Oleh : Reshi Umi Hani (Aktivis Dakwah)
Tantangan dalam mencari kerja di era globalisasi sangat terasa saat ini. Baru–baru ini Job Market Fair di Kota Samarinda ramai dikunjungi para pelamar. Tak sedikit mereka menaruh harap agar mendapat pekerjaan, serta perluasan pasar kerja. Terutama Fresh Graduate hingga IRT di Samarinda berharap perbanyak lowongan kerja yang minim pengalaman.
Fresh graduate adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang baru saja menyelesaikan pendidikan tinggi (diploma atau sarjana) dan belum memiliki pengalaman kerja yang signifikan. Jumlah fresh graduate tentu banyak apalagi baru saja kelulusan tingkat sekolah dan perguruan tinggi. Bisa dituliskan tantangan pencari kerja dari data atau pengalaman sendiri.
Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Timur (Kaltim) sendiri dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 masih menunjukkan dominasi pekerja formal. 49,16 persen penduduk bekerja di Kaltim tercatat sebagai buruh, karyawan, atau pegawai.
Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana menjelaskan secara umum, status pekerjaan di Kaltim terbagi dalam 2 kategori besar: formal dan informal. Pekerja formal meliputi mereka yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dan pelaku usaha yang dibantu buruh tetap. Sedangkan pekerja informal mencakup pelaku usaha mandiri, pekerja dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar, pekerja bebas non-pertanian, serta pekerja keluarga.
Pada Februari 2025, sektor informal menyerap 943.098 pekerja atau 46,92 persen dari total tenaga kerja. Kemudian pekerja formal masih mendominasi dengan jumlah 1.066.892 orang atau 53,08 persen.
Dibandingkan Februari tahun 2024 lalu, proporsi pekerja informal mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen poin. Sedangkan pekerja formal mengalami penurunan dalam proporsi yang sama.
Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas pekerja merupakan lulusan SMA umum (28,39 persen). Pekerja berpendidikan Diploma (3,84 persen) dan Universitas (13,67 persen) masih tergolong rendah. Sementara itu, buruh/karyawan/pegawai mendominasi status pekerjaan sebesar 49,16 persen, disusul pekerja sektor informal. Pekerja bebas di pertanian menjadi yang paling sedikit, hanya 0,99 persen.
Data berupa angka tersebut yang terdata, bagaimana yang tidak terdata? Pekerja informal lebih diminati bahkan dunia maya dan luar negeri lebih menjanjikan. Pertanian tak diminati. Tenaga kerja impor, sebaliknya tenaga ahli dan pencari kerja dalam negeri tak dihargai. PHK pun terjadi.
Pengangguran dan PHK meningkat penyebabnya multifaktor dan kompleks sehingga tidak tertangani dengan benar. Selain itu pekerjaan hanya dilihat dari sektor pertambangan, padahal banyak potensi yang lain tapi tidak tertarik. Saat ini pemerintah terkesan hanya sebagai regulator dan jembatan perusahaan sehingga sekolah pun sejalan dengan kebutuhan dunia kerja. Pendidikan hanya sebatas mencetak buruh pasar dan siap pakai.
Pengangguran bahkan PHK menunjukkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengurus dan menjamin pekerjaan bagi rakyat. Sudah semestinya negara membekali rakyat dengan ilmu dan keahlian melalui penerapan sistem pendidikan.
Islam akan menjamin setiap kepala rumah tangga yakni suami untuk bekerja. Bisa memberikan modal atau tanah mati. Teladan Rasulullah atau Khalifah. Penerapan sistem ekonomi Islam akan menjadikan pengelolaan kekayaan alam milik umum seperti laut, hutan, dan tambang dikuasai negara bukan oleh swasta. Negara tidak boleh menyerahkan segala jenis industri yang berkaitan dengan SDA umum berada di bawah kendali swasta.
Dengan penerapan sistem ekonomi Islam serta penerapan sistem Islam secara kaafah oleh negara, didukung dengan ketaqwaan individu serta kontrol dari masyarakat yang didasari ketaatan kepada Alloh Swt dan Rasululloh saw dengan amanah, maka akan mengantarkan pada sektor industri yang akan mampu mencipatakan lapangan kerja dan mensejaterakan seluruh masyarakat dengan keberkahan dan ridho Alloh swt. Pendidikan dalam Islam juga akan menyiapkan pelajar berkualitas, bersyaksiyah islamiyah dan bisa menciptakan pekerjaan sendiri sesuai keahliannya.
Wallahu alam bishawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar