Oleh: Eliyanti
Kondisi sistem yang diterapkan di negeri ini semakin memperlihatkan kelemahan dan kerusakannya. Kebijakan-kebijakan yang lahir dari sistem yang rusak akan menciptakan kerugian besar bagi bangsa, terutama generasi mudanya. Kasus terbaru di Buleleng, Bali, di mana ratusan siswa SMP tidak bisa membaca dan 182 siswa terancam putus sekolah akibat pernikahan dini dan broken home, adalah potret nyata dari kegagalan sistem tersebut. Ini menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan dan perlindungan anak yang ada tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan justru mengantarkan generasi bangsa menuju kehancuran.
Penerapan sistem sekuler yang menyingkirkan nilai-nilai agama, khususnya Islam, terbukti tidak mampu menyelesaikan permasalahan mendasar dalam kehidupan masyarakat. Sistem ini menitikberatkan pada aspek materi semata tanpa memberikan perhatian serius terhadap pembentukan karakter dan akhlak generasi muda. Akibatnya, problem seperti rendahnya kualitas pendidikan, runtuhnya institusi keluarga, serta merajalelanya pergaulan bebas menjadi masalah kronis yang tak kunjung selesai. Semua ini berakar dari sistem yang tidak berlandaskan pada hukum Allah, tetapi lebih mengikuti hawa nafsu manusia yang terbatas dan penuh kepentingan.
Berbeda halnya jika sistem Islam diterapkan secara kaffah (menyeluruh), sebagaimana syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Syariat Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan dan perlindungan anak, dengan tujuan membangun generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Dalam sistem pendidikan Islam, membaca dan mencari ilmu menjadi kewajiban, dan keluarga diposisikan sebagai pilar utama pembinaan generasi. Negara bertanggung jawab penuh menyediakan pendidikan berkualitas dan menjaga kesejahteraan rakyatnya tanpa diskriminasi, sehingga tidak ada anak yang terabaikan atau terjerumus ke dalam kehancuran.
Betapa jauhnya negeri ini dari nilai-nilai Islam ketika pendidikan tidak lagi diarahkan untuk membentuk manusia bertakwa, melainkan hanya sekadar memenuhi tuntutan dunia, maka kehancuran generasi adalah keniscayaan. Negara gagal menjadi pelindung dan pengayom rakyatnya, justru menjadi mesin yang menghancurkan masa depan anak-anak bangsa. Inilah harga mahal dari memilih sistem yang bukan berasal dari wahyu Ilahi.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar