Relevansi dan Urgensi Penegakan Khilafah Untuk Membebaskan Palestina


Oleh : Eulis Nurhayati 

Penderitaan kaum muslim di Gaza tak juga berakhir. Sementara penjajah Zionis justru makin brutal, berbuat di luar batas kemanusiaan. Kecaman dunia tak dihiraukan. Kejahatan zionis Israel menggempur habis-habisan warga dan objek sipil di Gaza pun terus berulang. Seperti yang diberitakan baru-baru ini, Jurnalis foto yang pernah viral karena menulis pesan menyentuh sebagai bentuk dukungan untuk Gaza, Fatima Hassouna, tewas dalam serangan brutal Israel pada pekan ini.

Kementerian Kesehatan di Gaza pada Jumat (18/4) menyatakan Fatima tewas bersama tujuh anggota keluarganya di kediaman mereka di Jalan Al Nafaq, Kota Gaza. Kementerian juga menyatakan kedua orang tua Fatima selamat tetapi mengalami luka serius dan dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Sepupu Fatima, Hamza Hassouna, menyebut serangan itu terjadi pada Jumat. "Saya sedang duduk saat tiba-tiba dua roket jatuh. Satu di sebelah saya, dan satu di ruang tamu," kata Hamza. Rumah yang mereka tinggali, lanjut dia, hancur dan menimpa anggota keluarga yang berada di dalam. (CNN Indonesia online, 19/04/25).

Tidak cukup sampai disitu ternyata kejahatan serangan zionis Israel terus berlanjut, dikutip dari media Al-Jazeera online pada Senin 21 April 2025, Militer Israel telah menewaskan sedikitnya 29 warga Palestina di seluruh Gaza sejak fajar pada hari Senin, dengan banyak korban jiwa dalam serangan terhadap kamp-kamp tenda untuk orang-orang terlantar. Dan jika kita lihat imbas dari serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, lebih dari 60 ribu warga di Palestina meninggal, ratusan ribu rumah hancur, dan jutaan orang terpaksa menjadi pengungsi. 

Di sisi lain, para penguasa muslim tetap hanya mencukupkan diri dengan kecaman tanpa aksi nyata. Bahkan meski Umat Islam hari ini sudah mulai menyerukan jihad sebagai solusi. Dari penyeruan jihad ini, dipastikan sudah mulai tumbuh kesadaran sebagian umat Islam yang paham bahwa peristiwa Gaza hari ini bukanlah hanya sekedar konflik, tapi sudah menjadi sebuah genosida terhadap kaum muslimin oleh zionis Israel. Dan ini memang memerlukan sebuah aksi nyata (jihad) untuk penyelesaiannya.

Dalam hal ini pun Allah telah memerintahkan umat islam memberi pertolongan pada saudaranya sesama muslim. Allah juga menyatakan umat muslim adalah bersaudara. Dalam surah Al-Hujurat ayat 10, Allah SWT berfirman, artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

Ini menggarisbawahi pentingnya tolong-menolong kepada sesama mukmin, sebab orang-orang mukmin adalah bersaudara. Bila ada saudara mukmin yang kesulitan, maka bantulah dan ringankanlah bebannya. Mudah-mudahan dengannya akan mengundang ridha dan rahmat dariNya. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh. Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ï·º bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR Muslim). Oleh karena itu wajib menolong saudaranya. 

Namun saat ini umat pun belum bisa berkontribusi lebih untuk penyelesaian penjajahan ini. Karena tidak bisa dipungkiri selama umat masih terikat pada nasionalisme warisan penjajah, mereka tidak akan pernah benar-benar bersatu, dan jihad pun tidak akan digerakkan. Maka, umat Islam harus mencampakkan nasionalisme. Karena itulah, nasionalisme sejatinya adalah senjata pemikiran yang ampuh dan beracun serta mematikan dari kafir penjajah Barat dan Timur dalam menikam dada dan tubuh umat Islam, untuk memecah-belah dan menghancurkan persatuan dan persaudaraan umat Islam tersebut menjadi berkeping-keping. Sekaligus senjata ampuh para penjajah kafir Barat dan Timur tersebut dalam menjauhkan Islam dari benak umat Islam, sehingga umat Islam hanya tersibukkan dan hanya peduli dengan urusan pribadinya belaka. Ataupun tersibukkan oleh urusan bangsanya sendiri, hingga mereka pun tidak lagi peduli dengan nasib saudara-saudara sesama muslimnya yang sedang ditindas, dijajah dan dibunuh secara massal seperti di Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya. Untuk itu diperlukan kesadaran dan persatuan umat muslim untuk meruntuhkan dinding tebal sekat-sekat nasionalisme biang petaka Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya tersebut, dan bersegera mencampakkan sistem kufur (bukan aturan Islam).

Selebihnya umat harus menyadari bahwa penjajahan hanya bisa dihentikan dengan persatuan umat dalam satu kepemimpinan global, yaitu Khilafah (perisai).

Umat wajib menyeru semua muslim di seluruh dunia dengan seruan yang sama. Umat harus terus mengingatkan akan persatuan umat dan kewajiban menolong mereka. Umat harus bergerak menuntut penguasa muslim melaksanakan kewajiban menolong Palestina dengan melaksanakan jihad dan menegakkan khilafah. 

Gerak umat harus ada yang memimpin agar terarah. Pemimpin dakwah itu adalah jamaah dakwah ideologis yang menyerukan jihad dan tegaknya khilafah. Para pengemban dakwah harus terus bergerak dengan mengerahkan seluruh kemampuannya agar persatuan umat terwujud dan berjuang bersama menegakkan khilafah agar persoalan umat termasuk Palestina segera terselesaikan dan kehidupan Islam dapat dilangsungkan kembali. Karena itulah dalam Islam, khilafah adalah salah-satu benteng utama Islam sekaligus mahkota kewajiban (tajul furudh), sehingga kewajiban-kewajiban hukum syariah bisa dilaksanakan dengan sempurna, termasuk kewajiban menolong saudara seakidah-seperti Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya yang tengah ditindas dan dijajah serta dibunuh secara massal oleh para penjajah kafir Barat dan Timur.

Seperti pada masa daulah Islam yang pertama di Madinah, pada pertengahan bulan Syawal tahun 2 H Rasulullah ï·º mengerahkan pasukannya dan mengepung perkampungan Yahudi Qainuqa’ serta menghukum mati semua orang-orang yahudi Qainuqa’ yang telah terlibat melecehkan kehormatan seorang muslimah dan pembunuhan secara beramai-ramai terhadap seorang pemuda muslim yang membela kehormatan wanita muslimah tersebut.

Juga sebagaimana pula pada masa Khulafaur Rasyidin Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu bersama panglima militernya yaitu Khalid bin Walid dan Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhuma berhasil membebaskan Palestina dari penjajahan imperium Bizantium Romawi Timur pada tahun 637 M.

Sebagaimana halnya pula pada masa kekhilafahan Islam bani Abbasiyah, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi seorang wali Mesir dan Syam sekaligus panglima militer khilafah Islam berhasil membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajahan bangsa Eropa salibis. Kemenangan besar dalam pembebasan Palestina itu terjadi pada tanggal 27 Rajab 583 H/2 Oktober 1187 M, yaitu setelah 88 tahun di bawah penjajahan kekuasaan bangsa Eropa salibis.

Di sinilah relevansi dan urgensi menegakkan kembali Khilafah. Karena Khilafah adalah perkara hidup dan matinya umat Islam. Karena Khilafah adalah pelaksana syariah dan pemersatu umat Islam serta penjaga akidah Islam dan umat Islam serta Khilafah adalah benteng kokoh Islam sekaligus perisai Islam (junnatul Islam). Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda yang artinya “Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai; orang-orang akan berperang di belakang dia dan menjadikan dia sebagai pelindung (mereka)”.

Selebihnya umat Islam harus segera kembali bangkit dan bersegera bersatu pula dalam bingkai khilafah Islam dengan bergerak di bawah komando seorang khalifah dalam jihad fi sabilillah membebaskan Palestina dari kejahatan Zionis Yahudi Israel dan sekaligus juga membebaskan seluruh negeri-negeri Islam lainnya dari belenggu penjajahan kafir Barat dan Timur. Sebab, hanya jihad dan khilafah saja solusi real dalam menyelamatkan dan membebaskan Palestina dan seluruh negeri-negeri Islam lainnya dari belenggu kejahatan penjajahan global.

Wallahu’alam bish-shawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar