Oleh : Ummu Azzam
Senyum dua orang ibu Gaza merekah setelah berhasil mendapat sekarung tepung untuk dibawa pulang ke tengah keluarganya. Keduanya tampak saling membantu memanggul karung tersebut seraya bersiap menembus bahaya demi anak-anak mereka yang sudah sangat kelaparan.
Video mengharukan tersebut kini tengah viral di media sosial. Meski durasinya sangat singkat, namun pesannya begitu mendalam. Tampak keteguhan para ibu Gaza untuk bertahan dalam iman sebagaimana warga lainnya yang tersisa. Perjuangan mereka benar-benar kian berat di tengah upaya genosida yang dilakukan secara masif dan terbuka.
Kekejaman Zion*s dan pendukungnya memang sudah sampai di luar nalar. Bagi mereka, tumpahnya darah dan air mata warga Gaza terlihat seperti pertunjukkan dan hiburan. Tidak pernah terbayangkan akan ada entitas yang berperilaku sebarbar Zion*s di Gaza. Mereka berjenis manusia, tetapi karakternya jauh melebihi binatang buas.
Bayangkan saja, mereka bukan hanya membombardir dan menghancurkan Gaza dengan buldoser dan senjata. Cara-cara keji mereka gunakan demi segera memenangi perang dan menyegerakan genosida. Salah satunya adalah membiarkan kaum muslim Gaza satu demi satu mati perlahan karena berhari-hari menahan lapar dan dahaga!
Ratusan jurnalis pewarta kebenaran pun sengaja mereka bunuh dengan kejamnya. Namun, video dan gambar-gambar mengenaskan tentang muslim Gaza terus berseliweran di beranda akun kita. Termasuk fenomena tubuh-tubuh mereka yang sedemikian lemah dan hanya tinggal kulit dan tulang saja. Semua itu menunjukkan pelaparan yang mereka derita benar-benar sudah sampai pada puncaknya.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat total korban tewas sejak perang dimulai pada Oktober 2023 hingga 10 Agustus 2025, mencapai 61.430 orang, sedangkan 153.213 lainnya luka-luka. (Aljazeera, 10-8-2025). Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat melaporkan bahwa ada sekitar 12.000 anak di bawah usia 5 tahun menderita malnutrisi sejak agresi, sedangkan jumlah korban tewas karena kelaparan tercatat mencapai 217 warga.
Semua ini cukup menyentak kesadaran sebagian masyarakat dunia. Berbagai protes dan aksi massa pun terjadi di mana-mana. Namun, semua itu belum bisa memaksa para penguasanya untuk segera bergerak menolong Gaza. Kalaupun ada di antara mereka yang bicara, semuanya hanya beretorika untuk pencitraan. Sebagian lainnya, malah turut serta menolong penjajah dengan menyerukan solusi dua negara ala Barat dan Amerika, seraya meminta Ham*s dan mujahidin Gaza untuk segera melucuti senjatanya.
Strategi pelaparan warga Gaza ini memang benar-benar berjalan sangat terstruktur dan sistemis. Sejak 7 Oktober 2023, bahkan jauh sebelum itu, pihak Zionis sudah menarget segala hal yang memutus akses warga Gaza memenuhi hak dasar mereka. Mereka hancurkan fasilitas ekonomi dan kesehatan, seperti pasar, rumah sakit, sistem sanitasi, dll. Mereka membunuhi tenaga medis hingga lebih dari 1.500 orang syahid. Mereka provokasi pemukim Yahudi untuk menghancurkan bantuan yang masuk ke Gaza, dll.
Puncak pelaparan pun terjadi pada 2 Maret 2025, yakni ketika Gaza diblokade secara total. Dalihnya adalah karena Ham*s sering mencurangi bantuan. Oleh karenanya, pintu Rafah dan Kerem Shalom mereka tutup tanpa celah. Puluhan ribu truk bantuan dari dunia internasional pun tertahan di perbatasan. Sebagian bantuan lainnya tertumpuk di gudang-gudang WFP (Program Pangan Dunia) di perbatasan Mesir dan Yordania.
Pihak Zion*s benar-benar mengontrol bantuan di tempat-tempat dan lembaga yang mereka tentukan. Mereka setting agar warga berpindah dari utara dan terkonsentrasi di selatan. Bahkan yang lebih kejam, mereka menembaki warga Gaza yang datang ke pusat-pusat bantuan dengan dalih ada ancaman keamanan.
Juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Thameen al-Kheetan menyebutkan, hingga 21 Juli 2025, PBB mencatat ada 1.054 orang tewas di Gaza saat berusaha mendapatkan makanan. Sebanyak 766 di antara mereka tewas di sekitar lokasi GHF (yayasan kemanusiaan Gaza buatan Zion*s dan AS) dan 288 lagi tewas di dekat konvoi bantuan PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya. (BBC World Service, 23-7-2025).
Terjunnya para muslimah Gaza ke pusat-pusat bantuan yang berbahaya, menunjukkan bahwa pelaparan sistematik di sana sudah memasuki fase yang luar biasa. Situasi mengerikan itu telah memaksa kaum muslimah Gaza memosisikan diri di garda terdepan perjuangan demi mempertahankan diri dan kehidupan keluarganya. Mereka rela turut berkalang nyawa membela keluarga, setelah para suami, saudara, dan anak laki-laki mereka lebih dahulu menjadi korban genosida.
Kondisi ini sejatinya mencerminkan penderitaan mendalam para muslimah Gaza sekaligus membongkar kegagalan sistem yang tegak di dunia dalam melindungi harkat martabat mereka yang sering disebut sebagai kelompok rentan oleh para pejuang perempuan.
Lembaga-lembaga internasional seperti PBB yang memiliki sayap perempuan, misalnya, pun nyatanya tidak berdaya menghentikan kekejaman. Mereka hanya mampu mengecam dan tidak mampu mengubah keadaan. Sementara kelompok-kelompok pembela hak-hak perempuan lainnya, termasuk yang ada di negeri kita cenderung bungkam seribu bahasa.
Sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan oleh kaum muslim di dunia pun telah berhasil menghinakan mereka. Alih-alih mampu tegak menjadi negara berdaulat yang mampu menjadi pengurus dan penjaga, termasuk menolong kaum muslim Gaza, negara-negara mereka dan para penguasanya justru rela menjadi antek penjaga bagi kepentingan negara-negara penjajah yang menjadi tuan mereka. Mereka biarkan harta umat dirampok dan rakyatnya dimiskinkan.
Kondisi ini tidak mungkin terjadi jika umat ini ada di bawah penjagaan sistem Islam yang dikenal sebagai Khilafah. Khilafah akan menyatukan umat Islam dunia di bawah satu kepemimpinan politik berlandaskan akidah dan hukum-hukum Islam. Seluruh potensi mereka akan disatukan dan dimobilisasi menjadi kekuatan besar dan menakutkan, hingga Khilafah akan merebut kembali kepemimpinan global.
Kisah kejayaan Khilafah telah tercatat dengan tinta emas sejarah. Sekira 14 abad umat Islam di dunia hidup di bawah naungannya. Saat itu, kehidupan mereka benar-benar mulia dan sejahtera penuh berkah. Harta, akal, kehormatan, nasab, dan jiwa mereka benar-benar terjaga.
Khalifah benar-benar melakukan tugasnya sebagai pengurus dan penjaga. Mereka melindungi rakyatnya hanya karena dorongan akidah dari masa ke masa. Mereka tegakkan seluruh hukum syara' yang telah terbukti menjadi rahmat bagi semua, hingga wibawa dan sempurnanya penjagaan Khilafah atas rakyatnya demikian terkenal seantero dunia.
Sebagai misal, hanya demi melindungi seorang muslimah yang dilecehkan seorang kafir saja, seorang khalifah bisa menggerakkan tangannya untuk memobilisasi tentara. Itulah yang dilakukan Khalifah Al-Mu’tashim Billah ketika mendengar teriakan sang muslimah yang dilecehkan di Ammuria (Amorium) Turki, padahal jaraknya sangat jauh dari tempatnya berada.
Satu-satunya harapan justru ada pada tegaknya kembali Khilafah yang urgensi dan kewajibannya sudah tidak perlu didiskusikan lagi. Khilafah inilah yang kelak akan memobilisasi tentara dan mengomando jihad untuk membebaskan Gaza, Palestina dan wilayah dunia lainnya. Khilafah ini pulalah yang akan menegakkan seluruh hukum syara' yang menjamin rahmat bagi semua.
Dengan demikian, urgen bagi umat Islam di mana pun berada, termasuk kaum muslimahnya untuk turut terlibat dalam perjuangan penegakan Khilafah bersama jemaah dakwah yang konsisten menempuh jalannya.
Sungguh, muslimah Gaza adalah cerminan para shahabiyat Rasulullah ï·º yang Allah hadirkan untuk menjadi teladan keimanan dan ketangguhan dalam perjuangan membela Islam pada era kekinian. Di tengah segala keterbatasan dan kesulitan yang menimpa, mereka tetap teguh memegang iman dan syariat Islam.
Mereka rela mengorbankan harta, raga, bahkan nyawa untuk kemuliaan dan kejayaan Islam. Mereka melahirkan, menjaga, dan mendidik anak-anak mereka menjadi penjaga dan pembela Islam yang tepercaya. Mereka bangga menjadi umat Muhammad ï·º dan menjadikan cita-cita tertinggi untuk syahid di jalan Islam.
Mereka hanya fokus mencari rahmat Allah sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yang berhijrah, dan yang berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah: 218).
Wallaahu a'lam bisshowab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar