Krisis Gaza dan Momentum Kebangkitan Umat


Oleh : Ummu Hanan

Gaza sedang dalam keadaan krisis dan kritis. Hampir setiap hari kita dapati adanya data terbaru terkait bertambahnya korban jiwa dari masyarakat sipil Gaza. Merujuk pada laporan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Jalur Gaza per tanggal 31 Juli 2025 terdapat tidak kurang dari 18.592 anak Palestina yang telah tewas sejak serangan Israel pada bulan Oktober 2023. Secara keseluruhan korban tewas yang disebabkan aksi brutal militer Israel ini diyakini telah mencapai 60.200 lebih warga Palestina (metrotvnews, 1/8/2025). Tidak hanya itu, pihak Israel juga telah berkontrbusi penuh dalam pemutusan akses bahan pangan atas rakyat Gaza sehingga ancaman kelaparan dan malnutrisi menjadi perkara yang tak terelakkan. Tidak salah jika banyak pihak yang menyimpulkan bahwa Israel sedang melakukan genosida secara sistematis kepada penduduk Gaza.

Kita tentu tak perlu pertanyakan lagi kejahatan model apa yang dilakukan oleh zionis Israel kepada rakyat Gaza. Pembantaian besar-besaran terlalu terang benderang untuk ditutupi kecuali bagi mereka yang tidak memiliki hati nurani. Namun alangkah menyedihkan manakala kita dapati para pemimpin dan penguasa negeri Muslim justru menjadi pihak yang terdepan dalam menyokong kejahatan ini. Hal menarik sekaligus memprihatinkan nampak ketika Perancis melalui kepala negaranya Emmanuel Macron secara resmi mengakui negara Palestina pada 24 Juli 2025 lalu bermunculan pro dan kontra setelahnya. Mesir sebagai salah satu tetangga Muslim terdekat Palestina telah mengintimidasi Imam Besar Al Azhar yakni Syekh Ahmed al Tayeb agar mencabut pernyataannya terkait kecaman atas pengepungan Israel yang berimdampak pada kelaparan di Gaza. Tindakan Mesir ini menunjukkan sikap frontal yang mengarah pada dukungan atas pendudukan Israel.

Pengkhianatan yang dilakukan para penguasa negeri muslim sedemikian nyata. Negara-negara yang terletak di sekitar jazirah Arab seperti Qatar, Mesir dan Arab Saudi secara resmi menyerukan kepada Hamas untuk melakukan pelucutan senjata serta menyerahkan kekuasaan atas Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina. Pernyataan sikap ini ditorehkan melalui penandatanganan bersama 22 negara anggota Liga Arab dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sangat disayangkan, negeri Arab yang seharusnya menjadi saudara kandung dan tumpuan harapan justru berkeinginan melemparkan saudaranya ke dalam jurang kebinasaan. Mereka bersepakat di atas kepentingan zionis dan sekutunya demi iming-iming dunia yang tidak seberapa. Sangat bertolak belakang dari apa yang Allah swt perintahkan kepada kaum muslim ketika mendapati saudaranya teraniaya. Nabi saw bersabda yang artinya, ”Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh nelenatarkannya.” (HR Muslim).

Sikap para penguasa muslim tak ubahnya pecundang yang bertekuk lutut di hadapan tuannya. Mereka menghinakan diri dengan ketundukan yang mengundang murka Allah swt. Mereka termakan oleh propaganda sesat nasionalisme yang mengerat kesatuan akidah Islam dalam paham negara bangsa (nation state) semu. Allah swt telah mengingatkan kepada kita semua bahwa hakikatnya kita adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia. Tentu kondisi ini hanya akan terwujud saat kita menjadikan aturan Islam sebagai ideologi di tengah kehidupan. Kita senantiasa meletakkan syariat Islam dalam pokok panduan pengaturan bermasyarakat dan bernegara. Sebab itulah umat terbaik (khoiru ummah) akan melahirkan peradaban gemilang yang menjunjung tinggi keluhuran penciptaan manusia, yakni sebagai hamba Allah. 

Krisis Gaza seharusnya menyadarkan kita semua agar tersadar dan segera bangkit. Kita wajib melakukan langkah serius bagi terwujudnya kesadaran di tengah-tengah umat. Inilah esensi dari keutamaan dakwah ideologis. Rasulullah saw telah memberikan teladan bagaimana umat ini akan menjadi baik dengan kembali kepada syariat Allah secara kaffah. Maka metode dakwah menuju pada kebangkitan umat adalah agenda mendesak bagi umat. Kita tak boleh berleha-leha karena saudara kita di Gaza tengah tertindas. Gaza membutuhkan pertolongan kita segera dan hanya keberadaan institusi khilafah yang bisa menolongnya. Oleh karena itu kebangkitan umat haruslah diarahkan pada kesadaran akan penting dan butuhnya kita pada satu kepemimpinan di tengah umat, Khilafah Islamiyah. Allahu’alam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar