Oleh: Ari Sofiyanti
Dalam kisah fiksi, kita pernah menjumpai seorang tokoh yang tertindas. Muncul tragedi mengerikan dalam hidupnya, orang jahat masuk merampok rumahnya dan membunuh satu persatu anggota keluarganya dengan kejam. Lalu ketika tokoh tersebut meminta pertolongan dan keadilan, orang-orang hanya diam. Tak ada satupun yang menghukum tindakan jahat si pembunuh. Bahkan, orang-orang berkata: “sudahlah, berdamai saja. Berikan separuh rumahmu pada perampok itu. Yang penting suasana menjadi tenang!”.
Pembaca kisah fiksi manapun pasti akan geram dengan keadaan ini! Ironinya kisah tersebut bukanlah kisah fiksi, namun kenyataan yang terjadi pada saudara-saudara di Palestina.
Dalam kondisi seperti ini Kazakhstan mengonfirmasi keikutsertaannya dalam Abraham Accords, yaitu perjanjian normalisasi diplomatik dengan Israel. Meski baru menyatakan bergabung dalam perjanjian ini, Kazakhstan telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sejak 1992. (Antaranews). Menurut laporan Times of Central Asia, perdagangan bilateral Kazakhstan–Israel telah berkembang pesat di sektor-sektor seperti teknologi, energi, dan pertahanan.
Jika Kazakhstan memilih zona aman bersama pelaku kejahatan, sebagian pihak lainnya mendeklarasikan diri sebagai pembela keadilan. Turki memilih langkah yang dramatis, Kejaksaan di Istanbul mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu beserta 37 pejabat Israel, atas tuduhan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. (Al Jazeera).
Sayangnya, ada banyak hambatan internasional dan praktik diplomatik untuk benar-benar menciduk Netanyahu. Apalagi, Netanyahu dan pejabat Israel lainnya kemungkinan besar tidak akan memasuki yurisdiksi Turki, sehingga efektivitas surat penangkapan ini sangat terbatas. Berbagai analisis mengatakan langkah Turki tampak seperti simbol politik semata daripada penegakan hukum yang realistis. (Turkish Minute).
Palestina tengah mengungkapkan wajah dunia yang sebenarnya, bahwa kita tak mampu menghapus genosida keji meski seluruh dunia memiliki kekuatan. Dalam dunia fiksi, kita membenci tokoh antagonis seperti mereka - kejam, sombong, licik dan manipulatif. Tapi di dunia nyata, Israel selaku pelaku kejahatan dan Amerika sebagai negara pendukungnya tetap melenggang bebas bahkan menjalin kerja sama dengan negara-negara lainnya. Kita tetap diam saja meski tau kebenarannya.
Dengan fakta ini, kita mengetahui bahwa dunia sedang mengalami krisis kebenaran dan keadilan. Penyebabnya adalah sesuatu yang fundamental, yaitu penerapan sistem materialistik seperti sekulerisme kapitalisme yang menempatkan kepentingan materi, keuntungan ekonomi dan kekuatan bahkan di atas nilai-nilai kemanusiaan.
Krisis moral ini menuntut kita untuk tersadar dan berpikir, apakah kita sudah hidup dalam sistem yang benar?
Ketika negara-negara muslim diberi batas nasionalisme sehingga tercerai berai. Kita berdiri di atas kepentingan masing-masing. Apakah itu hal yang dicontohkan Rasul kita?
Lihatlah semua peraturan undang-undang, politik dalam negeri maupun luar negeri. Semuanya didasarkan atas asas manfaat atau untung-rugi. Bahkan sebagai negeri muslim, kita tidak mengambil sikap sesuai perintah dan larangan Allah.
Saat ini Palestina tengah berjuang dan bertahan, mereka selalu berharap datangnya kebenaran dan keadilan. Namun pertolongan itu tidak mungkin datang dari sistem saat ini, yaitu sistem sekuler. Kebenaran dan keadilan yang sebenarnya hanya ada dalam sistem Islam. Kaum muslim yang melihat penderitaan saudara Palestina seharusnya menyatukan kesadaran dan kekuatan untuk menolongnya. Kita harus menghapus sekat-sekat negara yang dinamakan nasionalisme karena itu adalah tipu daya kaum kafir yang menghambat kaum muslim untuk bersatu. Terbukti dari seberapa lemahnya negeri kaum muslim dikontrol oleh kekuatan asing. Padahal, Allah pernah menyatukan kaum muslim di dunia ini kala peradaban Islam masih ada.
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
“Berpeganglah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai-berai…” (TQS Ali Imran [3]: 103).
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Yang diperintahkan ini adalah jalanku yang lurus. Oleh karena itu, ikutilah jalan tersebut dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian adalah diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa.” (TQS Al-An‘am [6]: 153).
Kemudian solusi untuk mengakhiri segala kejahatan di dunia ini adalah berasal dari Yang Maha Benar dan Maha Adil. Rasulullah bersabda,
إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ، وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ
“Sesungguhnya imam (khalifah) itu (laksana) perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka ia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika ia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ahmad).
Dari hadits ini Allah memerintahkan kita agar ada seorang Khalifah yang menjadi pelindung, dia lah yang akan memimpin persatuan dan kekuatan kaum muslim dalam negara khilafah dan menghancurkan kezoliman di muka bumi. Tidak ada solusi lain untuk melenyapkan kejahatan Israel dan pendukungnya selain jihad-berperang di jalan Allah- yang diserukan oleh Khilafah seperti hadits di atas.
Sungguh kaum muslim tidak perlu ragu untuk menunaikan perintah Allah tersebut karena Allah sendiri telah menjanjikan kemenangan yang terpatri dalam kitab suci Al Quran.
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُشْرِكُونَ
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. (TQS As-Shaff [61]: 9).
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (TQS An-Nuur [24]: 55).
Wallahu a’lam bishowab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.


0 Komentar