Oleh: Ari Sofiyanti
Penguasa negeri-negeri muslim tengah menunjukkan dua sisi muka. Mereka mengecam tindakan Israel yang akan mencaplok Gaza, namun di sisi lain mereka berjabat tangan dan membuka peluang menormalsasi hubungan dengan Israel. Perihal pendudukan Israel di Gaza, Netanyahu mengklaim bahwa rencana itu dilakukan untuk membentuk pemerintahan sipil di Jalur Gaza yang tidak berafiliasi dengan Hamas atau Otoritas Palestina. (10/8, Detik.com).
Israel terus membangun opini kepada dunia bahwa mereka hendak menyelamatkan Gaza dari kelompok Hamas yang disebut radikal dan teroris. Sungguh pernyataan munafik yang selalu diulang-ulang. Sejak 7 Oktober 2023 silam, Z*onis playing fictim. Mereka merasa menjadi korban serangan Hamas, padahal merekalah teroris sebenarnya yang menciptakan perang itu selama puluhan tahun. Merekalah yang membunuh warga sipil yang tak berdosa. Entah itu perempuan, para lansia yang lemah, bahkan anak-anak dan bayi yang tak tahu apa-apa.
Para penguasa negeri muslim, alih-alih menyelamatkan warga Gaza, justru sejalan dengan rencana Z*onis. Sebanyak 22 anggota negara Liga Arab, seluruh anggota Uni Eropa dan 17 negara lainnya termasuk Indonesia telah bersepakat dalam Deklarasi New York soal upaya mewujudkan pembentukan negara Palestina melalui solusi dua negara (two state solution) pada tanggal 28-30 Juli 2025.
Deklarasi tersebut juga mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan mendesak Hamas untuk melucuti senjata serta menyerahkan kekuasaan di Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina.
Jelas sekali para penguasa di muka bumi ini telah tunduk pada hegemoni kafir penjajah dan meninggalkan umat Palestina sendirian. Deklarasi New York adalah bukti para penguasa tidak mampu menolong Gaza dan akhirnya menerima dengan patuh solusi ala penjajah hanya karena ingin menyelamatkan kepentingannya masing-masing.
Kelemahan para penguasa negeri muslim telah nyata adanya sebagaimana dijelaskan oleh sabda Rasulullah. Dari Tsauban ra., dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Akan segera tiba umat-umat (selain Islam) akan mengerumuni kamu (umat Islam), layaknya orang-orang yang mengerumuni makanan yang berada di dalam wadahnya.’ Seorang laki-laki berkata, ‘Apakah karena kami waktu itu berjumlah sedikit?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Bahkan jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kamu seperti buih di air yang mengalir. Sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh kamu rasa takut mereka kepada kamu dan akan menanamkan ke dalam hati kamu al-wahn.’ Seseorang lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa itu al-wahn?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Cinta dunia dan benci kematian.'” (HR Abu Dawud)
Bukti kaum muslim terjangkit al wahn sudah terlihat jelas. Di Indonesia saja pejabat pemerintah berlomba-lomba korupsi. Mereka tak lagi malu apalagi segan membuat kebijakan yang menyengsarakan rakyat demi memuaskan nafsu pribadi.
Para penguasa yang terjangkit al wahn juga mudah bertekuk lutut pada sekutu Z*onis, Amerika Serikat. Buktinya, pemerintah Indonesia menerima dengan patuh kesepakatan tarif dagang 19% dengan Amerika. Konsekuensinya, Amerika mendapat akses penuh ke Indonesia, baik dalam urusan tambang dan semua hal di Indonesia. Termasuk transfer data pribadi warga negara Indonesia ke Amerika Serikat, selain itu Indonesia harus mengakui bahwa Amerika telah menerapkan standar perlindungan data yang memadai.
Ironi memang, di momen perayaan kemerdekaan Indonesia ternyata kita belum juga merdeka dari hegemoni Barat. Kita selalu lantang meneriakkan agar penjajahan dihapuskan, namun tidak mampu mengirim tentara untuk berjihad ke Palestina. Kita mencita-citakan persatuan, namun mengapa hanya sebatas sekat semu bernama nation state?
Kafir penjajah sesungguhnya telah berhasil memecah belah persatuan kaum muslim menjadi bangsa-bangsa kecil yang disibukkan kepentingan nasionalnya sendiri. Padahal dahulu kaum muslim disatukan oleh Islam dalam satu institusi negara Khilafah. Warga negara Khilafah bukan hanya diisi oleh satu bangsa, tetapi berbagai macam bangsa bahkan dari benua Asia, Afrika dan sebagian kecil Eropa. Palestina tatkala itu menjadi wilayah yang damai di bawah perlindungan Khilafah. Namun ketika Khilafah diruntuhkan, saat itulah negeri-negeri muslim terpecah dan lemah. Palestina pun jatuh ke tangan penjajah tanpa perlindungan Khalifah.
Maka untuk membebaskan Gaza Palestina dan melindunginya, seluruh kaum muslim harus membebaskan diri dari hegemoni Barat. Kaum muslim harus bebas dari penghambaan pada apapun menuju penghambaan kepada Allah semata. Ketundukan kita bukan untuk Amerika dengan ideologi kapitalisme sekulernya, tetapi kepada Allah dengan mengemban Islam.
Kaum muslim harus menyadari bahwa selama ini kita lemah dan hilang arah karena mengadopsi aturan-aturan sekulerisme kapitalisme yang dicekokkan oleh penjajah. Kaum muslim telah jauh dari sumber kekuatannya yaitu akidah dan syariat Islam. Maka, kebebasan hakiki umat muslim hanya dapat terwujud jika kita menerapkan akidah sebagai dasar bernegara dan syariat Islam sebagai aturannya.
Milyaran umat muslim di dunia saat ini juga tersekat-sekat oleh batas nation state, sehingga kita merasa seolah-olah terpisah dari muslim lainnya yang berbeda negara. Maka, urgen bagi kaum muslim untuk bersatu agar musuh tidak mudah menyerang kita. Persatuan seluruh dunia muslim diwadahi oleh Khilafah, yang dicontohkan penerapannya oleh Rasulullah dan diwariskan kepada Khulafaur Rasyidin begitupun Khalifah selanjutnya. Dengan Khilafah, pasukan tentara berjihad dalam satu komando menegakkan Islam dan melindungi kaum muslim.
Kesadaran kita sebagai kaum muslim untuk menolak kapitalisme, meneguhkan iman kita, kemudian bersatu menyambut penerapan syariat Islam secara utuh adalah satu-satunya jalan kebebasan kita dan kebebasan bagi umat Palestina. Hanya dengan menempuh jalan ini janji Allah insya Allah akan terwujud.
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Akan tetapi, barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nur: 55).
Wallahu a'lam bishowab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar