KHUTBAH JUM'AT : MEWUJUDKAN KEKUATAN DAN PERSATUAN HAKIKI UMAT ISLAM SEDUNIA


KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اللهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ۝١٠ (اَلْحُجُرَاتُ) 
Alhamdulillâhi Rabbil ‘Âlamin, Segala puji bagi Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Bertakwalah kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ dengan sebenar-benarnya takwa sebagaimana firman-Nya;
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Âli Imrân [3]: 102)
Sungguh takwa adalah benteng terakhir kita di tengah kehidupan akhir zaman saat ini. Dan sungguh, hanya dengan takwa kita akan selamat di dunia dan akhirat.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Di tengah derasnya arus informasi global, dunia menyaksikan satu tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza. Lebih dari 20 bulan, rakyat Palestina dibombardir siang dan malamanak-anak dibantai, rumah sakit dan masjid dihancurkan, serta blokade total diberlakukan. Namun, yang lebih menyakitkan adalah lemahnya respons dari negara-negara Muslim. Dengan jumlah umat Islam lebih dari 1,8 miliar jiwa, tak satu pun pemimpin negeri Muslim yang benar-benar turun tangan secara tegas untuk menghentikan kejahatan ini. Yang terdengar hanya kutukan kosong, diplomasi tanpa hasil, dan bantuan kemanusiaan yang tidak bisa menghadang rudal dan bom. Inilah potret menyedihkan dari keterpecahbelahan Dunia Islam saat ini.
Kondisi ini merupakan buah dari sistem nation-state yang dipaksakan pasca Perjanjian Sykes-Picot 1916, kesepakatan rahasia antara Inggris, Prancis, dan Rusia untuk membagi wilayah Khilafah Utsmaniyah setelah kalah dalam Perang Dunia I. Tujuannya jelas: menghancurkan Khilafah yang selama berabad-abad menyatukan umat Islam, menguasai wilayah strategis dan sumber daya seperti Suriah, Palestina, Irak, dan Jazirah Arab, serta mencegah umat Islam bersatu kembali dalam satu entitas politik global. Kini, dampak perjanjian kolonial itu terasa nyata: umat Islam terkotak-kotak dalam batas nasionalisme sempit yang justru menghalangi persatuan dan pembelaan sejati terhadap saudara-saudara mereka yang tertindas.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Perjanjian Sykes-Picot membawa dampak panjang bagi umat Islam, di antaranya: Pertama, menciptakan disintegrasi Dunia Islam dengan meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah pada 1924 dan memecah wilayahnya menjadi lebih dari 50 negara bangsa seperti Irak, Suriah, Yordania, dan Arab Saudi. Batas politik baru bernama nation-state yang asing dalam sejarah Islam justru menumpulkan solidaritas antar-Muslim. Ketika Palestina dibantai, negara-negara Muslim hanya berdiam: Mesir menutup Rafah, Yordania sekadar berdemo, Turki mengecam, dan lainnya sibuk menjaga hubungan dengan Barat. Masing-masing negara sibuk menjaga eksistensinya, membuat umat Islam merasa terpisah dan asing satu sama lain.
Kedua, perjanjian ini memicu konflik dan krisis berkelanjutan karena batas negara buatan sering mengabaikan realitas etnis, suku, dan mazhab, seperti yang terlihat di Suriah, Irak, dan Lebanon. Palestina pun dijadikan titik api permanen sejak wilayahnya dijanjikan kepada Yahudi lewat Deklarasi Balfour 1917. 
Ketiga, lahirlah hegemoni Barat atas Dunia Islam, baik secara langsung melalui penjajahan maupun tidak langsung melalui sistem politik, ekonomi, dan pendidikan yang disekulerkan dan dijauhkan dari syariah Islam. Singkatnya, Sykes-Picot adalah puncak konspirasi kolonial untuk menghancurkan kekuatan umat, memecah Khilafah, dan menciptakan negara-negara boneka yang tunduk pada Barat penjajah.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Penegakan kembali Khilafah merupakan kewajiban yang sangat urgen bagi umat Islam, baik secara syari maupun rasional. Pertama, alasan syari. Umat Islam adalah satu kesatuan yang diperintahkan untuk bersatu dan tidak berpecah-belah, sebagaimana dalam firman Allah:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
”Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara. Karena itu perbaikilah hubungan di antara kedua saudara kalian itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS. al‑Ḥujurât [49]: 10).
Juga firman-Nya :
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا
”Berpegang teguhlah kalian semua pada tali (agama) Allah dan jangan berpecah-belah…” (QS. Ali Imrân [3]: 103), serta "Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan jangan saling berbantah-bantahan..." (QS. al-Anfâl [8]:46). Penerapan hukum Allah pun diwajibkan (QS. al-Mâidah [5]: 44, 45, 47), yang hanya bisa diterapkan secara menyeluruh melalui Khilafah. 
Para ulama seperti Imam al-Mawardi dan Ibn Hazm sepakat tentang wajibnya mengangkat seorang khalifah. Rasulullah Shallallâhu alaihi wasallam. juga bersabda: Siapa yang mati dalam keadaan tidak ada baiat di pundaknya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah (HR. Muslim), dan Jika dibaiat dua khalifah, bunuhlah yang terakhir (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi). Ijmak Sahabat bahkan menunjukkan bahwa pengangkatan khalifah lebih diutamakan daripada pengurusan jenazah Nabi Shallallâhu alaihi wasallam.
Kedua, alasan rasional dan faktual. Hanya Khilafah yang mampu menyatukan umat Islam secara hakiki, melampaui batas negara, etnis, dan bahasa. Sistem nation-state warisan penjajah Barat justru memisah-misahkan umat dan menghalangi bantuan nyata dari satu negeri Muslim ke negeri Muslim lain, seperti Mesir yang menutup Rafah atau negara-negara Arab yang pasif saat Gaza dibombardir. Khilafah akan menghapus batas-batas tersebut dan membangun kembali solidaritas global umat Islam sebagai satu tubuh yang utuh.
Lebih dari itu, Khilafah adalah satu-satunya institusi yang mampu menggerakkan kekuatan riil umat Islam. Dengan militer gabungan, kekayaan sumber daya alam Dunia Islam, serta otoritas syari untuk memutuskan jihad, Khilafah bisa membela umat Islam yang tertindas seperti di Palestina. Khilafah juga akan melepaskan ketergantungan umat dari kekuatan asing seperti PBB, AS, Rusia, dan Uni Eropa yang selama ini justru menjadi penghalang utama tegaknya keadilan bagi kaum Muslim.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Dalam kondisi umat Islam yang terpecah dan tertindas, harapan akan tegaknya kembali Khilafah bukanlah sekadar mimpi atau utopia, melainkan kewajiban syari yang didasarkan pada Al-Quran, hadits, ijmak sahabat, serta fakta sejarah yang tak terbantahkan. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam global yang pernah menyatukan umat, menjaga kehormatan Islam, dan membawa rahmat bagi seluruh alam. 
Dengan izin Allah Subhânahu wataâla serta kesungguhan dalam dakwah dan perjuangan, kita yakin Khilafah akan kembali memimpin dunia dengan keadilan, kemuliaan, dan kesejahteraan hakiki; menyatukan kaum Muslim dalam satu kepemimpinan, serta mengembalikan kekuatan umat yang telah lama hilang. Kini saatnya umat Islam bangkit dan menyongsong kembalinya Khilâfah alâ minhâj an-nubuwwah sebagai jalan kebangkitan sejati. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ




KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ





Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar