Oleh : Thoyibah (Muslimah Pejuang Peradaban)
Israel kian membabi buta menyerang warga Palestina di Jalur Gaza pada hari sabtu 26 Juni tercatat korban tewas akibat serangan Israel mencapai 56.412 orang, dengan 133.054 orang.
Dalam 24 jam terakhir, serangan Israel merenggut 81 nyawa warga Palestina dan menyebabkan 422 orang lainnya terluka. (CNBC Indonesia) .
Disisi lain Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan telah menyepakati kesepakatan rencana untuk mengakhiri Perang di Gaza. Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyepakati gencatan senjata di Gaza yang akan ditetapkan dalam tempo dua pekan ke depan.
akan tetapi tujuan Trump bukanlah untuk mengakhiri penderitaan warga Palestina melainkan percepatan dengan negara-negara Arab, sebagai bagian dari perluasan Abraham Accords.
Menurut laporan Israel Hayom, berikut poin-poin kesepakatan terkait gencatan senjata di Jalur Gaza.
-Perang di Gaza akan berakhir dalam dua pekan. Syarat pengakhiran perang akan masuknya empat negara Arab ( termasuk Mesir dan Uni Emirat Arab) yang akan memerintah Jalur Gaza untuk menggantikan Hamas.
-Beberapa Negara akan menerima banyak dari warga Gaza
akan menerima banyak dari warga Gaza yang beremigrasi.
-Abraham Accords akan diperluas: Suriah, Arab saudi, dan negara-negara Arab dan Muslim akan mengakui Israel dan menjalin hubungan diplomatik.
-Israel akan mengekspresikan kesiapan atas solusi masa depan atas konflik dengan warga Palestina menurut konsep 'dua-negara', menyediakan reformasi dalam otoritas Palestina.
-AS akan mengakui implementasi kedaulatan Israel atas Tepi Barat. (REPUBLIKA. CO. ID).
Gencatan senjata yang dihembuskan Trump dan Netanyahu ternyata hanya omong kosong belaka, Zionis justru kembali melancarkan serangan udara terbesar dalam 21 bulan terakhir. Lima puluh roket berat dengan daya ledak tinggi menghujani Kota Bait Hanun, jalur Gaza utara, secara serentak. Kota yang sudah luluh lantak kian hancur. Ledakannya tak hanya memekakkan telinga, tapi juga menerbangkan tubuh-tubuh warga, berhambur ke udara.
Ketika dunia menyerukan gencatan senjata, Israel justru semakin menggila membantai warga Gaza. Serangan demi serangan di lancarkan di tengah negosiasi damai, menunjukkan mereka tidak benar-benar ingin menghentikan genosida.
Situasi Gaza makin memprihatinkan du tengah pengkhianantan aprapenguasa Muslim. perang orang justru makin menunjukkan tidak satupun penguasa Muslim yang benar-benar serius menolong Gaza.
Dorongan sebagian Penguasa Muslim termasuk Indonesia untuk menekan Zionis menerima solusi dua negara adalah solusi untuk membodoh-bodohi umar dan sangat absurd. Zionis dan AS sampai kapan pun tidak akan menerima Palestina merdeka dengan kemerdekaan Penuh.
Begitu pun warga Palestina yang tulus dan lurus. Mereka tidak mungkin menerima ada sejengkal pun tanah kaum muslimin diberikan kepada penjajah. Mereka tidak mungkin mau mengkhianti perjanjian Umariyah dan pengorbanan para Syuhada yang sudah mempertahankan tanah Palestina dengan nyawa mereka.
Artinya pembantaian akan terus terjadi dan perlawanaan juga tidak akan pernah surut. Umat islam harus fokus dan percaya bahwa solusi masalah Gaza dan Palestina adalah kehadiran Khilafah yang akan mengomando jihad. Umat tidak boleh terdistrak oleh opini bahwa seruan ini berarti Ruda rakyat Gaza terus dibantai.
Umat harus ingat bahwa solusi dua negara sudah dinarasikan sejak dulu, dan sepanjang itu pula pembantaian terus terjadi. Pembantaian di Gaza harus menjadi momen bangkitnya kesadaran umat bahwa berharap pada solusi Barat justru mejauhkan dari solusi hakiki.
Solusi hakiki adalah menghadirkan Khilafah sebagai warisan nabi yang terbukti telah menjadi penjaga umat dan telah membawa umat kepada kebangkitan hakiki.
Umat harus mendukung dan segera terjun bergerak dalam perjuangan menegakkan Khilafah bersama kelompok dakwah ideologis. Ini adalah bukti keseriusan kita menolong Gaza-Palestina, dan juga mengangkat umat yang lain dari kehinaan akibat hidup dalam naungan sistem sekuler Kapitalisme.
Wallahu alam bissawab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar