Korporasi Eksploitasi Gila-gilaan, Rakyat Jadi Korban


Oleh : Fitra Asril (Muslimah Tamansari Bogor)

Inspeksi dadakan atau sidak yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ke PT Tirta Investama (Aqua) Pabrik Subang viral di dunia Maya. Betapa tidak, Danone Indonesia mengatakan pernyataan perwakilan perusahaan Aqua yang menyebut sumber air Aqua berasal dari sumur bor belum lengkap. Melalui keterangan tertulis, Danone Indonesia menjelaskan bahwa sumber air yang mereka gunakan bukan berasal dari sumur bor biasa. "Air Aqua berasal dari 19 sumber udara pegunungan yang tersebar di seluruh Indonesia", kata Danone melalui keterangan resminya pada Kamis, 23 Oktober 2025.

Danone menjelaskan, air yang selama ini digunakan berasal dari akuifer dalam di kawasan pegunungan, bukan air permukaan atau air tanah dangkal. Air akuifer dalam adalah air tanah yang tersimpan di dalam lapisan batuan atau sedimen bawah tanah yang berpori dan jenuh air. Mereka menyebut air ini terlindungi secara alami oleh lapisan kedap air, sehingga terbebas dari kontaminasi aktivitas manusia. (Tempo.co, 24 Oktober 2025) 

Meskipun demikian, dampak jangka panjang dari aktivitas pengambilan air dari akuifer ini harus menjadi perhatian serius. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisal Nurofiq mengingatkan bahwa recharge air tanah dalam ini membutuhkan waktu mencapai ratusan tahun. Jika terus dilakukan tanpa memperhatikan cadangan ketersediaannya (berkelanjutan), maka akan sangat sulit untuk dipulihkan. (CNBCIndonesia.com, 26 Oktober 2025) 

Akibatnya, terjadi ketidakmerataan akses air di wilayah sekitar pabrik. Warga sekitar mengeluhkan sulitnya memperoleh air untuk kebutuhan sehari-hari, terutama saat musim kemarau datang, debit air sumur menurun drastis, alhasil tidak sedikit masyarakat harus membeli air. Terlebih potensi masalah kesehatan dan lingkungan "menghantui" apabila terus dibiarkan dan tanpa adanya pengawasan dari pihak terkait. 

Pada kondisi hari ini, praktek bisnis ala kapitalis lebih mengedepankan keuntungan semata. Baik pihak swasta maupun asing leluasa "menggelar karpet" dalam rangka mengembangkan bisnisnya, terlebih Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alam. Proyek-proyek menggiurkan memang terasa nikmat bagi para korporasi.

Bukan hanya air, tambang seperti batu bara, nikel, emas, dan lain sebagainya menjadi incaran para pemburu cuan. Paradigma kebebasan berkepemilikan menjadi pijakan kaum kapitalis. Penguasa yang seharusnya berdiri bersama rakyat, malah memilih bersanding dengan pengusaha. Setiap kebijakan yang dikeluarkan harusnya berpihak kepada rakyat, bukan kepada konglomerat. 

Berbeda dengan paradigma Islam. Ketika sumber daya alam seperti air yang melimpah, maka negara yang akan mengelola dan mengembalikan hasil pengelolaannya untuk kemaslahatan umat. Individu ataupun swasta dilarang menguasainya. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda : "Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal, yaitu air, padang rumput, dan api." (HR. Abu Dawud) 

Sudah saatnya pengelolaan sumber daya alam termasuk air dikembalikan kepada negara. Dimana negara yang berasaskan sistem Islam akan mengatur sedemikian rupa pengelolaan SDA ini. Karena sejatinya, air merupakan salah satu komponen penting bagi kehidupan umat manusia. 

Dengan aturan Islam, tata kelola sumber daya alam akan memberikan kesejahteraan bagi manusia dan seluruh alam. Tidak akan ditemui lagi ketimpangan antara yang memiliki modal besar dengan rakyat biasa. 

Wallahu a'lam bi showab



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar