Oleh : Thoyibah (Muslimah Pejuang Peradaban)
Diduga ada masalah ditempat kerja seorang Ibu muda RN (28) nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri pada senin (14/04/2025) sore. Dilansir dari gunungkidul.sorot.co, Kapolsek Tepus, AKP Solechan menyampaikan, warga Bintaos, kelurahan Sidoharjo, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul itu mulai tidak terlihat sejak siang hari. Kala itu suami RN sedang bekerja, kemudian setelah pulang, suami mencari keberadaan istri. Namun demikian saat itu pintu kamar dalam keadaan terkunci dari dalam. Suami yang penasaran segera melihat kondisi kamar dari jendela. Betapa kagetnya saat itu justru melihat istrinya dalam keadaan meninggal dunia dengan cara gantung diri. Kasus bunuh diri sering terjadi bahkan terus meningkat di lima tahun terakhir. Salah satu penyebabnya adalah depresi yang dipengaruhi oleh kondisi tekanan ekonomi dan kesenjangan sosial di mastarakat.
Mengutip dari Suara.com berdasar Data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Bareskrim Polri, peningkatan jumlah bunuh diri terjadi sepanjang tahun 2020 hingga 2024. Pada 2020 Pusiknas mencatat kasus bunuh diri yang ditangani Polri mencapai 640 kejadian. Lalu meningkat secata berturut sejak 2021-2023 dari 629 kasus,887 kasus, hingga mencapai 1.288 kasus. Sedangkan di tahin 2024 Polri mencatat angka kasus bunuh diri terjadi sebanyak 1.105 kasus.
Di awal tahun 2025 Pusiknas mencatat setidaknya telah terjadi 219 kasus bunuh diri. Salah satunya terjadi di Lubuklinggau, Sumatera Selatan pada 29 januari 2025. Di mana seorang ibu muda berinisial DM (23) ditemukan tewas gantung diri diduga akibat tekanan ekonomi.
Selanjutnya kejadian serupa terjadi di Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Pada 1 Februari 2025 Seorang ibu muda berinisial NS (26) tewas diduga gantung diri karena depresi.
Studi Pusat Pengendalian dan pencegahan Penyakit (CDC) menunjukkan, angka bunuh diri usia 25-64 tahun mengalami peningkatan selama kemerosotan ekonomi (sternheimer,2011). Seperti yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1928-1932 ketika tingkat pengangguran mencapai 24 persen.
Tren bunuh diri di masyarakat jelas tidak bisa disebut Problem Individu. Tren bunuh diri menggambarkan betapa buruknya mentalitas masyarakat, Seorang Cendekiawan muslim Ustadz Ismail Yusanto pernah mengatakan bahwa mentalitas adalah ketahanan didalam penderitaan, ketahanan di dalam menjalani kesulitan saat berusaha, ketahanan untuk menghadapi tantangan mentalitas itu lanjutnya merupakan faktor Internal yang mempengaruhi seseorang dalam hidup. Mentalitas yang lemah dari cara pandang yang salah dari kehidupan atau aqidah. Dan hari ini pandangan hidup yang dijadikan pedoman adalah aqidah Sekulerisme yaitu cara pandang yang memisahkan peran agama dari kehidupan karena itu wajar terjadi krisis keimanan sehingga mentalitas masyarakat sakit dan rendah. Semua itu diperparah dengan karena Sekukerisme melahirkan paham Kapitalisme dan merupakan Ideologi Materealistik untuk mengatur kehidupan.
Masyarakat yang sakit ini mau tidak mau harus menghadapi standart kemuliaan hidup yang dinilai dari materi mereka juga harus menghadapi Negara yang abai akan Kebutuhan Rakyatnya, lapangan pekerjaan susah, inflasi, kebutuhan pokok semakin mahal, phk dan masih banyak lagi. Akhirnya masyarakat semakin sakit dan menjadikan bunuh diri sebagai solusi. Penderitaan akibat sekulerisme-Kapitalisme ini harus diakhiri yakni dengan senantiasa mendakwahkan Islam sebagai Aqidah siyasiyab ditengah-tengah masyarakat. Perlu difahami Islam bukan hanya agama ritual yang hanya cukup dijalankan melalui ibadah personal seperti sholat, puasa, zakat atau haji.
Syaikh Taqiyyudin an Nabhani dalam kitab Nidzamul Islam menjelaskan bahwa islam adalah mabda' (ideologi) yang lahir dari Aqidah Islam, aqidah Islam menyatakan bahwa satu-satunya Al khaliq (Pencipta) dan Al Mudabbir (Pengatur) hanyalah Allah Subhanahu wataala. Aqidah ini harus dipahami dengan kerangka berfikir yang benar hingga manusia bisa memahami bahwa dia harus taat kepada Allah menjalankan semua Syariat-nya diantara bentuk ketaatan itu ialah seseorang bisa bersabar, ikhlas, istiqomah, qona'ah menerima apapun yang dia terima karena dia sadar bagian dari hidup pasti ada ujian. Liyabluwakun ahsanu amalan (Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya) dengan berfikir seperti ini akhirnya dia akan mempunyai mentalitas yang kuat. Bukti dan contoh terbaik adalah Sahabat Rosulullah Sallallahu alaihi wassalam dalam menjalankan kehidupannya, Sahabat Bilal bin rabbah begitu kuat menahan siksaan dari majikannya Umayyah bin Khalaf ketika mempertahankan keimanannya. Begitu juga dengan Sahabat Abdurrahman bin Auf, kekayaan yang dia miliki tidak menggelapkan hatinya untuk menerima cahaya Islam padahal keputusan beliau masuk islam juga bukan keputusan yang mudah. Inilah contoh nyata Inilah sosok-sosok manusia bermental tangguh karena memahami Aqidah Islam dengan benar.
Dalam Islam untuk menanamkan aqidah yang benar dibutuhkan peran Negara karena negara yang memiliki kekuatan untuk mengatur rakyatnya. Daulah khilafah, sebagai negara Islam akan menerapkan sistem pendidikan Islam untuk mencetak generasi yang berkepribadian islam. Sistem Pendidikan islam juga berlaku bagi warga khilafah yang non muslim (kafir dzimmi), tujuannya agar meraka memahami cara berfikir yang benar atas hakekat kehidupan selanjutnya negara menjamin kesejahteraan warga negara dari segi ekonomi, jaminan ini wajib dilakukan negara karena perintah syariat.
Masyarakat dipermudah untuk mendapatkan pekerjaan sehingga mereka mudah memenuhi kebutuhan pokok, begitu pula kebutuhan pendidikan, kesehatan dan keamanan akan disediakan gratis oleh negara. Dengan demikian masyarakat akan terhindar dari kemiskinan struktural, kemudian negara juga menjaga aqidah warga negaranya dari media-media yang menyebarkan ide selain islam, seperti Sekulerisme beserta turunannya akan dihilangkan. Media berfungsi sebagai sarana edukator untuk meningkatkan taraf berfikir masyarakat. Jadi tidak akan ditemukan konten-konten uang menjadi sarana inspirasi masyarakat untuk berbuat keji seperti bunuh diri. Kondisi seperti ini serta merta akan menutup maraknya tren bunuh diri. Wallahu alam bissawab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar