Oleh: Inge Oktavia Nordiani
Kejujuran merupakan bagian dari sifat yang wajib lekat pada pribadi manusia. Kejujuran adalah sikap lurus hati, tidak berbohong dan mengatakan yang sebenarnya. Kejujuran menjadi barang yang sangat berharga di tengah kehidupan hari ini yang penuh dengan dunia tipu-tipu. terkadang kita melihat yang yang sepele namun dibalut kebohongan, lebih-lebih hal yang tidak sepele. Kejujuran juga bisa untuk mengukur kualitas pribadi seseorang. Seseorang yang telah terbiasa berbuat atau berkata tidak jujur maka akan menjadi tanda bagi orang lain untuk tidak mudah mempercayainya. Seperti kata pepatah, manusia dipegang ucapannya berarti seseorang harus bisa dipercaya dalam kata-kata, janji-janjinya dan tindakannya.
Dunia tipu-tipu hari ini terkadang hanya mengejar nama, citra, reputasi dan gengsi. Ini terjadi baik dari dalam urusan pendidikan maupun pekerjaan. Beberapa pekan lalu dunia pendidikan dihebohkan dengan kasus kecurangan dalam penyelenggaraan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025. Demi lolos di kampus negeri yang diinginkan berbagai cara dilakukan oleh calon mahasiswa baru. Dilansir dari kompas.com, 25 April 2025 belum genap sepekan pelaksanaan UTBK, telah terindikasi adanya kecurangan ada. Total ada 14 kasus kecurangan yang terjadi dalam 2 hari pertama ujian. Ketua umum penanggung jawab SNPMB, Prof. Eduar Wolok mengungkapkan bahwa dari 196.328 peserta yang hadir di sesi 1 hingga 4 kecurangan yang terjadi pada 0,0071 persen peserta.
Kecanggihan teknologi hari ini pun disalah fungsikan. Justru digunakan untuk berbuat curang dalam ujian. Berbagai macam cara dan sarana teknologi digunakan baik dengan perantara hardware ataupun software. Misal pakai HP recording desktop maupun cara konvensional. Ditemukan juga peserta yang menggunakan metode remote desktop dimana orang lain bisa mengerjakan di lokasi berbeda. Modus baru pun ditemukan seperti peserta menyelundupkan alat perekam dalam bentuk kamera kecil yang tersembunyi di behel gigi, ikat pinggang, kuku dan bahkan kancing baju. Semua itu tidak terdeteksi oleh metal detektor.
Dari hasil Survei Penilaian Integritas (SPI) pada pendidikan tahun 2024 telah ditemukan kondisi integritas pendidikan yang masih jauh dari baik. Salah satunya adalah terkait kejujuran akademik. Berdasarkan Hasil survei didapatkan bahwa 78% sekolah dan 98% kampus ditemukan kasus mencontek. Kasus plagiarisme masih ditemukan pada guru atau dosen di satuan pendidikan yaitu kampus 43% dan sekolah 6% (Kompas.com, 24 April 2024). Kondisi ini menjadi wajar dalam lingkup sistem kehidupan hari ini yang sekuler kapitalistik. Pendidikan mengobsesi peserta didik untuk hasil sebagai orientasi serta abai pada halal haram suatu perbuatan. Walhasil berbagai cara bahkan lebih bervariasi akan selalu muncul. Disamping itu keimanan yang kurang melekat pada diri setiap individupun memicu longgarnya terjadinya kecurangan.
Kejujuran merupakan awal dari kebaikan seseorang. Hal ini berkaitan dengan mindset (pola pikir) seseorang. Sebuah mindset yang mengantarkan pada perilaku manusia. Mindset dibentuk oleh sistem pendidikan yang baik yaitu sistem pendidikan islam yang berasal dari sang maha pencipta yaitu Allah SWT. Realisasi pendidikan Islam akan mencetak individu merasa hidup diawasi oleh Allah SWT sehingga segala aktivitasnya akan disandarkan pada halal dan haram. Mindset seperti ini yang akan melahirkan pribadi yang jujur secara dhohir maupun batin. Sistem pendidikan Islam berasaskan aqidah Islam akan mencetak generasi unggul yang berkepribadian Islam terikat dengan syariat memiliki keterampilan yang handal dan mampu menjadi agen perubahan. Kuatnya kepribadian Islam serta kemampuan teknologi yang canggih pun akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntutan syariat Islam dan tidak akan disalahgunakan. Begitulah cara Islam menjunjung tinggi kejujuran. Senada dengan sabda Nabi Saw, "Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka.Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong.” (HR. Muslim)
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar