Oleh : Thoyibah (Muslimah Pejuang Peradaban)
Susahnya mencari pekerjaan di Indonesia membuat Tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi seperti Diploma dan sarjana terpaksa banting setir menjadi pembantu rumah tangga, pengasuh anak, sopir, bahkan office boy (pramukantor). Hal ini dilakukan demi bertahan hidup di tengah minimnya lapangan kerja disektor formal dan badai pemutusan hubungan kerja dalam beberapa tahun terakhir. Mengutip dari BBC. Com Fenomena ini dialami Heru Kurniawan, sarjana Teknik Mesin lulusan 2023, yang sekarang jadi sopir mobil rental.
Keluarga tidak masalah saya jadi sopir, tapi saya pribadi merasa sayang, karena perjuangan menempuh pendidikan sarjana susah, menghabiskan waktu dan biaya tuturnya lirih.
Hal senada diutarakan Ihlazul Amal, Sarjana Menagemen lulusan 2023, yang sudah hampir dua tahun jadi pramukantor.
Pengamat ekonomi dari Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, menyebut sukarnya mencari kerja seperti yang dialami Heru dan Izul tak bisa dilepaskan dari imbas perlambatan ekonomi Indonesia yang dimulai sejak 2020.
Gara-gara pandemi Covid-19, jutaan usaha kecil dan menengah harus gulung tikar. Bahkan kalau merujuk pada hasil survei Kementrian Ketenagakerjaan, sekitar 88% Perusahaan terdampak langsung oleh Pagebluk. Belum lagi barang-barang impor ilegal maupun legal dari China membanjiri pasar pasar Indonesia. Itu semua lagi-lagi berujung pada pemutusan hubungan Kerja (PHK).
Gelombang PHK ini sudah kelihatan pada 2020. Kala itu angka pemutusan hubungan kerja sudah lebih dari 25.000, menurut data Kementerian Ketenagakerjaan.
Kemudian pada 2023 angka ini naik dua kali lipat menjadi 64.855 dan setahun setelahnya melonjak hingga tiga kali lipat yaitu 77.965.
Direktur Riset Bright Institute ini mengatakan goyahnya Industri manufaktur seperti tekstil-garmen sudah pasti merembet ke sektor-sektor lain, seperti tekhnologi dan jasa. Dengan kata lain, tidak ada usaha yang benar-benar aman, menurut Andri.
IMF melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara peringkat 1 dengan tingkat pengangguran tertinggi se-ASEAN pada tahun 2024. Makin banyak lulusan Universitas (sarjana dan Diploma) di Indonesia justru masuk dalam lingkaran pengangguran.
Penerapan Kapitalisme adalah penyebab masalah pengangguran. Negara Kalitalistik hanya bertindak sebagai regulator yang mementingkan korporat, tidak menjamin kesejahteraan rakyatnya, serta tidak menjamin terbukanya lapangan pekerjaan. Alhasil terjadi kesenjangan antara lapangan pekerjaan dan pencari kerja. Negara malah menyerahkan tanggung jawab membuka lapangan kerja pada pihak swasta/korporasi dengan membuka investasi sebesar-besarnya dan pengelolaan Sumber Daya Alam pada swasta.
Dalam Islam, negara adalah raa'in (pengurus rakyat). Rosulullah Solallahu Alihi Wassalam bersabda " Negara adalah raa'in (pemelihara urusan rakyat), seorang imam (pemimpin) adalah pengembala, dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR Bukhari). Sehingga, dalam penerapan sistem islam, negara tidak berlepas tangan, dia akan menjamin kesejahteraan rakyatnya dan membuka lapangan kerja.
Negara Khilafah akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang mampu membuka lapangan kerja bagi rakyat secara memadai. Khilafah akan melakukan pengelolaan SDAE secara mandiri sebagaimana Sabda Rosululloh Salallahu alaihi wassalam "Manusia berserikat dalam tiga hal yaitu air, padang rumput dan api (HR Abu Daud dan Ahmad). Sehingga haram diserahkan kepada swasta apalagi asing. Sehingga, negara akan mampu membuka lapangan pekerjaan dari sektor industri dalam jumlah besar.
Wallahu alam bissawab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar