Pentingnya Ilmu dan Iman dalam Dunia Digital


Oleh: Ummu Faruq

Kemajuan dunia digital memberikan pengaruh yang besar dalam seluruh rentang usia, mulai dari anak-anak, dewasa, hingga mereka yang sudah menua. Usia tak lagi menjadi pembatas dalam era digital ini. Tak jarang orang tua yang sudah memberikan akses media sosial melalui ponselnya kepada anaknya yang masih balita.

Dunia digital ibarat pisau bermata dua. Penggunanya bisa menggunakan teknologi untuk suatu hal positif dan produktif, atau malah membawa penggunanya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan cenderung mudharat. Dunia digital sangat memungkinkan untuk digunakan kepada hal positif, contohnya untuk media dakwah, bisnis syar'i, atau hal positif lainnya. Tapi faktanya, terlampau banyak pengguna yang terlena dan terbuai dengan kemudahan yang ada, mereka menggunakan dunia digital hanya sebatas berselancar menghabiskan waktu, sebagai alat eksistensi diri semata, tanpa memandang bagaimana syariat Islam memandangnya.

Konten dunia digital hari ini tidak menjadikan kebermanfaatan sebagai faktor utama, melainkan materi dan eksistensi diri lah yang menjadi motivasi seseorang membuat konten. Sehingga dengan mudah kita jumpai konten tak bermanfaat, bahkan menentang syariat berkeliaran dimana-mana. Konten joget-joget tanpa esensi yang diperagakan semua rentang usia dengan mudah kita menjumpainya. Mulai dari anak balita, remaja, dewasa, bahkan orang tua, tak segan membuat hal serupa demi mendapatkan materi dan eksistensi semata.

Konten semacam ini yang menjamur membuat masyarakat berpandangan bahwa itu adalah hal normal yang bisa dilakukan semua orang. Sehingga banyak wanita yang kehilangan rasa malunya, menggadaikan marwahnya, demi mendapatkan eksistensi semata. Banyak orang tua yang dengan bangga, atau bahkan mengajari anaknya untuk melakukan hal serupa. Bahkan banyak pula para guru yang mengajak muridnya untuk berjoged ria tanpa peduli lagi dengan marwahnya.

Inilah hasil penggunaan teknologi tanpa ilmu dan iman, satu konsekuensi dalam kehidupan sekuler kapitalis. Ilmu ibarat cahaya yang menuntun setiap manusia dalam kegelapan, sedangkan iman sebagai kaidah manusia dalam melakukan suatu perbuatan. Tanpa adanya ilmu dan iman, manusia akan melakukan segala hal yang bisa memuaskan nalurinya, tanpa memandang benar atau salah perbuatannya. Tanpa ilmu dan iman manusia tidak punya standar benar dan salah, hingga akhirnya hanya terbawa arus FOMO semata tanpa memandang bagaimana syariat Islam memandangnya.

Maraknya konten nirfaedah ini, seharusnya negara turut berperan dalam membendungnya, bukan hanya sebagai pengamat bak patung atas dalih kebebasan. Negara wajib melindungi rakyatnya dari segala macam perbuatan yang mengarah kepada kemaksiatan atau bahkan pornografi. Peran negara sebagai junnah (pelindung dan penjaga rakyat) sangat dibutuhkan, dan akan terwujud dengan tegaknya Khilafah.

Dalam Islam, negara berperan dalam meriayah rakyatnya, termasuk juga memberikan atmosfer ketaatan dalam setiap lini kehidupan. Negara berperan dalam mengontrol segala macam konten yang tersebar di dunia maya. Apabila terdapat konten yang tidak sesuai dengan syara, negara harus bertindak cepat dalam melenyapkan konten tersebut, dan memberikan efek jera kepada pembuatnya. Dengan demikian, tidak akan ditemui konten-konten tak bermanfaat, mengandung maksiat, atau bahkan pornografi tersebar dimana mana. Berbeda dengan hari ini, yang mana setiap kali kita melihat sosial media, terlampau banyak konten "sampah" yang berseliweran di dinding media sosial kita.

Negara tidak hanya membiarkan dunia digital mengarus tanpa arah, melainkan menjadikannya sebagai media dakwah agar atmosfer ketaatan itu semakin dirasakan oleh semua rakyat.

Karena mustahil rasanya, iklim kemaksiatan dapat melahirkan banyak generasi hebat selayak Muhammad Al Fatih, Sholahudin Al Ayubi, Usamah bin Zaid, ataupun generasi hebat lainnya.

Jika untuk menghebat skala individu dan keluarga mungkin kita bisa mengikhtiarkan untuk diri kita, tetapi untuk melahirkan banyak generasi kita butuh peran negara yang menerapkan seluruh syariat Islam agar terbentuk generasi hebat penakluk peradaban. Wallahu a'lam bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar