Kelaparan Sistematis di Gaza: Genosida Gaya Baru, Umat Harus Bersatu


Oleh : Sherly Agustina, M.Ag. (Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)

Gaza masih membara, selain korban pembunuhan akibat serangan terus menerus yang dilakukan oleh Israel kini umat Islam di Gaza mengalami kelaparan sistematis yang hebat. Beredar di sosial media kondisi mereka yang sangat memprihatinkan, dunia pun berbicara dan berusaha membela. Lagi-lagi walaupun opini publik begitu kuat ingin membantu Gaza, terganjal oleh negara adidaya yang menjadi perisai bagi Israel. Selain itu, virus nation state membuat umat Islam di seluruh dunia sulit bersatu. Lalu, bagaimana solusi Islam untuk menyelamatkan umat Islam di Gaza?

Melansir dari The Japan Times, 21 anak meninggal di rumah sakit Al-Shifa, Al-Aqsa Martyrs, hanya dalam waktu 72 jam karena malnutrisi. Artinya, setiap hari tujuh anak tewas karena kurang gizi. Mohammed Abu Salmiya, Direktur Al-Shifa, menjelaskan kepada para wartawan, 'Setiap saat, kasus kelaparan baru tiba di rumah sakit kami. Tak lagi bicara soal gelombang pasien, tapi tsunami kematian yang datang dalam hitungan menit.' Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan bahwa "Tali-tali kehidupan terakhir yang menjaga orang-orang tetap hidup sedang runtuh. UNRWA badan PBB untuk pengungsi Palestina sudah memeriksa lebih dari 242.000 anak di bawah usia lima tahun, dan satu dari sepuluh dinyatakan malnutrisi. Mereka bukan sekadar angka. (Cnbcindonesia, 23-07-2025)

Dari sumber lain mengatakan, bahwa di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza yang terkepung, Lembaga Penyiaran Israel (KAN) mengonfirmasi militer Israel telah menghancurkan puluhan ribu paket bantuan. Bantuan yang dihancurkan itu termasuk sejumlah besar makanan dan obat-obatan yang ditujukan bagi penduduk Gaza yang kelaparan. Mengutip sumber-sumber militer Israel, laporan tersebut mengutarakanlebih dari 1.000 truk bantuan kemanusiaan sengaja dihancurkan.

Meskipun tekanan internasional semakin meningkat untuk memfasilitasi pengiriman bantuan, otoritas Israel mengklaim penghancuran tersebut disebabkan oleh dugaan kegagalan dalam "mekanisme distribusi bantuan" di Gaza. Seluruh penduduk Jalur Gaza—lebih dari 2,3 juta orang—telah terdesak ke ambang batas kelangsungan hidup akibat perang, pengepungan, dan kebijakan kelaparan yang disengaja selama lebih dari 21 bulan. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, 122 orang—kebanyakan anak-anak—telah meninggal dunia akibat kelaparan. (Sindonews, 26-7-2025)

Melihat perilaku Israel yang kejam dan membabi buta, kecaman datang dari berbagai negara di antaranya dari Uni Eropa. Sebanyak 34 mantan duta besar Uni Eropa menerbitkan surat terbuka di media sosial yang menyerukan terhadap Israel atas tindakan "melanggar hukum"-nya di Gaza dan Tepi Barat. Surat tersebut—yang ditujukan kepada presiden Dewan Eropa, Komisi Eropa, dan Parlemen Eropa, serta kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, dan para pemimpin negara anggota— mengutuk tindakan Israel.

Kami menyaksikan tontonan mengerikan Israel yang setiap hari melakukan kejahatan kekejaman terhadap rakyat Palestina—terutama di Gaza, tetapi juga di Tepi Barat yang diduduki—yang merupakan kampanye sistematis brutalisasi, dehumanisasi, dan pengungsian. Uni Eropa dan hampir semua Negara Anggotanya telah gagal menanggapi secara berarti peristiwa mengerikan ini," tulis para mantan duta besar. Selama lebih dari 21 bulan, pemerintahan Netanyahu telah melancarkan kampanye kekerasan dan penghancuran tanpa henti di Gaza. “Sekitar 10 persen dari seluruh penduduk Gaza, termasuk puluhan ribu anak-anak, telah terbunuh dan terluka parah akibat pemboman tanpa pandang bulu oleh IDF,” tulis mereka seperti dikutip EU Observer. (tempo.co, 26-7-2025) 


Faktor Penyebab

Saat ini dunia sepakat, bahwa yang dilakukan Israel terhadap umat Islam di Palestina khususnya Gaza adakah tindakan genosida. Sudah terlalu banyak korban yang berjatuhan selama perang antara umat Islam Palestina (Gaza) dengan Israel. Hanya satu yang mereka inginkan, kemerdekaan rakyat Palestina dan terlepas dari bayang-bayang Israel. Tidak ada perdamaian apa pun bentuknya termasuk yang ditawarkan PBB yaitu two state nation. Karena jika mengambil solusi tersebut sama artinya Palestina tidak merdeka. Mereka hanya berusaha mempertahankan hak tanah yang sudah dimiliki selama bertahun-tahun. 

Namun, Israel datang merebut tanah yang sudah lama mereka tempati. Cara yang dilakukan Israel pun sangat sadis dan brutal, hingga saat ini yang dilakukan Israel adalah pemusnahan umat Islam di Palestina khususnya Gaza (genosida). Dunia pun bersuara, mereka tak lagi bungkam melihat kondisi umat Islam di Gaza. Kondisi saat ini kelaparan sistematis yang sangat membuat hati pilu dan tersayat. Mirisnya, negeri-negeri kaum muslim yang berada di sekitar Gaza diam seribu bahasa. Pengkhianatan para pemimpin negeri-negeri muslim dipertontonkan di depan mata dengan sangat jelas. 

Mengapa hal ini terus terjadi? Jawabannya, karena saat ini umat Islam tidak lagi memiliki perisai yang melindungi umat dari ancaman dan bahaya apa pun. Perisai tersebut sudah Allah siapkan, Rasul dan para sahabat pun sudah mencontohkannya yaitu Khilafah. Ya, sejak Khilafah tak lagi memimpin dunia, umat Islam di seluruh dunia terpecah belah dan mudah diadu domba serta dicabik-cabik. Hal ini membuat umat Islam tak berdaya menghadapi kezaliman yang ada. Padahal, kekejaman zionis makin nyata maka solusi Palestina tak mempan hanya dengan retorika dan bantuan kemanusiaan. Apalagi zionis senantiasa dibela AS dan veto AS, mandulnya PBB makin nyata. Pemimpin muslim sudah mati rasa, abai pada seruan Allah dan Rasul-Nya. 

Umat Islam telah termakan propaganda Barat sehingga menjadi lemah. Kelemahan itu sejatinya hanya ilusi yang ditanamkan oleh para penguasa yang berkhianat hingga membuat pasukan umat, para ulama, dan rakyatnya pun menyerah. Padahal, umat memiliki kekuataan luar biasa yang bersumber dari akidah yang kokoh. Sejarah panjang telah membuktikan bahwa umat Islam memiliki kekuatan besar yang mampu menjadikan Khilafah sebagai negara adidaya. Seharusnya, situasi hari ini digunakan sebagai sarana untuk menyadarkan umat bahwa solusi hakiki untuk Palestina yaitu jihad dan tegaknya Khilafah. Penyadaran ini harus terus dilakukan dan makin ditingkatkan seiring dengan bukti nyata kejahatan Zionis. 

Jamaah dakwah ideologis harus terus memimpin umat untuk mengembalikan kemuliaan yang akan terwujud ketika Khilafah tegak kembali. Kebangkitan pemikiran umat harus diwujudkan sehingga akan terus berjuang mengikuti thariqah (metode) dakwah Rasulullah saw.. Para pengemban dakwah harus meningkatkan keterampilan dalam berinteraksi dengan umat, dengan cara menggugah perasaan dan pikiran. Selain itu, meningkatkan keyakinan dan istikamah di jalan dakwah seperti yang ditempuh Rasulullah, serta terus mendekatkan diri pada Allah sembari melayakkan diri menjadi hamba Allah yang layak mendapat pertolongan Allah Swt.


Jejak Sejarah Islam Menjamin Keamanan 

Mary McAleese Presiden ke-8 Irlandia yang menjabat dari tahun 1997 sampai 2011 . Selain Presiden, Ia juga anggota Delegasi Gereja Katolik Episkopal untuk Forum Irlandia Baru pada 1984 dan anggota delegasi Gereja Katolik ke North Commission on Contentious Parades pada 1996. Meski dia beragama kristen Katolik, namun tak disangka, ia memuji kedermawanan negara Islam (negara Khilafah). Dalam pernyataan persnya, ia memuji bantuan Khilafah Turki Utsmani ke negaranya, Irlandia, sekitar tahun 1847. Bantuan itu dikirimkan ke Irlandia saat terkena musibah kelaparan hebat (The Great Famine), yang membuat 1 juta penduduknya meninggal dunia. Terkait bantuan itu, Mary McAleese berkata: “Sultan Ottoman (Khilafah Utsmani) mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Drogheda. Bangsa Irlandia tidak pernah melupakan inisiatif kemurahan hati ini,"

Oleh karena itu, untuk mengenang jasa Khilafah, Irlandia menggunakan logo Khilafah Turki Utsmani (Bulan Sabit) di Club Sepak Bolanya. "Selain itu, kita melihat simbol-simbol Turki pada seragam tim sepak bola kita," katanya.

Will Durant seorang penulis, filsuf, dan sejarawan berkebangsaan Amerika Serikat mengatakan, “Para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapa pun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah, dan seni mengalami kejayaan luar biasa; yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.” (Will Durant – The Story of Civilization).


Khatimah 

Jejak sejarah sudah membuktikan bahwa hanya dengan menerapkan syariat dalam bingkai Khilafah kesejahteraan, keadilan, dan keamanan terwujud bukan untuk muslim saja tapi semua umat manusia. Tak ada pilihan lain selain umat bersatu menjemput janji Allah dan bisyarah (kabar gembira) Rasulullah saw. yaitu tegaknya Khilafah di muka bumi. Wahai umat Islam, sudah saatnya bangkit songsong fajar Khilafah kemenangan umat Islam dari penghambaan terhadap manusia yang membuat kerusakan di segala aspek kehidupan menuju penghambaan kepada Allah yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Allahua'lam Bishawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar