Abai Halal Haram, Curang Ujian Jadi Budaya


Oleh : Elly Waluyo (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)

Orientasi sistem kapitalisme yang menitikberatkan pada kesuksesan materi dimana patokan benar dan salah diserahkan pada masing-masing individu merupakan penyebab utama lahirnya generasi yang minim adab, akhlak, dan berpenyakit mental. Pengabaian atas halal dan haram segala perbuatan serta menjadikan kebebasan sebagai dasar dalam melakukan perbuatan dapat menjelaskan secara gamblang kefasadan dari sistem kapitalisme yang dijalankan oleh suatu negara. Sehingga cara apa pun yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan tak pernah membuahkan hasil selama didasari dengan sistem kufur.

Sebagai contoh, Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang diharapkan mampu memberikan hasil murni sesuai dengan kemampuan individu pada ujian kelulusan maupun ujian masuk perguruan tinggi justru dijadikan ajang berkompetisi para peserta untuk melakukan kecurangan dengan mengakali tes dengan menyontek dan bahkan mendapatkan bocoran soal. 

Temuan kecurangan terjadi pada UTBK untuk SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes) tahun 2025 yang dilaksanakan selama 2 hari, termasuk juga dalam Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) tahun 2025. Prof. Eduart Wolok selaku Ketua umum UTBK SNBT tim SNPMB menyatakan menemukan 9 kasus kecurangan terjadi pada hari pertama UTBK SNBT, dan 5 kasus kecurangan pada hari kedua. Jika dipersentasekan, kecurangan yang terjadi saat UTBK SNBT selama 4 hari tersebut terhitung kecil yakni sebanyak 0,0071 persen dari 196.328 peserta. Namun, pihaknya tidak mau menolerir kecurangan tersebut sehingga terus dilakukan penyelidikan, bahkan diyakini ada campur tangan dari luar peserta yang terlibat. 

Orientasi kesuksesan materi pada sistem kapitalisme dalam hal ini adalah hasil ujian, mnunjukkan bahwa sistem kufur ini telah gagal mencetak generasi beriman dan bertakwa yang setiap perilakunya terikat syariat. Landasan benar dan salah yang keputusannya diserahkan pada masing-masing individu dalam melakukan perbuatan menjadikan generasi muda saat ini makin jauh dari agama. Oleh karenanya beragam praktik kecurangan makin subur, baik kasus korupsi, penyalahgunaan wewenang, menyontek, dan lain-lain sangat sulit diberantas hingga ke akarnya. 

Meski ujian berbasis elektronik, tetapi justru mendorong peserta untuk mencari celah kecurangan. Kompleksitas penyebab suburnya praktik kecurangan tersebut salah satunya adalah sistem pendidikan yang berbasis sekuler. Alokasi pelajaran agama hanya 2 jam pelajaran atau 70 menit dalam satu minggu sehingga tak mampu mengakomodir kebutuhan rohani yang berimbas pada karakter dan perilaku. Meski dapat mengambil pendidikan agama tambahan pada jalur informal namun hal tersebut tidak bersifat wajib. Adanya tuntutan nilai akademik yang tinggi di sekolah maupun dari orang tua yang juga terlahir dari sistem pendidikan sekuler sehingga orientasinya pun pada kesuksesan nilai akademik turut andil dalam menyuburkan praktik kecurangan pada peserta ujian.

Berbeda halnya dengan sistem Islam yang menjadikan akidah sebagai landasan dalam sistem pendidikan. Selain alokasi pelajaran agama besar, syariat selalu dikaitkan dalam setiap mata pelajaran. Pembelajaran mengenai kecakapan hidup, kreatifitas, juga teknologi perkembangannya terkontrol oleh negara dan digunakan semata-mata untuk meninggikan kalimat Allah. Tujuan pendidikan agar terlahir generasi yang berkepribadian kuat, senantiasa terikat dengan syariat dalam perbuatannya, terampil, unggul, dan handal serta mampu menjadi agen-agen perubahan namun mengedepankan keridaan Allah sebagai tolak ukurnya.

Orang tua pun tak luput dari perhatian negara. Orientasinya diluruskan melalui riayah yang difasilitasi oleh negara sehingga tercipta masyarakat yang saling ta’awun dan senantiasa beramar ma’ruf nahi munkar, sinkron antar dimensi dalam kehidupan. Demikianlah sistem Islam mampu melahirkan generasi yang jujur dan unggul.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar