Oleh : Ami Siti Rohmah (IRT Pencari Mardatilah)
Akhir-akhir ini perang antara Pakistan dan India tidak bisa terelakkan lagi setelah adanya pemicu yang membuat kedua negara ini memanas. Belum lagi, jika dikaitkan dengan saudara muslim kita yang tiada hentinya menjadi korban keganasan Zionis Israel.
Melansir dari SindoNews.com, bahwa konflik Pakistan dan India merupakan salah satu perseteruan geopolitik yang dinilai paling sulit karena kedua negara ini sama-sama ingin menguasai dan mengendalikan suatu wilayah seperti sumber daya alamnya dan pengaruh terhadap strategis tertentu.
Konflik ini terjadi sejak tahun 1947, India terpisah dan kedua negara ini telah terlibat dalam serangkaian perang juga krisis diplomatik, sehingga ketegangan di antara kedua negara terus berulang dikarenakan wilayah Kashmir yang menjadi inti dari peperangan kedua belah pihak ini. Kronologinya ketika tahun 1947 setelah pembagian British India wilayah Kashmir yang kebanyakan mayoritas muslim dipimpin oleh Maharaja Hindu yang memilih bergabung dengan India ini memicu kemarahan Pakistan, sehingga terjadi peperangan dari tahun 1947-1948 dan peperangan ini diakhiri oleh gencatan senjata yang dimediasi oleh PBB.
Namun, status Kashmir belum terselesaikan. Di sini, status kedua negara masih mengambang karena belum ada keputusan secara permanen, lalu perang antar kedua negara ini pecah kembali pada tahun 1965 ketika Pakistan melancarkan operasi Gibraltar yang dimana menyusupkan pasukan ke Kashmir untuk memberontak, tapi gagal dan berujung perang besar-besaran yang menimbulkan ribuan korban jiwa, dan di sini gencatan senjata kembali terjadi karena tidak lain adanya campur tangan dari Uni Soviet dan Amerika yang menghasilkan Deklarasi Tashkent. Kedua negara ini kembali memanas pada tahun 1971 dan di sini ada Perjanjian Simla yang menetapkan garis kontrol atau line of central di Kashmir.
Dalam sistem kapitalisme, mereka hanya mementingkan kepentingannya saja tanpa mempedulikan apakah dan bagaimana nasib masyarakatnya setelah terjadi peperangan yang hanya menyisakan kedukaan dan lara yang tidak menepi. Belum lagi jika dikaitkan dengan Palestina yang banyak di belahan dunia mayoritas Islam tapi mereka seolah bungkam tidak bisa berbuat apa-apa karena adanya sekat-sekat nasionalisme. Sebesar apa pun dan sebanyak apa pun umat muslim tidak berkutik dan hanya bisa mengiba saja ketika semua ini terjadi. Pakistan yang digadang-gadang sebagai negara muslim terkuat baik dari sisi persenjataan dan tentaranya, seharusnya bisa membantu saudara muslimnya yang di Palestina bukan memperebutkan wilayah dan itu hanya untuk kepentingan nasionalismenya saja. Mereka dengan mudah mengangkat senjata dengan mengenyampingkan kepentingan untuk membantu saudara muslimnya di Palestina.
Bagaimana pandangan Islam dalam hal ini?
Di dalam naungan khilafah sudah tentu tidak ada nation state yang dimana negara-negara tidak dapat membantu saudara muslimnya sendiri, karena dalam naungan khilafah semua negara menjadi satu yang bernaung pada satu daulah yaitu daulah khilafah yang akan memberi ketenteraman dan keamanan bagi semua kaum muslim dan juga ini menjadi rahmatan lil alamin. Kenapa? Karena dalam naungan khilafah semua menjadi terarah dan terstruktur, tidak ada pertumpahan darah yang mengalir seperti perang saat ini kaum muslim tentara muslim akan bersatu untuk menumpas kezaliman yang ada di atas muka bumi dan sudah dipastikan dunia menjadi aman dan damai karena sejatinya Islam itu cinta damai, maka dari itu marilah kita kembali menghidupkan kehidupan Islam, marilah kita kembali menggapai rida Allah Swt., bukankah kita hidup hanya ingin menggapai ridanya?
Memang di tengah kehidupan yang sangat mengimpit, tapi ketika Allah Swt. melihat kita berusaha untuk menjalankan semua perintah dan menjauhi larangannya dan ketika Allah Swt. melihat kita mengembalikan hukum syariat yang diberikan kepada manusia untuk pengaturannya dalam kehidupan, maka pertolongan Allah Swt. akan membersamai kita.
Wallahualam bissawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar