Krisis Gaza dan Momentum Kebangkitan Umat


Oleh : Diana Kamila (Mahasiswa STEI Hamfara)

Gaza telah menjadi simbol penderitaan umat Islam hari ini. Lebih dari 60.000 warga Palestina terbunuh sejak Oktober 2023, dengan 148.722 orang lainnya mengalami luka-luka. Sebagian besar korban disebut merupakan perempuan dan anak-anak (Sumber: Metrotvnews.com, 3 Agustus 2025). Serangan ini bukan hanya berupa pengeboman, tetapi juga bentuk pelaparan sistemik yang disengaja untuk memusnahkan penduduk Gaza secara perlahan (Sindonews.com, 24 Juli 2025).

Yang lebih menyakitkan adalah sikap negara-negara Arab dan Muslim yang justru menekan Hamas agar menyerahkan kekuasaan Gaza kepada Otoritas Palestina (CNBC Indonesia, 31 Juli 2025). Bahkan, Mesir menekan Imam Besar Al-Azhar agar mencabut pernyataan yang menyalahkan Israel sebagai biang kelaparan Gaza (Sindonews.com, 24 Juli 2025). Ini menunjukkan bagaimana para pemimpin Muslim lebih takut kepada tekanan Barat dibanding menunjukkan solidaritas kepada saudara seiman.

Padahal Islam menegaskan bahwa kaum Muslim itu bersaudara, sebagaima dalam QS. Al-Hujurat: 10 yang berbunyi;
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْن 
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.”

dan Rasulullah Saw. bersabda, “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, menyayangi, dan menyantuni seperti satu tubuh…” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, diamnya penguasa Muslim terhadap genosida Gaza adalah bentuk pengkhianatan terhadap umat Islam dan amanah besar pemimpin Islam.

Solusi terhadap krisis Gaza bukanlah sekadar bantuan kemanusiaan atau diplomasi semu. Sejarah mencatat bahwa kemuliaan dan perlindungan umat hanya terwujud ketika syariat Islam diterapkan secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Rasulullah Saw. dan para khalifah setelahnya menunjukkan bahwa kepemimpinan Islam memiliki komitmen kuat untuk membela umat, sebagaimana Khalifah Al-Mu’tasim yang mengirim pasukan hanya karena satu Muslimah dilecehkan, dan Sultan Abdul Hamid II yang menolak tawaran emas dari Zionis.

Kini, saat dunia membisu dan umat terluka, inilah momentum kebangkitan. Umat harus kembali kepada Islam secara total, menyadari bahwa hanya dengan penerapan syariat secara menyeluruh dan tegaknya kepemimpinan Islam (Khilafah), pembebasan Palestina akan benar-benar terwujud. Perjuangan ini harus dipandu oleh jamaah dakwah ideologis yang konsisten menapaki jalan dakwah Rasulullah Saw. Inilah satu-satunya jalan yang Allah janjikan akan membawa kemenangan dan kemuliaan.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar