Oleh : Siami Nur Rahmah
Indonesia tak lagi muda. Tanggal 17 Agustus 2025, telah 80 tahun usia Indonesia. Banyak agenda acara disusun untuk memperingati hari kemerdekaan. Mulai upacara bendera, berbagai lomba, karnaval dari tingkat desa sampai kota. Himbauan memasang bendera atau umbul-umbul merah putih sudah jauh hari diserukan oleh para ketua RT. Pertanyaan yang muncul kemudian, bagaimana kondisi bangsa Indonesia di usia yang tidak lagi muda? Apakah Indonesia sudah mencerminkan sebagai sebuah negara yang merdeka?
Usia 80 bagi sebuah negara tentu sudah cukup matang. Tahap merintis tentu sudah lewat. Seharusnya di usia ke 80 sedang meniti tangga kejayaan. Namun, ketika kita lihat bangsa Indonesia, kondisi tak selaras dengan teori. Banyak ironi kita saksikan di negeri ini.
Sebut saja di sektor ekonomi, Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) melalui presidennya Ristadi menyebutkan dalam periode Agustus 2024 hingga Februari 2025 terjadi pengurangan tenaga kerja yang signifikan. Sementara data Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan 939.038 pekerja terkena PHK. (metrotvnews.com).
Ristadi juga menyebutkan ancaman gelombang PHK masih akan terus membayangi apabila barang -barang impor murah terus membanjiri pasar domestik,padahal tingkat konsumsi dalam negeri sedang menurun. Masyarakat ditekan dengan melambungnya harga, belum lagi beragam pajak yang ditetapkan kian mencekik, sementara gaji cenderung stagnan.
Lesunya ekonomi bukan satu-satunya ironi di negeri ini. Kerusakan moral yang makin tanpa malu-malu dipertontonkan. Korupsi dari daerah sampai pusat. Mandulnya penegakkan hukum. Tumpul ke atas tajam ke bawah. Sementara generasi dijejali dengan ide-ide di luar Islam. Seperti moderasi beragama, program deradikalisasi, dialog antar agama. Program-program semacam ini yang justru menjauhkan umat dari pemikiran Islam yang benar, lemah analisis, dan solusi yang sahih atas permasalahan yang dihadapi. Padahal negeri ini adalah negeri muslim terbesar.
Dari fakta -fakta ini kita bisa rasakan, meskipun usia kemerdekaan Indonesia sudah 80 tahun, tetapi secara hakiki Indonesia masih belum merdeka. Idealnya sebuah negara dikatakan merdeka tentu terwujud kesejahteraan di tengah-tengah masyarakat, mudahnya memperoleh pemenuhan kebutuhan. Baik individual maupun komunal. Sementara sebagai negeri dengan mayoritas umat Islam tentu dipermudah untuk mengakses pemahaman Islam yang benar. Bukan malah pemikiran Islam dikebiri dan dicekokkan pemikiran-pemikiran di luar Islam. Semua ini tentu sebuah ketidakadilan yang bertentangan dengan semangat kemerdekaan yang selalu didengungkan.
Semua ironi ini bisa terjadi karena biang masalah yang masih terus dipertahankan. Yaitu sistem kapitalisme. Di mana para kapitalis yang selalu berkibar. Sementara rakyat terus saja menjadi objek penderita.
Pajak menjadi sumber pemasukkan untuk menggerakkan roda kehidupan negara, sementara SDA telah habis dikeruk oleh para kapitalis. Kapitalis sendiri akan sangat alot jika ditarik pajak. Akibatnya yang kaya makin kaya sementara yang miskin makin miskin.
Kondisi ini harus segera diatasi. Solusinya dengan meninggalkan biang dari munculnya kesempitan dan rusaknya tatanan kehidupan. Yaitu meninggalkan kapitalisme. Untuk selanjutnya kembali kepada hukum yang sudah dipersiapkan oleh Sang Penciptanya manusia, yaitu hukum Allah. Islam akan menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyat baik individu (sandang, pangan dan papan) dan juga kebutuhan komunal (pendidikan, kesehatan dan keamanan). Negara akan mengelola kekayaan negara dengan jujur. Hasilnya akan diperuntukkan semaksimal mungkin bagi kesejahteraan masyarakat. Industrialisasi dilakukan sehingga membuka lapangan pekerjaan. Bagi mereka yang tidak mampu negara akan menjamin penghidupannya dari baitulmal.
Sementara pemikiran umat juga akan dijaga dari pengaruh diluar Islam. Akidah akan dikokohkan, sehingga kalaupun mereka mempelajari tsaqofah di luar Islam, mereka akan bisa menyaringnya, bukan malah ikut larut dalam pemikiran-pemikiran di luar Islam. Mereka akan hidup dalam ketaatan kepada Allah Swt.
Agar kemerdekaan hakiki segera diraih, maka butuh perubahan hakiki. Saat ini masyarakat sudah mulai menyadari kebobrokan yang ada. Misalkan, munculnya fenomena bendera One Piece sebagai protes atas buruknya kebijakan pemerintah,protes besar-besaran masyarakat Pati atas kenaikan pajak 250 persen.
Namun, sayang geliat ini belum menyentuh perubahan sistem. Maka dari itu perlu gerakan terus-menerus untuk menyampaikan akar masalah dari buruknya kondisi saat ini. Sehingga mereka akan meninggalkan kapitalisme dan kembali kepada Islam. Butuh jemaah dakwah yang tidak kenal lelah memegang dan menyampaikan Islam. Sebagaimana dahulu Rasulullah bersama para sahabat berhasil menyadarkan umat untuk menyingkirkan sistem jahiliah dan menggantinya dengan sistem Islam. Wallahualam bissawab. []
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar