PELAPARAN YANG DISENGAJA, SENJATA BARU GENOSIDA MUSLIM GAZA


Oleh : Silfiyani Rosida, S.IP (Pengamat Kebijakan Politik)

Sejak serangan 7 Oktober 2023, situasi Gaza semakin mencekam. Namun semakin kesini situasi tersebut semakin parah, penderitaan mereka akibat serangan Zionis Yahudi tidak berhenti, bahkan Ancaman genosida bukan hanya mereka dapatkan dari serbuan bom udara yang datang tanpa jeda. Zionis laknatullah juga menggunakan senjata primitif dan sangat kejam, yakni membiarkan kaum muslim Gaza satu demi satu mati perlahan karena menahan lapar! 

pelaparan warga Gaza nampak menjadi senjata baru genosida. Sejak 2 Maret 2025, Gaza diblokade total. Pintu Rafah dan Kerem Shalom ditutup tanpa celah. Truk-truk bantuan dari dunia internasional pun tertahan di perbatasan. Sebagian bantuan lainnya tertumpuk di gudang-gudang WFP (Program Pangan Dunia) di perbatasan Mesir dan Yordania. 

Tidak jauh dari tumpukan bantuan itu, sekira 2 juta lebih warga Gaza yang tersisa justru harus bertahan dengan apa yang ada di sekitar mereka. Persediaan makanan, air bersih, bahan bakar, alat medis dan obat-obatan benar-benar terbatas dan kondisinya terus menipis, bahkan sampai pada kondisi krisis. 


Pelaparan yang Disengaja!

Pelaparan yang terjadi diGaza adalah bentuk kesengajaa yang dilakukan oleh Zionis Yahudi, ini terlihat dari apa yang mereka lakukan. Mereka melakukan blokade dengan alasan karena khawatir jika bantuan kemanusiaan akan dimanfaatkan oleh Hamas. Lalu Zionis bersama Amerika Serikat mengusulkan sistem distribusi bantuan baru melalui sebuah lembaga bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Namun niat jahat mereka tidak mampu ditutup-tutupi. Rencana tersebut hanyalah upaya mereka agar bisa mengontrol distribusi bantuan dalam kerangka tujuan politik dan militer yang lebih besar. Mereka tetapkan empat titik penyaluran bantuan yang memaksa penduduk Gaza berpindah dari utara ke selatan di perbatasan Mesir. Dengan alasan mengejar seorang pejuang Hamas misalnya, militer zionis menarget warga Gaza yang mencoba mengakses bantuan. Pada Kamis (10/7/2025), ada 66 warga yang tewas, 8 di antaranya anak-anak. Mereka datang ke sebuah klinik di Deir el-Balah untuk mengantre suplemen gizi dan bantuan lainnya. Namun tiba-tiba sebuah drone datang dan menembaki mereka hingga banyak yang meregang nyawa bahkan tewas seketika. 

Rencana ini sejalan dengan keinginan mereka mempercepat pengosongan Gaza dan mengusir warganya keluar dari sana. Bahkan yang mengerikan, strategi ini ternyata dibuat dalam rangka mempercepat genosida.


Dimana Penguasa Dunia dan Muslim?

Tidak ada upaya yang disengaja untuk membuat Gaza kelaparan dan tidak ada kelaparan di Gaza. Kami telah membuka akses bantuan kemanusiaan selama perang berlangsung. Kalau tidak, tidak akan ada lagi warga Gaza. ‘’Kata Netanyahu dalam konferensi pers di Yerussalem yang disiarkan oleh Daystar TV (27-7-2025) dan dilaporkan oleh Kantor Berita AP. Ia membanta bahwa pelaparan adalah bagian dari upaya genosida. Pihak Zionis justru menuding Hamas telah merampok bantuan untuk diberikan kepada para anggotanya atau dijual untuk mengumpulkan dana. Mereka juga menuding, bahwa Hamas telah menggelembungkan data kematian demi menarik simpati dunia internasional. 

Namun fakta menunjukkan, bahwa kelaparan akut memang sedang mewabah di wilayah Gaza terutama sejak blokade total diberlakukan. Kenekatan warga Gaza mendatangi pusat-pusat bantuan meski dengan resiko kematian hanyalah sebagian kecil dari dampak strategi pelaparan yang dilakukan Zionis atas restu Amerika. 

WHO sendiri memperingatkan, tingkat malnutrisi di jalur Gaza sudah sampai pada tingkat yang membahayakan. Tanggal 29 Juli 2025, Kantor Berita Anadolu Ajansi merilis data, ada 88 anak dari 147 orang yang tewas di Gaza karena kelaparan. Krisis kelaparan di Gaza ini benar-benar telah berkembang menjadi bencana kemanusiaan. 1,1 juta anak Gaza terancam punah. Ini semua tentu menjadi ancaman serius terhadap generasi yang akan datang. 
Mirisnya, tidak ada satupun lembaga internasional, penguasa dunia, terutama penguasa Muslim yang berani melakukan pembelaan. PBB hanya bisa berkoar-koar menyebut bahwa entitas Zionis itu telah melakukan kejahatan perang. Surat penangkapan Benyamin Netanyahu yang dikeluarkan Mahkamah Internasional pun hanya sekadar basa-basi politik atasnama hukum internasional. 

Mayoritas penguasa di dunia nampak memilih bungkam lantaran menghitung kepentingan politiknya. Bahkan mayoritas mereka berdiri di sisi zionis dan Amerika, baik secara tertutup maupun terang-terangan. Ada memang yang berani keras berbicara dan menentang upaya genosida Zionis atas warga Gaza semisal negara-negara Amerika Selatan dan Afrika. Namun apa daya, suara mereka nyatanya sama sekali tidak ada pengaruh signifikan. 

Lantas di mana para penguasa seagama? Mereka semua memilih sikap diam, seakan tuli buta dan sibuk memainkan drama agar tidak tercoreng muka. Mereka berkoar-koar membela Palestina dan Gaza, tapi tangan dan kaki mereka terikat perjanjian rahasia dengan Zionis dan Amerika. 


Solusi Masalah Gaza

Penting dipahami bahwa apa yang terjadi di Gaza-Palestina bukan sekadar tragedi kemanusiaan biasa. Akar persoalannya adalah pencaplokan wilayah umat Islam yang ditempati Muslim Palestina oleh entitas Zionis dengan dukungan negara-negara adidaya, khususnya Inggris dan Amerika. Mereka sengaja membuat sebuah negara buatan yang akan menjadi duri di jantung umat Islam sehingga terjadi konflik abadi dan kekuatan mereka bisa terus dilemahkan. 

Saat umat Islam hidup di bawah payung khilafah, musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nasrani tidak berani berbuat macam-macam. Saat Theodore Herzl pemimpin Zionis datang pada khalifah Abdul-Hamid II dan berusaha membujuk agar bisa membeli tanah di Palestina dengan bayaran mahal dan kompensasi pembayaran hutang negara, dll., sang khalifah marah dan membongkar niat terselubung Herzl soal rencana pendirian negara Israel-Raya. 

Ambisi Herzl yang berkelindan dengan ambisi Inggris dan sekutunya, justru baru bisa terwujud saat umat Islam sudah kehilangan khilafah sang penjaga. Bahkan bukan hanya pendirian negara zionis saja, umat Islam yang tadinya bersatu di bawah naungan khilafah berhasil dikerat-kerat hingga menjadi lebih dari 50 negara dengan sekulerisme sebagai asas dan aturan undang-undangnya.  

Sejak saat itulah, umat Islam seakan buih di lautan sekaligus hidangan yang diperebutkan banyak orang. Mereka tidak punya kekuatan, sebagaimana terlihat dalam soal Gaza dan Palestina. Jumlah 2,04 milyar umat Islam, dengan segala sumberdaya yang ada di negeri-negeri mereka, nyatanya tidak mampu menghapus kezaliman yang ditimbulkan oleh 10 juta makhluk hina yang moyangnya dikutuk menjadi kera hanya karena takut pada Amerika yang dianggap digdaya. Umat Islam tidak berdaya menghapus air mata Gaza dan melihat kekejaman demi kekejaman menimpa mereka. 

Oleh karena itu, menolong Gaza Palestina harus dengan meniti langkah yang terukur dan terencana. Targetnya adalah mewujudkan kembali institusi politik Islam yang benar-benar berfungsi sebagai perisai penjaga. Yakni negara adidaya yang siap memobilisasi seluruh kekuatan umat dan mengomando jihad fi sabilillah demi mengusir penjajah. Itulah negara khilafah yang sepanjang 14 abad telah berhasil menyatukan umat Islam atas dasar akidah, menyejahterakan mereka dan menjadikan negaranya benar-benar digdaya melalui penerapan seluruh hukum syara. 

Karena itu urusan Gaza-Palestina bagi umat Islam bukanlah sekadar urusan kemanusiaan. Sejatinya, ini adalah urusan hukum syarak dan urusan iman karena di dalamnya berkelindan perkara perintah dan larangan, termasuk menyangkut pembelaan terhadap sesama umat Islam sebagai barometer iman.

Rasulullah ï·º bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim). Allah Taala berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lainnya.” (QS At-Taubah: 71).

Wallahuallam bissawab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar