Oleh : Nurmalasari (Aktivis Muslimah Purwakarta)
Lagi-lagi wajah dunia pendidikan tercoreng, sekolah yang semestinya menjadi tempat belajar dan menjalin pertemanan dengan nyaman dan aman. Sayangnya, kenyamanan itu harus di bayar dengan rasa trauma yang mendalam karena perundungan kekerasan secara fisik dan psikis yang semakin brutal.
Keruhnya pergaulan remaja saat ini, membuat para remaja tidak segan untuk mengabadikan tindak kekerasan yang dilakukan, seperti halnya kasus perundungan terhadap siswa SMP oleh rekan-rekannya terjadi di Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat. Video aksi perundungan itu sempat terekam video dan diungah ke media sosial hingga menjadi viral pada Kamis (8/6/2023). (Kompas.com, 10/6/2025)
Ada apa dengan generasi hari ini? Mengapa anak-anak seusia itu menjadi buas, ganas serta bringas? Padahal mereka adalah generasi emas yang mestinya mendapat didikan pola pikir dan pola sikap yang Islami.
Pendidikan Sekuler
Perundungan yang kian liar tidak bisa dilepaskan dari penerapan sistem kehidupan sekuler yg tercermin dari pendidikannya yang sekuler.
Pendidikan sekuler kapitalis hanya fokus pada pencapaian materi dan mengabaikan ajaran agama, anak-anak hanya dijejali beban akademik dengan kurikulum yang selalu di revisi, dibandingkan pembentukan kepribadian Islami. Maka tidak heran akan bermunculan benih-benih kebencian, keserakahan, kekerasan hingga pembunuhan.
Penerapan pendidikan sekuler yang hanya berpegang kepada akal manusia yang lemah dan terbatas sebagai landasan berpikir, sedangkan agama diabaikan dan dijauhkan dalam kehidupannya.
Paradigma sekularisme telah menjadikan agama hanya sebatas pelajaran pelengkap di sekolah, buktinya pelajaran agama hanya dua jam pelajaran per pekan, kalaupun porsi agamanya banyak seperti sekolah-sekolah Islam terpadu, ini juga tidak menjamin perundungan tidak terjadi, karena pembahasan agama tidak secara kaffah sehingga anak-anak dalam pemupukan pondasi aqidah tidak maksimal, mudah rapuh dan tidak memahami tujuan hidup yang sebenarnya di dunia ini.
Gagalnya Empat Sentra Pendidikan
Pemerintah memang sudah berusaha untuk menyelesaikan persoalan perundungan, namun dianggap gagal sebab perundungan kian tinggi angkanya. Selain itu kegagalanya pun tercermin dari gagalnya empat sentra pendidikan. Empat sentra meliputi sekolah, orangtua, masyarakat dan negara.
Pertama, sekolah gagal. Sistem pendidikan sekuler menjadikan kurikulum sekolah yang tidak mempunyai mekanisme baik yang sesuai dengan standar syariat dalam pembentukan karakter anak-anak.
Kedua, peran orangtua. Sistem kapitalisme membuat orang tua lalai dalam pengasuhan di dalam lingkungan rumah karena di sibukkan mencari materi untuk biaya sekolah yang fantastis. Orang tua berlomba-lomba memasukan anaknya ke sekolah elite yang hanya berorientasi kesuksesan akademik untuk menunjang pencapaian ke jenjang yang di inginkan.
Ketiga, perilaku individualistis lahir dari tegaknya sistem sekuler, menjadikan masyarakat acuh terhadap proses pendidikan serta tidak adanya sikap amal ma'ruf nahi mungkar, sehingga ketika melihat adanya perundungan maupun kekerasan, masyarakat lebih memilih diam. Semua ini bukti dari sistem sekuler saat ini yang menghilangkan peran masyarakat sebagai mahluk sosial.
Keempat, peran negara yang abai terhadap pendidikan dan perlindungan terhadap generasi muda karena masih menerapkan ide sekuler kapitalisme dalam wujud tata aturan kehidupan. Adapun sistem sanksi dalam peradilan sekuler pun tidak menghadirkan keadilan dan tidak menjerakan, sehingga permasalahan perundungan terus terulang.
Solusi Islam
Islam punya solusi untuk menuntaskan perundungan pada anak-anak, di antaranya adalah pertama, mengembalikannya sistem pendidikan Islam, karena hanya sistem pendidikan Islam yang akan mencetak generasi untuk berpikir cemerlang dan mendalam. Tidak hanya mencerdaskan secara akademik saja tetapi sistem Islam menjadikan generasi muda mempunyai pola pikir dan pola sikap yang Islami. Memahamkan bahwa kesadaran hubungan manusia dengan Allah merupakan kontrol terbaik atas seluruh perbuatan manusia.
Kedua, sistem dalam Islam akan mengembalikan fungsi ibu sebagai Ummu warobatul bait, dan hanya kepala rumah tangga yang di wajibkan untuk mencari nafkah, sehingga pendidikan anak-anak di lingkungan rumah tidak terabaikan.
Ketiga, peran masyarakat dalam sistem Islam akan di berikan pembekalan serta arahan, maka ketika melihat kemaksiatan dimanapun, mereka akan segera beramar ma'ruf nahi mungkar dan melaporkan kepada pihak berwenang.
Keempat, peran negara. Dalam sistem Islam negara bertanggung jawab atas segala kesejahteraan, perlindungan dan keamanan. Negara Islam, akan menjamin pendidikan generasi dengan menghadirkan para pendidik yang berkualitas Islami, menggratiskan semua biaya, semua mempunyai hak sama sehingga tidak akan ada kasta di dunia pendidikan. Negara akan memberikan pengawasan yang ketat terhadap perkembangan teknologi media massa saat ini. Menanyakan tontonan sesuai dengan syari'at Islam.
Islam sangat melarang keras perilaku merendahkan orang lain, Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Al-Hujurat, ayat 11)
Negara dalam Islam akan mengatur sanksi bagi pelaku, ketika sudah memasuki usia baligh maka sanksi akan di tanggung sendiri, tidak ada abu-abu dalam sanksi Islam semua jelas dan praktis.
Walhasil, hanya dalam sistem Islam yang mampu memutuskan mata rantai perundungan anak-anak saat ini. Negara yang memiliki keselarasan antara tujuan dan kebijakannya dalam melindungi anak baik fisik, mental, spiritual dan sosial.
Wallahualam
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar