Dari Nyontek Ke integritas: Mungkinkah Generasi Curang Akan Menemukan Jalan Kembali?


Oleh : Ummu Hanif Haidar

Publik tengah dihebohkan dengan dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025. Dalam keterangan resminya, panitia SNPMB menyayangkan dan mengutuk kecurangan dalam pelaksanaan UTBK SNBT 2025. Pasalnya, hal ini dianggap mencederai prinsip keadilan, integritas dan kejujuran yang menjadi dasar seleksi nasional. Lebih lanjut, panitia juga menyoroti adanya modus kecurangan baru oleh sejumlah peserta UTBK SNBT 2025, yakni memasang kamera yang tidak terdeteksi metal detector di behel gigi, kuku, ikat pinggang, dan kancing baju. (Beritasatu.com).

Pada hari Kamis (24-4-2024), tercatat ada lima kasus. Ketua umum penanggung jawab SNPMB, Prof Eduart Wolok mengatakan jika dilihat dari total peserta yang hadir pada sesi 1 hingga 4 yaitu sebesar 196. 328 ada temuan kecurangan sebanyak 0,0071 persen. "Mereka mengambil soal dengan bermacam-macam cara dan sarana teknologi baik dengan perantara hardware atau software. Contohnya pakai HP recording desktop dan lainnya maupun cara konvensional," Kata Eduart. Ia mengatakan ada juga peserta yang melakukan remote desktop yang dikerjakan oleh pihak lain di luar lokasi ujian. (Kompas.com).


Kecurangan Sistematis atau Individualis?

Kecurangan dalam ujian, termasuk UTBK, dapat dikategorikan ke dalam dua tipe utama: kecurangan sistematis dan kecurangan individualis. Berikut penjelasan mengenai masing-masing kategori:
1. Kecurangan sistematis yang dilakukan secara terorganisir dan terencana, sering melibatkan lebih dari satu individu atau pihak. Ini bisa melibatkan kolusi antara siswa dan pihak lain, atau bahkan di tingkat institusi.
Contohnya, peggunaan perangkat lunak atau aplikasi yang dirancang khusus untuk curang selama ujian.
Contoh lain kerjasama antara siswa untuk bertukar informasi tentang jawaban.

Praktik ilegal yang dilakukan oleh oknum di lembaga pendidikan yang memberikan akses kepada kelompok tertentu untuk mendapatkan keunggulan yang tidak etis.
Dampak Kecurangan sistematis dapat mengubah hasil ujian secara keseluruhan dan mengurangi kepercayaan terhadap integritas pendidikan.

2. Kecurangan Individualis yang dilakukan oleh individu tanpa kolusi atau bantuan dari orang lain. Siswa melakukan tindakan curang dengan cara yang lebih pribadi, tanpa melibatkan jaringan atau organisasi.
Contoh menyontek dari teman atau sumber lain selama ujian.
Menggunakan catatan atau alat bantu yang tidak diperbolehkan secara diam-diam. Memalsukan identitas atau dokumen untuk mendapatkan keuntungan di dalam ujian.

Meskipun dampaknya mungkin lebih kecil skalanya dibandingkan kecurangan sistematis, kecurangan individualis tetap berbahaya karena dapat merusak integritas pribadi si pelaku dan mempengaruhi peluang akademik dan karir di masa depan.

Kedua jenis kecurangan ini memiliki dampak negatif pada sistem pendidikan dan integritas akademik. Pihak penyelenggara ujian perlu memfokuskan upaya untuk mencegah dan mengatasi baik kecurangan sistematis maupun individualis. Meningkatkan sistem pengawasan, menerapkan sanksi tegas, dan mendidik siswa mengenai pentingnya kejujuran akademik adalah langkah-langkah penting untuk mengurangi praktik kecurangan di institusi pendidikan.

Dalam sistem kapitalis, keberhasilan dalam pendidikan dan karier, termasuk pencapaian gelar, promosi, penghargaan, atau pengakuan dalam bidang tertentu merupakan tolak ukur kebahagiaan. Meskipun untuk meraihnya ditempuh dengan jalan curang.


Sudut Pandang Islam

Islam sebagai sebuah sistem kehidupan, memiliki solusi tuntas atas permasalahan generasi, bahkan umat manusia. Sepanjang sejarah penerapan Islam, Khilafah sebagai negara yang menerapkan Islam di dalam dan luar negeri, mampu bersaing di kancah dunia internasional. Bahkan, Khilafah menjadi mercusuar dunia yang mana banyak yang ingin menikmati kehebatan peradaban Islam.

Masa keemasan Islam dalam pendidikan biasanya merujuk pada periode antara abad ke-8 hingga abad ke-14 Masehi, saat peradaban Islam mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan dan pendidikan. Berikut adalah beberapa karakteristik dan aspek penting dari masa keemasan ini:

Institusi pendidikan Islam seperti madrasah berkembang pesat selama periode ini. Madrasah menjadi pusat studi yang mengajarkan berbagai ilmu, termasuk teologi, hukum Islam (fiqh), bahasa, sastra, dan sains.

Universitas tertua di dunia, Al-Qarawiyyin di Maroko (didirikan pada 859 M), dan Al-Azhar di Mesir (didirikan pada 970 M), menjadi pusat pendidikan tinggi dan kajian akademik.

Astronomi Para ilmuwan Muslim seperti Al-Fazari dan Al-Battani membuat kemajuan signifikan dalam astronomi, termasuk penentuan posisi bintang dan pengukuran waktu.

Al-Khwarizmi, yang dikenal sebagai "bapak aljabar," mengembangkan konsep aljabar dan algoritma yang menjadi dasar bagi perkembangan matematika modern. Dokter Muslim seperti Al-Razi dan Ibnu Sina (Avicenna) menghasilkan karya-karya penting dalam kedokteran yang menjadi rujukan.

Pembelajaran dilakukan melalui tradisi lisan dan tertulis. Guru (shaykh) mengajar siswa di masjid dan madrasah, dan sistem ijazah diperkenalkan untuk menandai pencapaian pendidikan. Proses ini disebut Talaqi, yang didapat bukan hanya sebagai transfer ilmu, tapi sampai pada penerapannya dalam kehidupan.

Perpustakaan besar, seperti Perpustakaan Dar al-Hikmah di Baghdad dan Perpustakaan Al-Qarawiyyin, menjadi pusat pengumpulan dan penyebaran ilmu pengetahuan.

Kota-kota seperti Baghdad, Cordoba, dan Kairo menjadi pusat perdagangan dan perpustakaan yang besar, memungkinkan pertukaran budaya dan ilmu pengetahuan antara berbagai bangsa dan konteks budaya.

Masa keemasan Islam dalam pendidikan merupakan periode yang sangat penting dan berpengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, baik di dunia Islam maupun global. Kontribusi ilmuwan Muslim dalam bidang matematika, astronomi, kedokteran, filsafat, dan sastra masih diakui hingga kini dan menjadi landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa dan seluruh dunia. Penerapan sistem pendidikan yang holistik dan integratif selama masa ini juga menjadi inspirasi bagi model pendidikan di berbagai belahan dunia.

Karakter khilafah tidak saja mampu menghadirkan kemewahan nonfisik di lingkungan pendidikan, melainkan juga kemewahan fisik yang makin menguatkan keistimewaan satuan pendidikan Khilafah. Karakter istimewa sistem pendidikan Khilafah dalam wujud peradaban Islam yang agung dan luhur telah disaksikan dan dirasakan umat manusia di berbagai penjuru dunia selama berabad-abad. Umat Islam seharusnya sudah tidak ragu ragu lagi mengambil sistem Khilafah untuk mengurus seluruh urusan umat, termasuk pendidikannya. Wallahualam bissawab. []




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar