Gaza dan Penjajahan Zionis: Mengungkap Kebohongan, Menuntut Pembebasan Nyata


Oleh: Safira Luthfia

Gaza: Luka Panjang yang Harus Diakhiri

Pernyataan Benjamin Netanyahu tentang rencana penguasaan penuh (full occupation) Gaza membuka tabir kebohongan narasi Zionis yang selama ini beredar. Israel selama puluhan tahun mencoba membangun opini bahwa mereka tidak berniat mengambil alih Gaza, seolah yang mereka lakukan hanyalah “bertahan” dari ancaman Hamas. Kini, Netanyahu sendiri mengakui ambisi itu secara terang-terangan. Ucapan ini bukan sekadar manuver politik, melainkan bagian dari strategi lama: menghapus eksistensi rakyat Palestina dan memperluas wilayah jajahan mereka.

Fakta sejarah membuktikan bahwa penjajahan Palestina bukanlah persoalan baru. Sudah 75 tahun lamanya tanah itu berada di bawah kekuasaan Zionis. Gaza, dengan posisinya yang strategis di tepi Laut Mediterania dan berbatasan dengan Mesir, menjadi target penting. Ia bukan hanya wilayah yang kaya makna simbolis sebagai pusat perlawanan, tetapi juga jalur vital perdagangan dan militer. Menguasai Gaza berarti mengendalikan denyut perlawanan sekaligus membuka akses geopolitik yang menguntungkan bagi penjajah.

Pernyataan Netanyahu tidak muncul di ruang hampa. Selama ini Israel telah membelenggu Gaza dengan blokade total, menghancurkan infrastrukturnya melalui serangan militer berkala, dan memiskinkan rakyatnya. Narasi “pertahanan diri” yang mereka gembar-gemborkan hanyalah upaya menutupi kenyataan bahwa mereka adalah penjajah. Di balik retorika keamanan, ada proyek kolonial yang jelas: menguasai penuh tanah, laut, dan langit Gaza.


Penjajahan Harus Dihentikan, Bukan Dikelola

Kesalahan besar yang sering terjadi adalah menganggap penjajahan dapat diselesaikan dengan diplomasi panjang atau tekanan internasional. Padahal, sejarah mengajarkan bahwa penjajah tidak akan melepaskan wilayah yang dikuasainya tanpa tekanan kekuatan. Inilah yang harus dipahami umat: penjajahan adalah hubungan paksa antara penguasa dan yang dikuasai, dan ia hanya berakhir jika penjajah disingkirkan. Selama pasukan Israel masih bercokol di tanah Palestina, maka Palestina tetap terjajah, apa pun narasi yang dibangun di meja perundingan.
Gaza hanyalah bagian dari peta besar yang diincar Zionis sejak awal pendirian negara ilegal Israel pada 1948. Selangkah demi selangkah mereka mengambil wilayah Palestina, dan Gaza kini berada di tahap akhir rencana penguasaan penuh. Setiap kali umat hanya merespons dengan kecaman atau bantuan kemanusiaan tanpa upaya strategis mengusir penjajah, maka Zionis akan terus melangkah maju.


Solusi Hakiki: Jihad di Bawah Kepemimpinan Khalifah

Sejarah Islam telah mencatat bahwa pembebasan wilayah terjajah tidak pernah terjadi tanpa kekuatan terorganisir. Palestina pernah dibebaskan dari tangan Tentara Salib pada 1187 M di bawah kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubi, bukan melalui konferensi damai, melainkan jihad yang terstruktur dan didukung penuh oleh kekuatan umat.

Jihad fii sabilillah adalah kewajiban syar’i untuk membebaskan negeri-negeri Muslim dari penjajahan. Namun, jihad yang sempurna hanya dapat dilakukan di bawah komando seorang Khalifah yang memimpin pasukan umat Islam secara terpusat. Kewajiban jihad tidak mungkin terlaksana kecuali dengan adanya seorang Khalifah yang memimpin umat untuk berperang melawan musuh-musuh Islam, membebaskan negeri-negeri yang terjajah, dan mengembalikan kemuliaan umat. Tanpa kepemimpinan ini, perlawanan akan terus terfragmentasi, tidak terkoordinasi, dan mudah dipatahkan oleh kekuatan besar seperti Israel.

Khilafah bukan sekadar konsep historis, tetapi institusi politik yang mampu menggerakkan kekuatan militer, ekonomi, dan diplomasi umat Islam secara terpadu. Dengan kepemimpinan ini, pembebasan Gaza dan seluruh Palestina akan menjadi tujuan strategis umat, bukan isu yang hanya muncul saat terjadi serangan besar.


Saatnya Bertindak, Bukan Sekadar Mengecam

Rencana penguasaan penuh Gaza adalah bagian dari skenario panjang penjajahan Palestina. Selama umat Islam membatasi respons pada doa, kecaman, dan bantuan kemanusiaan, Zionis akan terus memperluas wilayah jajahannya. Gaza harus dibebaskan, Palestina harus merdeka, dan penjajah harus diusir sepenuhnya.

Tidak ada jalan lain selain mengembalikan kepemimpinan Islam yang mampu memimpin jihad pembebasan. Inilah yang telah diperintahkan Allah, dibuktikan sejarah, dan menjadi jalan yang benar untuk membebaskan tanah umat dari penjajahan. Membebaskan Gaza bukan sekadar membela satu wilayah kecil, melainkan membebaskan hati umat dari kelalaian, membangkitkan kekuatan Islam, dan mengembalikan keagungan syariat Islam di mata dunia.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar