Destinasi Wisata, Namun Krisis Stunting


Oleh: Rusmiati

Provinsi Bali merupakan daerah yang maju sebagai destinasi wisata dunia, tetapi masyarakatnya masih ada yang stunting. Berdasarkan data yang disampaikan kepada perwakilan BKKBN Bali dr. Luh Gede Sukardiasih pada rapat Koordinasi Daerah Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Bali tahun 2025 di kantor Bappeda Bali.

Angka prevalensi stunting Indonesia berada pada angka 19,8 persen. Sementara target yang ditetapkan yaitu 14 persen di tahun 2024. Akan tetapi, di Provinsi Bali dari target yang ditetapkan masih 6,15 persen.

Kasus stunting yang menimpa anak-anak, bukan hanya masalah gizi yang tidak tercukupi, namun bagaimana keluarga mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Jelas berkaitan erat dengan kondisi perekonomian keluarga, sementara faktanya banyak keluarga terjebak dalam kemiskinan ekstrim. Padahal Bali adalah destinasi wisata dunia. Namun sekedar makan layak pun keluarga di Bali banyak yang tidak mampu.

Kemiskinan ekstrim terjadi karena kemiskinan sistemik akibat penerapan sistem kapitalisme. Kapitalisme memposisikan negara sebagai regulator yang abai terhadap kebutuhan rakyat. Bahkan prinsip kebebasan kepemilikan kapitalisme, membuat pemilik modal mudah menguasai SDA, padahal kekayaan ini adalah harta yang seharusnya digunakan untuk mengurus rakyat. Seperti menyediakan layanan kesehatan gratis, menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagainya.

Kasus stunting tidak akan terselesaikan jika masyarakat terus dipimpin oleh sistem kapitalisme. Pengusaha hanya akan sibuk bermain-main dengan angka, sementara anak-anak tetap dalam kondisi stunting yang semakin memprihatinkan.

Dalam negara Islam, Khalifah (pemimpin) akan mengurus rakyat dengan upaya terbaik. Untuk mengatasi kasus stunting, maka Khilafah akan memastikan setiap anak akan terjamin kebutuhan gizinya. Khilafah akan memastikan setiap kepala keluarga mendapatkan pekerjaan, sehingga bisa memberikan nafkah kepada keluarga mereka dengan ma'ruf. Dengan bekerjanya seorang ayah, keluarga akan memiliki kemampuan daya beli barang dan jasa.

Khilafah juga akan memastikan ketersediaan bahan pangan yang mampu dijangkau oleh daya beli masyarakat. Khilafah akan menghilangkan distorsi pasar (penimbunan, mafia pangan dan sejenisnya). Karena distorsi ini akan merusak pasar, membuat harga-harga melambung tinggi. Dengan demikian anak-anak akan terpenuhi gizinya dari dalam keluarga.

Wallahu A'lam bish shawab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar