadap masyarakat, khususnya kepada generasi milenial dan generasi Z. Dampak positif terknologi digital antara lain mempercepat komunikasi dan mempermudah pekerjaan, sedangkan dampak negatifnya antara lain menumbuhkan individualisme, fitnah, dan sikap anti sosial.

Hal tersebut disampaikan Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jazuli Juwaini, dalam Webinar Literasi Digital Kecakapan dan Literasi Digital untuk Generasi Milenial, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (DJIKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bekerja sama dengan DPR RI, di Jakarta, Kamis (19/7/2022). (Info Publik, Jakarta).

Generasi muda adalah harapan, harapan keluarga, bangsa dan peradaban. Untuk menjadi seorang generasi penerus tentu banyak hal yang harus di siapkan terutama mental dari generasi tersebut. Sebagai contoh dari para sahabat Rasulullah Saw mereka di persiapkan dengan berbagai bidang keilmuan dan juga tempaan supaya menjadi generasi yang tidak mudah lemah dan putus asa. 

Berbanding terbalik dengan keadaan saat ini, dimana generasi muda mereka lebih lama dan lebih asik dengan gadgetnya hingga lupa waktu, bahkan mereka kecanduan dan akhirnya mengalami gangguan kesehatan mental akibat screen time berlebihan. Tercatat, Indonesia mencetak rekor dunia, bukan terkait prestasi olahraga ataupun ekonomi, tetapi penggunaan ponsel untuk mengakses internet. 

Warga Indonesia kecanduan gadget akut. Penggunaan gadget berlebihan berdampak pada terjadinya digital dementia (penurunan daya ingat), sehingga banyak anak/generasi muda yang akhirnya malas untuk belajar, membaca, ataupun mengerjakan tugas sekolah karena semua bisa di kerjakan lewat aplikasi yang ada di gadget. 

Penggunaan gadget di bolehkan dengan batas tertentu sesuai kebutuhan, karena mau tidak mau saat ini kita hidup di era digital segala akses hampir semua ada dalam genggaman. Dari mulai belanja, daftar sekolah, dan kegiatan ekonomi bisnis dan lain-lain cukup dari tangan.  

Media digital dalam sistem kapitalisme saat ini menjadi alat yang merusak generasi muda secara mental, mereka hampir tidak mengenal dunia nyata, karena setiap saat waktu di gunakan untuk scroll medsos, game online atau aplikasi lainnya. Inilah bukti nyata rusaknya sistem sekular kapitalis, menjadikan manusia individualis dan anti sosial. 

Tidak sedikit orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) baru akibat dari terlalu lama berinteraksi dengan gadget, ini dialami oleh anak-anak atau generasi muda yang seharusnya mereka menjadi tonggak peradaban. Hanya demi keuntungan perusahaan digital, masalah mental diabaikan. 

Tanpa disadari Indonesia hanya dijadikan pasar bagi platform digital, negara tidak tegas terhadap perusahaan digital dan tidak memiliki komitmen untuk melindungi generasi muda, ide kebebasan menjadi landasan dan akhirnya hilanglah kekuatan generasi muda calon pemimpin masa depan. 

Dalam Islam generasi muda adalah garda terdepan penerus peradaban. Sistem Islam khilafah memiliki visi misi mewujudkan generasi terbaik sekaligus pemimpin masa depan. Sehingga berkomitmen kuat terhadap kualitas generasi muda yang unggul dan berkualitas. Mempunyai mental yang kuat pemberani dan siap menghadapi tantangan masa depan. 

Negara dalam Islam diharuskan melakukan langkah preventif untuk membentengi generasi muda dari pengaruh media digital, yaitu dengan menerapkan sistem pendidikan Islam yang berbasis akidah Islam, mengenalkan siapa dirinya, untuk apa di dunia ini dan akan kemana setelah kehidupan. 

Perlu juga optimalisasi peran orang tua sebagai madrasah pertama bagi anak-anak, juga sinergi masyarakat untuk amar makruf nahi mungkar. Sungguh peran politik pemuda sama dengan kalangan tua. Maka generasi muda maupun senior sejatinya memiliki amanah yang sama dalam amanah perjuangan Islam. Dua generasi satu amanah.  Hal ini sebagaimana firman Allah SWT.:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali 'Imran: 104).

Sifat muflihun dalam ayat ini merupakan pujian bagi yang muda dan yang tua, yang bersungguh-sungguh menjalankan peran perubahan. Ayat ini juga mengandung tuntutan untuk bergabungnya setiap muslim dalam sebuah jamaah untuk menjalankan amar makruf nahi munkar.

Kita, sebagai kalangan muda atau sebagai kalangan tua jangan mau kalah atau sampai ketinggalan dan kehilangan kesempatan meraih pahala kebaikan tersebut. Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan mengkaji Islam kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis dan mendakwahkannya di tengah-tengah masyarakat.

Wallahu'alam bishawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar