Ideologi Sekular-Kapitalis: Akar Runtuhnya Moralitas Bangsa


Oleh : Anindya Vierdiana 

Dalam rentang waktu kurang dari setahun, Sumatera Barat dikejutkan dengan tragedi memilukan: lima perempuan muda menjadi korban kekejaman. Mereka diperkosa, dimutilasi, dikubur diam-diam, bahkan dibuang dalam karung (sumber: sumbarkita.id, 20/6/2025). Ini bukan sekadar peristiwa kriminal biasa, melainkan refleksi nyata dari krisis nilai yang melanda masyarakat secara sistemik.

Lalu, muncul pertanyaan penting: apa apa akar persoalan dari maraknya kebiadaban seperti ini? Jawabannya tidak lain adalah gabungan antara kapitalisme yang mengagungkan keuntungan semata, dan sekularisme yang menyingkirkan agama dari ruang kehidupan. Kombinasi ideologis ini telah menggerus pondasi akhlak, menggantikannya dengan kekosongan makna hidup yang dalam.


Dampak Sistemik Sekularisme dan Kapitalisme

Memasuki era kontemporer, masyarakat terpapar oleh perubahan mendasar yang dipicu oleh kapitalisme berbasis untung-rugi dan sekularisme yang menyingkirkan peran agama dalam pengambilan kebijakan dan perilaku sosial. Dampaknya bukan sekadar ekonomi, tapi juga menyentuh jantung moral kehidupan.

Kapitalisme menjadikan materi sebagai tolok ukur keberhasilan, meminggirkan nilai agama, dan membuka jurang ketimpangan sosial. Akibatnya, manusia cenderung melihat segalanya termasuk nyawa sebagai komoditas. Nilai kemanusiaan dikesampingkan, dan kepekaan sosial kian tumpul.

Di sisi lain, sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan publik melemahkan orientasi spiritual manusia. Masyarakat kehilangan panduan moral dalam menjalani hidup, terjebak dalam gaya hidup konsumtif dan individualistik. Kedua ideologi ini menyuburkan lahan bagi munculnya kekerasan, kekacauan sosial, serta perilaku menyimpang yang semakin ekstrem.


Islam adalah Solusi Komprehensif untuk Krisis Moral

Islam tidak memandang manusia sebagai makhluk bebas tanpa arah. Setiap individu dalam Islam adalah hamba yang memikul amanah dari Allah, baik dalam urusan pribadi, sosial, maupun spiritual. Islam menanamkan bahwa hidup ini sarat dengan tanggung jawab—kepada sesama dan, terlebih utama, kepada Allah Sang Pencipta.

Kejahatan terhadap sesama dalam pandangan Islam bukan sekadar pelanggaran hukum, tapi termasuk dosa besar yang mengundang murka Allah. Dalam Surah Al-Ma'idah ayat 32, Allah menegaskan bahwa siapa pun yang membunuh satu jiwa, maka seolah-olah dia telah membunuh seluruh umat manusia. Nilai kehidupan sangat luhur dalam syariat Islam.

Untuk itu, Islam hadir dengan solusi menyeluruh:

1. Pendidikan Islam sebagai Pilar Perubahan

Pendidikan yang ditopang oleh akidah Islam mampu membentuk kepribadian bertakwa—bukan hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara moral. Pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan ilmu dunia, tetapi juga adab dan akhlak yang benar.


2. Negara Penegak Syariat

Negara wajib menjalankan syariat secara menyeluruh (kaffah). Fungsi negara bukan hanya administratif, tapi juga menjaga kemaslahatan umat melalui penerapan hukum-hukum Allah, seperti hudud dan qisas. Hukuman qisas untuk pembunuh, misalnya, berfungsi sebagai efek jera, sekaligus memberikan rasa aman dan keadilan.


3. Sistem Ekonomi Islam yang Berkeadilan

Berbeda dengan kapitalisme, sistem ekonomi Islam mencegah akumulasi kekayaan pada segelintir elit. Zakat, larangan riba, dan distribusi aset produktif adalah instrumen nyata dalam mencegah ketimpangan dan memastikan kesejahteraan menyeluruh. Ketika kebutuhan dasar terpenuhi, krisis moral pun dapat diminimalkan karena kemiskinan tidak menjadi pemicu utama kejahatan.


4. Budaya Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Islam juga mengajarkan partisipasi masyarakat dalam menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, sebagai benteng moral bersama. Dakwah tidak hanya tugas individu, tetapi juga sistem yang terus menghidupkan kesadaran kolektif.


Saatnya Kembali pada Sistem Ilahi

Tragedi kemanusiaan yang terus berulang seharusnya menjadi alarm keras bahwa kerangka hidup sekular-kapitalistik telah gagal menjaga martabat manusia. Penyakit sosial hari ini bukan sekadar efek zaman, tetapi buah dari sistem yang memutuskan hubungan manusia dengan Rabb-nya.

Sudah saatnya kita tidak hanya mengecam pelaku kriminalitas, tapi juga meninjau ulang akar ideologi yang membentuk perilaku masyarakat. Hanya dengan kembali pada Islam secara menyeluruh dalam sistem, budaya, hukum, dan pendidikan. Dimana kita mampu membangun kembali peradaban yang beradab, mulia, dan berkeadilan.

Wallahu a’lam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar