Oleh : Lisa Agustin (Aktivis Muslimah)
Sejak 18 Maret 2025, militer Israel menembakkan rudal dan roket ke Jalur Gaza dan Tepi Barat di Palestina, kondisi Umat Islam disana dari hari ke hari kian mencekam. Sampai-sampai media saat ini menyebut tanah Gaza sebagai “tanah keputusasaan” (land of desperation). Hal ini semakin mendorong gerakan masif aksi bela Palestina dan konferensi-konferensi soal Gaza di berbagai tempat dengan tuntutan pengiriman tentara (jihad) dan Khilafah.
Koalisi Global Bela Al-Quds dan Palestina resmi membuka Konferensi Al-Ruwad ke-14 di Istanbul, Turki, pada Sabtu, (27/4/2025). Konferensi Dunia untuk Palestina yang mengangkat tema "Kemenangan untuk Gaza adalah Tanggung Jawab Umat” itu dihadiri oleh tokoh-tokoh dan pemimpin nasional, pemimpin media, budayawan, aktivis sosial, serikat pekerja, akademisi, pemuda, dan berbagai lembaga dari sekitar 60 negara di seluruh dunia.
Forum tersebut menjadi ajang strategis untuk merumuskan inisiatif, mengembangkan mekanisme dukungan, serta merancang program baru yang melibatkan seluruh elemen umat — baik individu maupun lembaga — dalam upaya memperkuat perjuangan Palestina.
Fakultas Kebijakan Publik di Universitas Hamad Bin Khalifa (HBKU), bekerja sama dengan Universitas Islam Gaza, Universitas Fort Hare, Universitas Johannesburg, dan Universitas Glasgow, juga menyelenggarakan konferensi untuk membahas rekonstruksi pendidikan tinggi di Gaza. Konferensi ini akan membahas kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dalam membangun kembali sektor pendidikan tinggi di Gaza, mengeksplorasi tantangan, prioritas, dan strategi pemulihan.
Ketakutan Barat
Di saat dunia memfokuskan perhatian kepada kondisi Umat Islam di Palestina, opini jihad dan khilafah sebagai solusi semakin menguat. Hal ini tentu memicu kepanikan dan ketakutan Israel-Barat. Sehingga Barat menyadari krisis Gaza justru membuka pintu yg lebih lebar bagi arus kesadaran umat akan kewajiban dan urgensi Khilafah. Dan ini menjadikan semua upaya yang sudah dilakukan untuk menghadang Khilafah menjadi sia-sia. Artinya krisis gaza telah menjadi lonceng kematian bagi peradaban Barat sekaligus menandai terbitnya fajar Khilafah.
Bahkan pemerintah Inggris saat ini tengah melakukan konsultasi dengan Prancis dan Arab Saudi mengenai opsi pengakuan terhadap negara Palestina pada bulan Juni, sebagaimana dilaporkan oleh The Guardian dengan mengacu pada pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy. Pada akhir April, Kantor Luar Negeri Inggris mengumumkan bahwa negaranya akan mengalokasikan 101 juta pound sterling (sekitar Rp2,2 triliun) untuk bantuan kemanusiaan dan dukungan bagi Palestina. (VIVA.co.id, 1 Mei 2025)
Hal ini bertujuan agar opini Khilafah sebagai solusi Palestina bisa diredam. Solusi untuk mengakui kemerdekaan Palestina pun digulirkan bahkan Inggris memberikan bantuan untuk menguatkan dukungannya.
Semua realitas ini semestinya menyadarkan kita bahwa dakwah Khilafah yang selama ini dipandang sebelah mata, pelan tapi pasti, telah terbukti telah menuai hasilnya. Dakwah yang sering disebut omdo ‘omong doang’ kini terbukti benar-benar telah diterima umat dan suaranya menggema hingga menggentarkan hati dan jantung para musuhnya.
Khilafah Pasti Berdiri Kembali
Meski tegaknya khilafah merupakan keniscayaan sejarah, tapi wajib bagi para aktivis dakwah untuk lebih masif menggencarkan dakwah penegakkan Khilafah di semua kalangan hingga terwujud opini umum yang tegak di atas kesadaran umum tentangnya. Para aktivis dakwah juga harus terus bersemangat dan yakin bahwa jalan sulit yang ditempuh selama ini pasti akan menemui ujungnya. Yakni terwujudnya janji Allah dan bisyarah Rasulullah tentang kembalinya Khilafah Rasyidah ‘ala minhajin nubuwwah.
Khilafah ini yang harus terus disuarakan sebagai solusi tuntas atas semua persoalan, termasuk krisis Gaza yang hingga saat ini belum berkesudahan. Tentu dimulai dari asasnya, yakni dengan mengukuhkan akidah yang ada pada diri umat hingga melahirkan ketaatan pada syariat Islam secara kafah yang tidak mungkin tegak tanpa institusi Khilafah.
Dakwah yang dilakukan wajib mengikuti metode dakwah Rasulullah saw. Target utamanya adalah melalui thariqah ummat, yaitu dakwah penyadaran berbasis akidah hingga terbentuk dukungan kuat dari umat yg akan mendorong perubahan mendasar berupa dibaiatnya seorang khalifah bagi seluruh umat Islam.
Oleh karenanya, menjadi kewajiban kita untuk terus menerus menyuarakan tentang kewajiban dan urgensi Khilafah. Karena hanya Khilafah yang mampu memobilisasi kekuatan, termasuk tentara, untuk mengusir penjajah hingga ke akarnya. Caranya adalah dengan menggencarkan dakwah di tengah umat, hingga muncul dukungan masif yang mampu mendorong perubahan sistem.
Dakwah ini tentu hanya mungkin dilakukan oleh sebuah kelompok ideologis yang memiliki visi dan misi yang jelas, serta konsisten menapaki jalan dakwah Rasulullah saw., yakni dakwah pemikiran, tanpa kekerasan. Insyaallah, semburat fajar Khilafah sudah menjelang di hadapan sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman, sekaligus menjadi lonceng kematian bagi orang-orang kafir yang selalu memudaratkan umat Islam. Wallahu a'lam
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar