Ambisi Trump Menguasai Gaza dan Pengkhianatan Para Pemimpin Muslim


Oleh : Reshi Umi Hani

Pada pertemuan puncak yang sangat dinanti-nantikan di Kairo pada hari Selasa, negara-negara Arab mendukung rencana Mesir untuk membangun kembali rencana Gaza. Akan tetapi Trump menipu Mesir dan Yordania dalam pidato atau pernyataan sebelumnya bahwa mereka akan membangun kembali Gaza. Mesir membuat proposal membangun kembali Gaza dan ditolak oleh Trump. Omongan Trump yang beruba-ubah2 sejak awal telah menunjukkan bahwa dia konsisten pada satu hal yaitu mengambil alih Gaza dan memberikannya kepada Zionis Yahudi.

Di sisi lain, Pengkhianatan pemimpin negara-negara Arab dan pemimpin negeri muslim terdekat seperti Mesir dan Yordania telah dibuka dengan mata telanjang. Mereka telah berada di pihak Trump, karenanya dia sangat percaya diri dengan tiap ucapannya. Bahkan dalam tweetnya, Trump mengancam Mujahiddin dengan kedudukannya sebagai presiden USA.

Di tambah dengan kondisi para tentara zionis yang terus berulah melanggar gencatan senjata. Ditengah situasi pelanggaran seperti itu, Presiden AS Donald Trump, justru terus-menerus mengulang pernyataan dan obsesinya mengambil alih Gaza untuk merekonstruksi dan membangunnya menjadi “Riviera Timur Tengah”, setelah memukimkan (mengusir) warga Palestina ke negara-negara regional.
Saat Trump menyatakan komitmennya untuk “membeli dan memiliki” Gaza, ia juga menegaskan akan meningkatkan tekanan pada Yordania dan Mesir, termasuk dengan memberikan ancaman sanksi keuangan. Sedangkan, Mesir dan Yordania sangat bergantung pada dukungan ekonomi AS. Menurut data Departemen Luar Negeri AS, sejak 1978 AS telah memberi Mesir lebih dari US$50 miliar untuk bantuan militer dan US$30 miliar untuk ekonomi. Yordania telah menerima lebih dari US$1 miliar tiap tahunnya selama beberapa tahun terakhir.

Indonesia sendiri pada awal masa kepemimpinan presiden yang ke-8 ini, masih dihadapkan pada kondisi ekonomi yang kian terpuruk, angka pengangguran terus naik, sementara lapangan pekerjaan tidak kunjung bertambah.

Belum lagi paham nasionalisme yang terus menjangkiti negeri-negeri muslim. Meski banyak pemuda muslim yang ingin bergabung dengan pejuang H*mas untuk membela saudara-saudara di Palestina, nyatanya mereka dipaksa bungkam di hadapan sekat-sekat nasionalisme ini. Sedangkan penguasa yang seharusnya bisa mengerahkan tentara, justru diam seribu bahasa dan memilih mengamankan wilayahnya masing-masing. Dalam kondisi yang seperti itu, mustahil kita mengharapkan bantuan dan perlindungan bagi warga Gaza pada penguasa-penguasa ini.

Hingga saat ini, belum ada seorangpun dari penguasa muslim yang benar-benar sadar dan berani menentang AS secara riil, meski mereka telah menyaksikan sendiri berbagai kejahatan dan kelicikannya. Alih-alih melakukan perlawanan, mereka lebih fokus melindungi kepentingan pribadi dan kelompoknya masing-masing. Penyakit wahn membuat mereka cenderung mencari aman dan lebih memilih menjadi budak, alat intervensi, serta kaki tangan AS untuk menindas negeri dan rakyatnya sendiri.

Islam telah mengharamkan penindasan, perampasan, pembunuhan, dan segala bentuk kezaliman. Allah Taala telah menjelaskan di dalam QS Al-Maidah ayat 32, “Siapapun yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.”

Bagi Zion*s dan para pendukungnya yang telah menumpahkan darah rakyat Palestina, membunuh bayi-bayi dan wanita, serta merusak dan menghancurkan tanah Al-Quds yang mulia, Khilafah akan menyerukan jihad semesta dan mengusir mereka dari tiap jengkal negeri muslim.

Wallahualam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar