Turunnya Daya Beli dan Lonjakan Paylater, Tanda Rusaknya Sistem Ekonomi Kapitalisme


Oleh : Dwi March Trisnawaty (Mahasiswi Magister Universitas Airlangga)

Diliput dari berita metrotvnews.com (10/04/2025), Pasar Tanah Abang terkenal menjadi pusat perbelanjaan sebagai tempat tengkulak bagi para pedagang eceran, baik di daerah Jakarta maupun di luar kota Jakarta. Namun lebaran tahun 2025 ini justru harus menelan kekecewaan yang mendalam. Para pedagang di Pasar Tanah Abang mengalami penurunan omset secara drastis dibandingkan dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya. Penurunan omset hingga mencapai 30-35 persen jauh lebih berkurang dari tahun 2024. Para pedagang luar daerah kompak memilih untuk belanja online daripada harus datang ke Tanah Abang, karena dirasa harga jauh lebih murah dan praktis.

Begitu pula tren mudik lebaran tahun 2025 ikut mengalami penurunan. Menteri Perhubungan (Menhub) menyatakan bahwa penurunan mencapai 4,69% dibandingkan tahun 2024 mampu mencapai 162,2 juta orang, sedangkan tahun ini tercatat sebanyak 154,6 juta jiwa. Tren penurunan juga ikut terdampak yaitu pada sisi akomodasi seperti hotel dan restoran, diakibatkan semakin turunnya daya beli masyarakat yang sudah menurun sebelum Ramadhan. Fenomena ini sangat disayangkan karena biasanya masyarakat berupaya sebisa mungkin untuk dapat mudik ke kampung halaman (pikiranrakyat.com, 13/04/2025).

Turunnya daya beli masyarakat secara signifikan tersebar di berbagai wilayah Indonesia termasuk DKI jakarta. Banyak faktor yang menyebabkan menurunnya daya beli menjelang lebaran hingga pasca lebaran. Di antaranya yaitu marak PHK di berbagai sektor industri padat karya, harga-harga kebutuhan pokok terus-menerus mengalami kenaikan, dan beban utang mengalami lonjakan melalui pinjol dan aplikasi paylater. Pengaruh resesi ekonomi global juga ikut menjadi penyebab lesunya daya beli masyarakat.

Himpitan ekonomi terjadi di segala sisi membuat masyarakat harus berupaya keras dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga tak sedikit berbelanja memanfaatkan paylater (pembayaran nanti). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa Paylater di sektor perbankan menyentuh Rp22,57 triliun per Januari 2025, yakni sebesar 36,60%. Saat ini belanja online semakin digemari karena mudah dan praktis menggunakan fitur pembayaran paylater. Di sisi lain, penerapan sistem kapitalisme sangat deras pengarusan budaya konsumerisme, serta ukuran kebahagiaan distandarkan dengan banyaknya materi yang dimiliki. Oleh karena itu, adanya fitur paylater berpotensi memenuhi hasrat konsumerisme yang semakin mudah.

Pada dasarnya fitur paylater yang marak digemari saat ini berbasis ribawi. Jelas dalam pandangan Islam mengharamkannya, bukan sebagai solusi menurunnya daya beli. Justru fitur paylater akan semakin menambah beban masalah utang bagi masyarakat, menambah dosa, dan menjauhkan dari keberkahan. Ujung-ujungnya juga akan menambah masalah pada diri sendiri karena tidak mampu melunasi utang tersebut. 

Sistem Islam menutup rapat budaya konsumerisme, hedonisme, dan materialisme yang tidak berfaedah. Dibawah naungan daulah dan Khilafah Islam akan membentuk kesadaran aqidah ummat, karena di akhirat nantinya ada hari pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Bagi kaum muslim, standar kebahagiaannya bukan dilihat dari sisi materi tapi karena keridhaan Allah SWT. Dengan menambah ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT, akan mampu mewujudkan kebahagiaan dunia maupun akhirat.

Penerapan Islam secara menyeluruh (kaffah) mampu menjamin kesejahteraan rakyat. Karena dalam sistem ekonomi Islam memiliki mekanisme yang sangat jelas dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat hingga individu per individu. Islam melarang segala praktik ribawi, ini menjadi tugas negara yaitu Khilafah menutup rapat arus perilaku konsumerisme merupakan buah busuk kapitalisme. Khilafah juga menjamin kesejahteraan warganya dengan memastikan bahwa harta yang beredar adalah harta yang halal dan berkah. Maka, rakyat akan terjauh dari jurang keharaman. 

Wallahu a’lam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar