KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اللهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْن ١٠ (اَلْحُجُرَاتُ)
Alhamdulillâhi Rabbil Âlamin, Segala puji bagi Allah Subhânahu Wa Taâlâ yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallâhu alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Bertakwalah kepada Allah Subhânahu Wa Taâlâ dengan sebenar-benarnya takwa sebagaimana firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS. Âli Imrân [3]: 102).
Sungguh takwa adalah benteng terakhir kita di tengah kehidupan akhir zaman saat ini. Dan sungguh, hanya dengan takwa kita akan selamat di dunia dan akhirat.
Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Sudan kembali menjadi sorotan dunia akibat konflik berdarah yang menewaskan ribuan warga sipil. Perang saudara ini dipicu perebutan kekuasaan antara Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, pemimpin militer Sudan (SAF), dan Letjen Mohamed Hamdan Dagalo atau Hemedti dari pasukan Rapid Support Forces (RSF). Padahal, keduanya sebelumnya adalah sekutu yang bersama-sama menggulingkan pemerintahan transisi pada tahun 2021. Perseteruan yang meletus pada April 2023 itu berubah menjadi perang besar dan tragedi kemanusiaan. Di balik konflik ini, terdapat campur tangan asing, khususnya Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris, yang diduga memanfaatkan situasi untuk mempertahankan hegemoni dan menguras kekayaan alam Sudan melalui politik adu domba dan proxy.
Sebagai negeri dengan sejarah panjang Islam, Sudan memiliki posisi penting di Afrika. Islam masuk ke wilayah ini sejak masa Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu melalui penaklukan Mesir oleh Panglima Amr bin al-Ash radhiyallahu anhu, lalu dilanjutkan oleh Uqbah bin Nafi radhiyallahu anhu yang membawa dakwah hingga Nubiakini bagian Sudan utara. Namun, setelah kekuasaan Khilafah Utsmaniyah melemah, negeri-negeri Afrika, termasuk Sudan, jatuh ke tangan penjajah Barat seperti Inggris dan Prancis yang berebut sumber daya alam. Sudan memiliki lebih dari 3 miliar barel cadangan minyak, 1.550 ton emas, getah arab yang bernilai industri tinggi, serta cadangan uranium di Pegunungan Nuba.
Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Sejak direbut Inggris dari tangan Khilafah Islam pada tahun 1898, Sudan menjadi arena perebutan pengaruh dua kekuatan besar, Inggris dan Amerika Serikat. Inggris menaklukkan Sudan untuk melemahkan Khilafah Utsmaniyah dan mengamankan kendalinya atas Mesir dan Sungai Nil sebagai jalur perdagangan penting ke India dan Afrika Selatan. Untuk mempertahankan kekuasaannya, Inggris menerapkan politik divide et impera dengan memisahkan wilayah utara yang lebih Arab dan maju dari wilayah selatan yang lebih Afrika melalui Kebijakan Selatan, sekaligus membuka jalan bagi misionaris Kristen. Setelah kekuatan Inggris melemah, Amerika mengambil alihnya. Dua kekuatan asing ini terus bersaing di balik layar di negeri itu.
Berbagai siasat jahat penuh intrik politik dan kepentingan ekonomi dilakukan dengan sejumlah tujuan:
Pertama, Amerika Serikat menyokong RSF untuk membersihkan sisa-sisa pengaruh Inggris di Sudan, terutama di wilayah Darfur.
Kedua, AS membentuk aliansi politik dengan Arab Saudi, UEA, dan Mesir untuk mencegah intervensi pihak lain seperti PBB atau Inggris, sebagaimana ditegaskan oleh Penasihat Senior Presiden AS, Massad Boulos, pada 25 Oktober 2025.
Ketiga, AS memelihara konflik di Sudan agar negara itu tetap lemah dan mudah dikendalikan, sekaligus berupaya memisahkan Darfur yang kaya emas, tembaga, batu kapur, dan tanah liat.
Keempat, baik AS maupun Inggris memiliki tujuan politik yang sama, yaitu mencegah kebangkitan Islam di Sudan. Dengan memainkan isu terorisme dan radikalisme, mereka terus memecah-belah rakyat, suku, dan militer Sudan untuk memastikan negeri Muslim itu tidak bangkit melawan dominasi Barat.
Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Setelah Myanmar, Uyghur, India, dan Gaza, kini Sudan menyusul menjadi kawasan penderitaan umat. Tanah yang dahulu menjadi saksi kejayaan Islam kini dilumuri darah kaum Mukmin. Pasukan sokongan negara kafir Amerika Serikat menari-nari di atas penderitaan umat, menumpahkan darah yang suci dan merusak kehormatan banyak Muslimah. Padahal tak ada nyawa yang lebih berharga di sisi Allah SWT selain nyawa seorang Mukmin. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hancurnya dunia ini lebih ringan bagi Allah daripada pembunuhan seorang Mukmin tanpa haq.” (HR Ibnu Majah)
Ironinya, para pemimpin Muslim hari ini justru bersekongkol dengan negara-negara Barat penjajah menyembelih kaum Muslim. Mereka malah menyokong tindakan jahat Amerika Serikat di Sudan, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap Gaza. Mereka mengutamakan kepentingan politik dan kekuasaan pribadi di atas penderitaan umat. Tragisnya, sebagian umat masih memuliakan para penguasa itu dan enggan menyebut mereka sebagai pengkhianat, padahal tindakan mereka telah menyalahi sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak menzalimi dan tidak membiarkan saudaranya itu (disakiti).” (HR al-Bukhari)
Ketahuilah, sesungguhnya, akar dari seluruh penderitaan ini adalah hilangnya kepemimpinan Islam yang menyatukan umat dan melindungi kehormatannya. Sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924, kaum Muslim tercerai-berai menjadi lebih dari lima puluh negara kecil yang lemah dan tunduk pada pengaruh asing. Setiap wilayah berjalan sendiri-sendiri, tanpa pemimpin yang satu, tanpa komando yang jelas, dan tanpa kekuatan yang menakutkan musuh. Inilah yang membuat umat Islam mudah dipecah-belah, dijajah, dan dijadikan objek eksploitasi oleh kekuatan Barat.
Padahal, Islam telah menegaskan bahwa kekuatan umat terletak pada persatuannya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ
“Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. (QS. Âli Imrân [3]: 103).
Ayat ini bukan sekadar seruan ukhuwah, tetapi perintah tegas agar kaum Muslim hidup dalam satu kepemimpinan yang menyatukan seluruh wilayah Islam. Tanpa persatuan politik di bawah kepemimpinan seorang khalifah, umat tidak akan memiliki kekuatan untuk menolak penjajahan dan melindungi kehormatannya.
Selain itu, sejarah telah menunjukkan bahwa ketika Khilafah tegak, umat Islam menjadi kekuatan dunia yang disegani. Di bawah kepemimpinan para khalifah, kaum Muslim melindungi yang lemah, menegakkan keadilan, dan menyebarkan rahmat ke seluruh penjuru dunia.
Khilafah adalah junnah (perisai) yang melindungi dan menjaga umat. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Saatnya kaum Muslim bersatu dalam ukhuwah islamiyyah di bawah institusi pemerintahan Islam global—Khilafah. Saatnya umat Islam di seluruh dunia bersama-sama membangun kekuatan sebagaimana perintah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dengan mengangkat seorang khalifah yang akan melindungi umat dari ancaman dan penjajahan. Semoga Allah subhanahu wa taala menyegerakan pertolongan-Nya dan menegakkan kembali Khilafah Islamiyah agar agama ini mulia dan umat ini terjaga kehormatannya. WalLâhu alam bi ash-shawâb. []
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ. اَللّٰهُمَّ نَجِّ إِخْوَانَنَا الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي فَلَسْطِيْنَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ عَلَى أَعْدَائِهِمْ.
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْنَا مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.


0 Komentar